Tampilkan postingan dengan label muhasabah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label muhasabah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Oktober 2023

Ada kemauan ada jalan. Tak ada kemauan (pasti) banyak alasan

 


Bismillah

Setelah sekian lama terjeda, kembali merangkai kata demi kata dalam blog perjalanan cahaya. Ada kalanya memang memerlukan trigger untuk memulai kembali. Menuangkan ide, merangkumnya hingga menyelesaikan cerita dan menekan tombol publikasikan. Rasanya, rangkaian proses itu beberapa waktu ini sulit untuk tuntas.

Sebenarnya bukannya total berhenti untuk menulis di blog. Bertimbun tulisan hanya mengendap di draft dan tidak tertuntaskan dan berbagai deretan tema yang terlintas dalam benak hanya masuk dalam list note kecil yang selalu ditenteng kemanapun. Lalu mengapa lama nggak update tuh blog?

Tak ingin mencari apologi yang akhirnya hanya membuka peluang pemakluman untuk diri sendiri. Ah…gapapa in, khan kamu sibuk; Gapapa belum update blog, khan kamu capek; Kayaknya update blog itu prioritas ke sekian deh, mending focus selesaikan dulu agenda lain yang lebih penting…

Kadang alasan-alasan itu yang ada di fikiran sehingga menjadi justifikasi bagi diri sendiri dan hasilnya, kasihan tuh blog jarang sekali terjamah.

Maka mengikuti challange ini membuat kembali termotivasi untuk melakukan muhasabah dan menghisab diri. “Intan, kamu sudah memulainya, lalu mengapa tidak konsisten,” kataku pada diri sendiri.

Yes, maka satu clue utama yang menjadi penyebab lama tidak update blog adakan tidak konsisten. Tidak konsisten dengan apa yang sudah dimulai, tidak konsisten menuntaskannya.

Konsisten itu memang satu kata yang mudah diucapkan dan dituliskan namun sulit untuk dijalankan. Apalagi dengan berbagai macam alasan yang ada dan bisa diciptakan.

Memang ya, alasan memang gampang untuk diciptakan. Mau berapa alasan yang dibutuhkan? Satu, sepuluh, seratus bahkan seribu asalan bisa dibuat dengan harapan akan ada pemakluman.

Namun aku tak ingin ada pemakluman yang terlalu untuk diri sendiri karena itu akan membuat semakin melemah. Jadi teringat kata ustad dalam sebuah forum mengkaji hikmah dari Perang Tabuk. “Ada kemauan ada jalan. Tak ada kemauan (pasti) banyak alasan.” Maka rentetan selanjutnya dari konsisten adalah kemauan.

Jadi intinya, jika ada kemauan maka kamu tidak akan membutuhkan satu pun alasan karena pasti akan ditemukan jalan.

Termasuk dalam hal konsisten. Untuk menjaga kontinuitas sebuah konsistensi maka faktor utama yang harus terus dijaga adalah selalu terus memelihara kemauan itu tetap ada.

That’s all. Yuk Intan, dijaga kemauannya. Ingat mimpi besar yang ingin kau wujudkan dengan membuat blog. Maka jangan banyak alasan, atur rhitmenya saja dan terus berposes. Tuntaskan apa yang sudah diawali hingga sampai pada titik akhir. Finish.

Selasa, 20 Oktober 2020

Berlindung dari Kejahatan Orang yang Dengki Apabila Dia Dengki

Bismillah...

Pernahkah punya pengalaman sekali dalam perjalanan histori kisah hidup Anda memiliki teman yang suka sekali ikut campur urusan orang lain bahkan pada permasalahan yang dia tidak tahu duduk masalahnya atau bukan haknya untuk turut campur di dalamnya. Jujur, saya pernah.

Bagaimana rasanya? nano nano. Apalagi seringkali dia muncul dalam kondisi yang tidak terduga. Datang tak diundang, pulang tak diantar. Macam jelangkung saja. Ups.. meski kehadirannya tidak berupa fisik, kadang hanya berbentuk narasi dan prosa namun jika diladeni serasa akan menguras seluruh energi yang ada.

Maka dalam rangka saving energy, saya memilih untuk menjauh dan menjaga jarak. Bukan berniat untuk memutus tali silaturahmi, sama sekali tidak. Tapi lebih dalam upaya untuk menjaga hati supaya tidak ternodai oleh prasangka dan terlebih tidak terluka. Namun entahlah, sejauh mungkin saya mencoba untuk tidak beririsan dengannya, selalu saja ada hal-hal yang bisa menjadikan alasan baginya untuk merangkai narasi untuk saya yang membuat diri ini kerap berfikir, "why me?" Mungkin Alloh menguji saya dengan adanya dia. So nothing else to say, but Alhamdulillah.

Seperti pada suatu pagi, setelah sekian waktu terjeda dengan tanpa terjadi apa-apa, dan saya merasa demikian tenang dunia, tiba-tiba pesan masuk. Setiap kali saya menerima pesan darinya, rasanya jantung ini langsung berdegup kencang. Duh...semacam orang jatuh cinta. Tapi yang pertama kali terlintas di pikiran hanya satu pertanyaan, "ada masalah apa gerangan?"

Memerlukan waktu beberapa detik untuk membuat saya berani membuka pesan itu dan benar saja, lagi-lagi, pesan tersebut bisa memorak porandakan suasana hati dan lagi-lagi, isi pesan tersebut tidak  terkait dengan saya namun orang terdekat saya dan dengan urusan yang juga tidak terkait, sudah kadaluwarsa. Tentu hal ini saya dapatkan ketika saya sudah melakukan konfirmasi kepada orang terdekat yang ada pada pesan tersebut.

Well... tidak bermaksud ingin berghibah, tapi itu hanya cerita pengantar dan yang paling mendasar dari cerita itu adalah apa hikmah yang bisa kita ambil dan bagaimana jika kita dihadapkan pada keadaan yang sama? Maka daripada berkeluh tentang kondisi yang ada, lebih baik kita mencari hikmah dan pelajaran yang bisa didapatkan. Mungkin dengan demikian, cobaan tersebut dapat berakhir. Seorang bijak berkata, bisa jadi cobaan yang menimpa kita tidak segera berakhir karena kita belum bisa mengambil hikmah dari cobaan tersebut. Betullll? 

"Daripada berkeluh tentang kondisi yang ada, lebih baik mencari hikmah apa yang bisa kita dapatkan."
Mencoba merenung sebagai ikhtiar menghentikan cobaan tersebut, maka saya temukan hikmah versi saya dan semoga bisa menjadi hikmah juga untuk Anda:

1. Menjadi Muhasabah/Introspeksi

                             
Tidak ada saorang pun dilahirkan sempurna. Pun dengan kita. Maka melakukan muhasabah merupakan langkah untuk melakukan evaluasi dari dan kesiapan kita untuk menerima bahwa kita adalah manusia biasa yang tidak bisa lepas dari salah dan lupa. Adanya teman yang kepo dengan urusan kita bisa membantu kita dalam melakukan muhasabah dengan jujur. Bisa jadi, ketika itu kita memang sedang melakukan kesalahan yang harus diperbaiki. Jadi ada nilai positifnya juga khan, walau sesuatu yang dia urus itu bukan urusan dia. Disyukuri saja....

2. Melatih Kesabaran

Jika ada yang mengatakan sabar itu ada batasnya, mungkin perlu untuk belajar lagi. Belajar dan melatih diri dalam kesabaran menghadapi hal-hal yang tidak kita inginkan dan harapkan. Sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya kita berinteraksi dengan berbagai karakter manusia dan setiap karakter itu membutuhkan cara tersendiri untuk bersikap. Belajar menyikapi semua karakter ada kalangan tidak mudah sehingga hal itu tentu bisa melatih kesabaran. Dan yakinlah, Alloh bersama orang-orang yang sabar.

                                


3. Memberikan Motivasi

Kadang tidak banyak teman dekat yang mau jujur ketika kita minta pendapat tentang diri kita. Jadi ketika kita salah pun, maka atas nama pertemanan maka mereka akan tetap saja membela kita. Hal itu kemudian membuat kita berpikir bahwa semua seolah baik-baik saja. Namun perlu disadari bahwa as a human being, manusia itu tidak bisa terhindar dan lupa dan salah. Kata bahasa kerennya al insan mahalul khata' wan nisyan (moga gak salah ya nulisnya. hiks masih cetek banget bahasa arabnya). 
Maka jika ada teman yang berkata yang tidak mengenakkan tentang kita, meski kadang itu hal yang sebenarnya sangat dipaksakan untuk bisa terkait dengan kita, cobalah untuk menjadikan hal itu sebagai motivasi untuk memperbaiki diri kita. Semoga hal ini bisa membuat kita menjadi insan yang terus berbenah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Yang pasti, no matter how hard it takes, selalu berikan respon yang baik dari setiap kejadian, maka kembali yang baik pula yang akan kita dapatkan. Yakinlah...



4. Melatih hati seluas samudra

Tidak pernah rugi memiliki hati yang selalu bersih, terjaga dari rasa benci dan yakin itu tidak mudah. Ketika tiba-tiba ada hal tidak mengenakkan yang mengusik hati kita maka akan sangat lumrah jika hati menjadi tergores. Tapi seberapapun sakitnya, akan lebih terluka jika hati ini dibiarkan untuk membenci. Tak masalah memberikan waktu pada hati untuk berproses menjalani masa-masa penyembuhan namun berikan batas waktu untuk belajar memaafkan. Belajarlah dari matahari yang selalu datang menyinari meski kadang selalu saja ada orang mencaci.
Maafkan semua hal tidak menyenangkan yang dilakukan oranglain kepada kita, selalu tanamkan pada hati untuk berprasangka baik karena sungguh hati yang senantiasa memaafkan akan menjauhkan kita dari rasa  gelisah yang tak berkesudahan.

Semoga Alloh senantiasa menjaga kita, hati kita, iman kita dan melindungi kita dari godaan keburukan serta terhindar dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki (qs al falaq;5).[]End

Kamis, 23 Mei 2019

(Bukan) Tentang Aku dan Kamu




Bismillah...


Aku hanyalah aku dan kamu hanyalah kamu. Ada sisi ke-aku-anku dan ke-aku-anmu.

Tapi kini bukan lagi tentang aku dan kamu, sebab ketika kita bersama maka ada dia [agam], dia [khilya], dia [caca] dan dia [aji]. Kehadiran mereka melebur ke-aku-an kita.


Dia yang empat menjadikan aku dan kamu menjadi kita dengan warna-warni yang menjadikannya semakin sempurna.


Kita saling melengkapi, kita saling menguatkan, kita saling mengisi, kita saling menghargai, kita saling memahami, kita saling mengerti, kita saling menjaga, kita saling menjamin dan kita saling mencinta atas namaNya, seperti ketika pertama ikrar itu kau lafalkan.


Maka kini, kisah kita bukan lagi hanya tentang aku dan kamu, tapi juga mereka. Amanah yang menjadi anugerah sekaligus penguji kita, tempat segala kasih sayang bermuara dan sumber pelestari pahala.


Di ujung pengharapan, semoga semua kisah kita berakhir pada sebuah destinasi yang kita perjuangkan di dunia, surgaNya. Aamiiin...


💞7 Mei 2001-7 Mei 2019💞


#muhasabahcinta
#anniversary
#18tahun
#kemarin
#akudankamu
#tentangkita

#latepost
#mengabadikanmoment

Minggu, 04 Maret 2018

Ekspresi Menentukan Prestasi


Bismillah...

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk introspeksi diri, salah satunya adalah dengan meminta masukan kepada orang-orang yang banyak berinteraksi dengan kita. Melalui cara itu, kadang kita akan menemukan fakta di luar dugaan kita dan jika itu adalah sebuah kenyataan dan bisa membuat kita berubah menjadi lebih positif, mengapa tidak?


Memasuki bulan muharrom, diniatkan untuk melakukan muhasabah. Selain secara mandiri, maka mulailah mencari masukan ke teman-teman kantor dimana saya menghabiskan waktu delapan jam sehari dari jam 08.00 sampai 16.00.


Pada sebuah morning briefing yang dilakukan setiap senin pagi, saya sengaja meminta teman-teman untuk memberikan masukan kepada saya, hal-hal apa yang mereka temui dalam diri saya dan membuat mereka tidak nyaman.


Hasilnya, benar-benar di luar dugaan. Sesuatu yang sama sekali tidak terduga dan menjadi pengamatan, rerasan bahkan pertanyaan di benak mereka. Dan satu hal itu sepenuhnya di luar dugaan saya. Apakah satu hal itu? Ia adalah EKSPRESI.


Teman-teman tim marketing ternyata benar-benar pengamat sejati dari ekspresi saya dan parahnya saya sama sekali tidak menyadarinya. Saya tidak sampai menduga bahwa ekspresi saya akan memberikan dampak besar pada mood dan kinerja mereka. Olala...sungguh jadi feeling guilty bener deh.


Hingga pada suatu saat ketika kita melakukan morning breafing bersama, saya berniat untuk meminta masukan dari tim terkait apapun, termasuk masukan tentang diri saya. Faktanya, ditemukan beberapa masukan yang membuat saya di satu sisi merasa berterima kasih dan di sisi lain merasa bersalah. Ingin tahu apa saja pernyataan mereka?


Let's see:

1. "Mbak Intan...katanya selalu terbuka menerima semua masukan, tapi yang kita rasakan nih setiap kali kita kasih masukan yang tidak sama dengan usulan mbak intan tuh, tiba-tiba ekspresinya langsung berubah gitu. Jadinya kita yang mau meneruskan sudah gak enak hati."
=ehm...suer saya tipe orang terbuka dengan setiap masukan, tapi tiba-tiba ekspresi berubah itu apakah benar begitu ya? itu yang selama ini tidak kusadari. ah..jadi harus lebih berhati-hati nih untuk berekspresi dan belajar untuk mengatur ekspresi yang tidak annoying meski kita merasa biasa-biasa saja.

2. "Kita nggak tahu nih ya mbak, kadang masalah apa yang dipikirkan mbak intan. Tapi ketika pagi hari, kita datang ke kantor, trus lihat mbak intan sudah duduk di depan komputer dengan muka yang serius (baca:cemberut) tuh membuat kita bertanya-tanya. Ada apa ya? Kita punya salah apa ya? trus ujung-ujungnya langsung menerjunkan mood kita, jadi males marketingan. Bener deh mbak, nggak enak bener dilihatnya."

=duh..duh...yang satu ini nih bikin feeling guilty banget. emang sih kadang pagi-pagi udah serius dan sibuk sendiri dengan kerjaan yang terus menggunung gak pernah ada matinya. Tapi semua itu nggak ada kaitannya kok dengan kalian. Maafkan ya kalau akhirnya menjadikan tidak semangat melakukan job. Nah ini nih yang dikatakan ekspresi menentukan prestasi.

Maka kemudian, sejak saat itulah saya berjanji bahwa setiap pagi harus memasang muka manis, tersenyum ceria dan sumringah penuh suka cita. Hehe... Bukan napa-napa sih, kalau mereka gak mood jualan trus target tidak tercapai, maka jadi kacau. Duh...bisa berabe, apa yang saya katakan pada pak bos nantinya. Masak harus ngomong target tidak tercapai gara-gara ekspresi saya. Nggak banget deh. so sad...


Itulah sepengkal kisah saya tentang begitu eratnya kaitan antara ekspresi dan prestasi. Terima kasih buat teman-teman satu timku yang sudah kasih banyak introspeksi untuk bahan muhasabah. Kalian...terbaiiiik.....(end)






Peluang Kebaikan Itu Akan Selalu Ada

 Bismillah "Mbak Intan berhenti bekerja mendapat ladang kebaikan yang lain." Kata-kata itu terucapkan dari Mb Weni, saudara se-RT ...