Bismillah...
Pernahkah punya pengalaman sekali dalam perjalanan histori kisah hidup Anda memiliki teman yang suka sekali ikut campur urusan orang lain bahkan pada permasalahan yang dia tidak tahu duduk masalahnya atau bukan haknya untuk turut campur di dalamnya. Jujur, saya pernah.
Bagaimana rasanya? nano nano. Apalagi seringkali dia muncul dalam kondisi yang tidak terduga. Datang tak diundang, pulang tak diantar. Macam jelangkung saja. Ups.. meski kehadirannya tidak berupa fisik, kadang hanya berbentuk narasi dan prosa namun jika diladeni serasa akan menguras seluruh energi yang ada.
Maka dalam rangka saving energy, saya memilih untuk menjauh dan menjaga jarak. Bukan berniat untuk memutus tali silaturahmi, sama sekali tidak. Tapi lebih dalam upaya untuk menjaga hati supaya tidak ternodai oleh prasangka dan terlebih tidak terluka. Namun entahlah, sejauh mungkin saya mencoba untuk tidak beririsan dengannya, selalu saja ada hal-hal yang bisa menjadikan alasan baginya untuk merangkai narasi untuk saya yang membuat diri ini kerap berfikir, "why me?" Mungkin Alloh menguji saya dengan adanya dia. So nothing else to say, but Alhamdulillah.
Seperti pada suatu pagi, setelah sekian waktu terjeda dengan tanpa terjadi apa-apa, dan saya merasa demikian tenang dunia, tiba-tiba pesan masuk. Setiap kali saya menerima pesan darinya, rasanya jantung ini langsung berdegup kencang. Duh...semacam orang jatuh cinta. Tapi yang pertama kali terlintas di pikiran hanya satu pertanyaan, "ada masalah apa gerangan?"
Memerlukan waktu beberapa detik untuk membuat saya berani membuka pesan itu dan benar saja, lagi-lagi, pesan tersebut bisa memorak porandakan suasana hati dan lagi-lagi, isi pesan tersebut tidak terkait dengan saya namun orang terdekat saya dan dengan urusan yang juga tidak terkait, sudah kadaluwarsa. Tentu hal ini saya dapatkan ketika saya sudah melakukan konfirmasi kepada orang terdekat yang ada pada pesan tersebut.
Well... tidak bermaksud ingin berghibah, tapi itu hanya cerita pengantar dan yang paling mendasar dari cerita itu adalah apa hikmah yang bisa kita ambil dan bagaimana jika kita dihadapkan pada keadaan yang sama? Maka daripada berkeluh tentang kondisi yang ada, lebih baik kita mencari hikmah dan pelajaran yang bisa didapatkan. Mungkin dengan demikian, cobaan tersebut dapat berakhir. Seorang bijak berkata, bisa jadi cobaan yang menimpa kita tidak segera berakhir karena kita belum bisa mengambil hikmah dari cobaan tersebut. Betullll?
"Daripada berkeluh tentang kondisi yang ada, lebih baik mencari hikmah apa yang bisa kita dapatkan."
Mencoba merenung sebagai ikhtiar menghentikan cobaan tersebut, maka saya temukan hikmah versi saya dan semoga bisa menjadi hikmah juga untuk Anda:
1. Menjadi Muhasabah/Introspeksi
Tidak ada saorang pun dilahirkan sempurna. Pun dengan kita. Maka melakukan muhasabah merupakan langkah untuk melakukan evaluasi dari dan kesiapan kita untuk menerima bahwa kita adalah manusia biasa yang tidak bisa lepas dari salah dan lupa. Adanya teman yang kepo dengan urusan kita bisa membantu kita dalam melakukan muhasabah dengan jujur. Bisa jadi, ketika itu kita memang sedang melakukan kesalahan yang harus diperbaiki. Jadi ada nilai positifnya juga khan, walau sesuatu yang dia urus itu bukan urusan dia. Disyukuri saja....
2. Melatih Kesabaran
Jika ada yang mengatakan sabar itu ada batasnya, mungkin perlu untuk belajar lagi. Belajar dan melatih diri dalam kesabaran menghadapi hal-hal yang tidak kita inginkan dan harapkan. Sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya kita berinteraksi dengan berbagai karakter manusia dan setiap karakter itu membutuhkan cara tersendiri untuk bersikap. Belajar menyikapi semua karakter ada kalangan tidak mudah sehingga hal itu tentu bisa melatih kesabaran. Dan yakinlah, Alloh bersama orang-orang yang sabar.
3. Memberikan Motivasi
Kadang tidak banyak teman dekat yang mau jujur ketika kita minta pendapat tentang diri kita. Jadi ketika kita salah pun, maka atas nama pertemanan maka mereka akan tetap saja membela kita. Hal itu kemudian membuat kita berpikir bahwa semua seolah baik-baik saja. Namun perlu disadari bahwa as a human being, manusia itu tidak bisa terhindar dan lupa dan salah. Kata bahasa kerennya al insan mahalul khata' wan nisyan (moga gak salah ya nulisnya. hiks masih cetek banget bahasa arabnya).
Maka jika ada teman yang berkata yang tidak mengenakkan tentang kita, meski kadang itu hal yang sebenarnya sangat dipaksakan untuk bisa terkait dengan kita, cobalah untuk menjadikan hal itu sebagai motivasi untuk memperbaiki diri kita. Semoga hal ini bisa membuat kita menjadi insan yang terus berbenah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Yang pasti, no matter how hard it takes, selalu berikan respon yang baik dari setiap kejadian, maka kembali yang baik pula yang akan kita dapatkan. Yakinlah...
4. Melatih hati seluas samudra
Tidak pernah rugi memiliki hati yang selalu bersih, terjaga dari rasa benci dan yakin itu tidak mudah. Ketika tiba-tiba ada hal tidak mengenakkan yang mengusik hati kita maka akan sangat lumrah jika hati menjadi tergores. Tapi seberapapun sakitnya, akan lebih terluka jika hati ini dibiarkan untuk membenci. Tak masalah memberikan waktu pada hati untuk berproses menjalani masa-masa penyembuhan namun berikan batas waktu untuk belajar memaafkan. Belajarlah dari matahari yang selalu datang menyinari meski kadang selalu saja ada orang mencaci.
Maafkan semua hal tidak menyenangkan yang dilakukan oranglain kepada kita, selalu tanamkan pada hati untuk berprasangka baik karena sungguh hati yang senantiasa memaafkan akan menjauhkan kita dari rasa gelisah yang tak berkesudahan.
Semoga Alloh senantiasa menjaga kita, hati kita, iman kita dan melindungi kita dari godaan keburukan serta terhindar dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki (qs al falaq;5).[]End