Antara Bali, Syurga dan Ice Cream


Sepanjang perjalanan mudik Lebaran antara Demak-Wonogiri membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Panas dan melelahkan. Terlebih untuk ketiga buah cinta kami, agam, khilya dan caca. Maka biar tidak terlalu membosankan buat mereka, suasana dalam mobil sepanjang perjalanan kita bikin ceria dan fun. Maka si abi sambil memegang kemudi berceloteh tentang hal-hal yang lucu kepada agam dan khilya yang ada di sampingnya. Sementara aku dan caca lebih banyak menjadi pendengar dan komentator yang baik. Habis si Caca belum mudeng dan paling cuma bisa berkata maem-maem atau papapapa dan sesekali terkekeh karena digoda kakaknya.

Salah satu percakapan yang membuat aku dan abinya geli sekaligus bersyukur adalah peristiwa di bawah ini:

Ketika itu si Agam menyebut nama-nama kota yang dia tahu. Solo, Wonogiri, Demak, Semarang, Jakarta, bla..bla..bla.. dan banyak lagi nama-nama kota lain yang disebutnya. Maka si abi pun turut nimbrung menyebutkan nama kota lain yang belum disebut oleh Agam, salah satunya adalah Bali.

Lalu Agam serta merta mengatakan, "Aku belum pernah ke Bali. Abi, aku pengen ke Bali," ujarnya.

"Mending kita ke wisata ke kota lain saja ya, ndak usah ke Bali," kata sang abi.

Agam yang selalu ingin tahu membalas dengan pertanyaan, "Kenapa tidak usah?"

"Bali tidak baik untuk kesehatan mata," jawab abi sekenanya. Tentunya jawaban tersebut sebagai pengganti gambaran bahwa banyak pemandangan yang tidak layak di pantai-pantai Bali untuk ditonton.

Agam pun terus berdalih, "Tapi abi kok ke sana?"

Nah lho, dapat pertanyaan begitu, si abi tertohok juga. Nggak nyangka kalau Agam ingat beberapa waktu lalu abinya beberapa kali pergi ke Bali untuk beberapa urusan.

Dan abipun membela diri, "Kan abi ke sana karena ada urusan."

Si adik khilya yang tadinya diam mendengarkan tiba-tiba urun rembug membela abinya. "Iya, abi kan kesana untuk kerja ya bi, biar dapat uang," kata khilya.

"Iya bi, emang ke sana dapat uang," kejar Agam tidak mau kalah.

Tidak mau permasalahan meluas pada masalah uang, abi coba membelokkan pembicaraan. "Udah, sekarang mending mas agam dan mbak khilya jadi anak soleh biar bisa masuk surga. Surga itu lebih indah lho dari Bali," kata abinya.

Dan selanjutnya pembicaraan beralih tema menjadi surga. "Iya, enak ya masuk surga. Nanti di surga kita pengen apa saja semua ada ya," kata agam.

"Iya. Di surga enak ya, ada es krim yang enaaak banget dan nggak bikin batuk ya," ujar si adik seolah teringat pesan kami kalau terlalu banyak makan es krim akan bikin batuk. Perlu diketahui bersama bahwa khilya adalah penggemar berat es krim.

Kali ini sang kakak sepakat, "Iya ya dik. Di surga kita mau apa saja langsung 'cling' ada, kita bisa langsung maem 'yam..yam..yam..Kita bisa makan es krim buanyaak banget tapi tidak bikin sakit ya." Agam mengatakan ini dengan ekspresi yang lucu dan mempraktekkan bagaimana memakan dengan lahap semua yang dia inginkan.

Dan pembicaraan kedua kakak beradik itupun berlanjut tentang indahnya surga dan enaknya makan es krim dan semua yang mereka inginkan di surga.

Aku dan abinya lebih banyak mendengarkan, mengangguk dan tersenyum ketika mereka minta dukungan. Geli sekaligus bersyukur atas keinginan besar mereka untuk masuk surga, gambaran mereka tentang surga serta lezatnya es krim surga.

Terima kasih Allah...Kau telah bimbing buah hati kami. Senantiasa kokohkan langkahnya agar mereka kuat untuk terus berproses menjadi umat-Mu yang bertakwa dan meraih cita-cita mereka untuk masuk surga. Amiin.

Komentar

Postingan Populer