Senin, 22 Oktober 2018

8 Point dalam Ta'aruf Sepanjang Masa



Bismillah...

Masih di Bulan Mei, di mana banyak cerita berawal di bulan ini, rasa-rasanya ingin sekali menulis kisah tentang kita. Bukan apa-apa, semata-mata sebagai sarana muhasabah, menyelami kehidupan yang sudah kita jalani bersama dengan berbagai dinamikanya.

Kisah kita tidak sama dengan kebanyakan orang yang saling mengenal terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Kalau kita, boro-boro cinta, mengenal saja hanya sebatas tahu sosok dan nama. Hanya satu yang kita jadikan modal awal untuk memasuki gerbang pernikahan yaitu keyakinanku padamu bahwa kau adalah laki-laki sholih dan keyakinanmu kepadaku bahwa aku adalah wanita sholihah (insya Alloh).

Yup, kita mengawalinya tanpa cinta, bahkan taaruf secara mendalam baru kita lakukan setelah ijab qobul diikrarkan. Itulah awal perjalanan rumah tangga kita. Hanya berbekal keyakinan kepada Alloh bahwa cinta itu akan tumbuh begitu janji suci itu diikrarkan. Ajaibnya itulah yang terjadi. Benik-benik itu muncul seiring dengan waktu interaksi yang kita bangun. Bisa jadi seperti kata pepatah jawa, witing tresno jalaran soko kulino.

Sungguh ketika itu keyakinan kami tinggi bahwa semua akan berjalan lancar tanpa ada kendala. Apakah demikian? Tentu saja tidak. Bohong ketika saya mengatakan taaruf dalam pernikahan kami sama sekali tidak ada kendala. Tapi apapun kendala itu, saya selalu ingat pesan ummi ketika melepas saya memasuki gerbang pernikahan. "Nok, dalam pernikahan selalu ada hal baru yang akan kau temukan dan selalu ada cobaan yang akan menguji kesungguhan dan keikhlasan kita. Dan lima tahun pertama adalah tahun-tahun yang berat, penuh penyesuaian. Jika kamu berhasil melewati lima tahun pertama maka akan lebih mudah bagimu menjalani tahun-tahun berikutnya." Wejangan ummi begitu membekas dalam ingatan dan benar-benar menjadi pegangan.

Jangankan menikah dengan orang yang baru dikenal, menjalani magligai dengan pacar yang sudah berkomitmen (pacaran) selama puluhan tahun pun tidak menjamin nahkoda itu akan terus berlayar dan tidak karam.

Maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai upaya dalam menjalankan proses taaruf dengan pasangan:

1. Buka pintu untuk memahami
Setiap individu adalah spesial dan tidak pernah sama, meski dia kembar siam sekalipun. Maka wajar jika dua individu yang bersatu dalam pernikahan itu memiliki perbedaan. Bagaimana pun, Anda dan pasangan dibesarkan dengan latar belakang berbeda sehingga jika ada perbedaan adalah hal yang biasa. Berbeda kebiasaan, berbeda cara pandang, berbeda tutur kata bahkan berbeda kesukaan. Untuk menghadapi perbedaan, kuncinya hanya satu, memahami. Buka pintu dan berikan ruang yang luas untuk memahami dan mau belajar memahami setiap perbedaan yang muncul. Mengenal pasangan kita berarti menyiapkan diri untuk memahami apa adanya dia.

2. Buka hati untuk ketidaksempurnaan
Sebagaimana perbedaan, maka tidak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah semata. So, buka hati seluas-luasnya untuk ketidaksempurnaan. Ada satu strategi supaya tidak mudah jatuh pada kekecewaan yang mendalam, yaitu jangan terlalu membayangkan figur yang sempurna pada pasangan. Ingat, menerima ketidaksempurnaan adalah upaya juga untuk mengenal pasangan kita dan menerima dia seutuhnya dalam ketidaksempunaan yang ada.

3. Buka hati untuk memaafkan
Pun tidak ada satupun orang yang luput dari kesalahan. Fahami itu. Laksana Rasul bersabda, "al insanu mahallul khoto wannisyani." Yup, betul sekali, manusia itu tempatnya salah dan lupa. Manusia bukanlah malaikat yang tidak punya nafsu, demikian pula pasangan hidup kita. Kali-kali ada kesalahan yang dibuat, maklumi saja. Ahai...serasa mudah ya menulisnya namun susah menjalankannya. Tapi percayalah, memiliki hati yang mudah memaafkan akan lebih memudahkan perjalanan pernikahan Anda. Perlu belajar dan terus belajar untuk bisa memaafkan. Asalkan kesalahan itu tidak fatal dan membuat kita sesat, maka perlu diberikan ruang untuk pintu maaf. Untuk yang satu ini asli berat, tapi perlu dicoba demi kelanggengan biduk kita.

4. Aja kagetan aja gumunan
Pernah dengar ungkapan dalam bahasa jawa yang mengatakan "dadi wong jawa ki aja kagetan aja gumunan" alias jadi orang tidak tidak boleh gampang kaget dan gampang terkagum-kagum. Artinya, dunia ini dinamis dan kondisi terus berubah, kesiapan kita menerima perubahan yang terjadi akan membuat kita mudah menyesuaikan diri. Demikian juga dalam kehidupan rumah tangga. Hal-hal baru pasti akan kita temui sepanjang proses taaruf kita, bahkan hal baru yang di luar dugaan kita. Maka siapkan diri Anda untuk menerima segala kemungkinan tersebut.

5. Fokus pada tujuan yang kekal
Keluarga adalah surga dunia. Memiliki keluarga yang bahagia adalah kenikmatan yang ingin didapat semua orang karena dengan begitu kita bisa nyicil merasakan indahnya surga. Tapi ingat, bahwa segala apa yang ada di dunia adalah sementara dan surga yang sesungguhnya ada di akhirat kelak. Jadi, ketika kebahagiaan di dunia adalah tujuan akhir kita, maka sebagaimana sifat dunia, kebahagiaan itu akan bersifat sementara. Lalu bagaimana jika menginginkan kebahagiaan yang kekal? Maka fokuslah pada tujuan yang kekal pula itu "the real jannah." Jika kita fokus pada tujuan yang kekal yaitu surga-Nya, insya Allah kekuatan untuk memperjuangkan tujuan itu akan semakin kuat. Apabila yang kita perjuangkan hanya dunia, maka jika alasan yang kita perjuangkan tersebut hilang maka mudah pula bagi kita untuk menyerah seiring dengan hilangnya tujuan tersebut. Proses taaruf kita juga sama. Tetapkan bahwa kita ingin menjadi keluarga tidak hanya di dunia namun juga surga, maka proses taaruf masih panjang dan paling tidak tujuan kita kekal dan layak untuk diperjuangkan.

6, 7 dan 8. Doa, doa dan Doa.
Ketika segala upaya yang kita lakukan sudah maksimal, jangan lupakan satu kata tempat kita menggantungkan segalanya, yaitu DOA. Bisa jadi, ketika segala pertolongan sudah tidak bisa kita dapatkan, satu-satunya yang bisa menolong kita adalah DOA yang kita panjatkan kepada Allah SWT. Itulah sebabnya mengapa pula DOA spesial mendapatkan tiga point karena di balik semua ikhtiar yang kita lakukan, jangan pernah melupakan DOA.

Nah, meski pernikahan kita sudah berlangsung puluhan tahun bukan berarti proses taaruf kita selesai. Proses akan terus berlanjut sepanjang usia kita dan semoga Alloh mengumpulkan kembali bersama keluarga kita di surga-Nya.

Semoga proses taaruf kita dengan pasangan resmi kita bisa terus berjalan lancar. Tidak seperti posting tulisan ini yang inspirasi awal muncul di bulan Mei namun penyelesaiannya butuh waktu lamaaa hingga baru bisa tayang di bulan Oktober. Olala....

^22 Oktober 2018^

Rabu, 10 Oktober 2018

"Customer is NOT a king anymore"

Beberapa waktu lalu menghadiri undangan Temu Relasi dari Bank Indonesia dan salah satu acaranya cukup keren yaitu motivasi tenang service excellent dari coach Tjia Irawan. Salah satu hal yang disampaikan Tjia membantah asumsi yang selama ini banyak dipahami orang sebagai kunci pelayanan yaitu customer adalah raja. Menurut Tjia, adalah salah menempatkan klien sebagai raja karena kita bukanlah budaknya.

"Menurut saya, tidak tepat jika kita masih menganggap bahwa pelanggan  adalah raja. Customer is not a king, because we are not a slave," ujat Tjia. Memang dari sisi definisi, servis dari bahasa latin servitium dari kata slave aka budak. Namun melakukan fungsi pelayanan bukan berarti nemempatkan diri kita pada posisi budak. 

Menempatkan konsumen pada posisi raja, berarti memberikan pelayanan maksimal kepadanya tanpa mengharapkan feed back darinya, bahkan tidak ada kewajiban darinya untuk membayar.

Lalu siapakah konsumen itu? Menurut Tjia, konsumen adalah seseorang yang membutuhkan bantuan kita untuk menyelesaikan masalah mereka. "Maka kita hadir bukan sebagai pelayanan namun sebagai teman yang bisa memberikan mereka saran atas permasalahan yang mereka hadapi."

Tjia juga mengatakan ada enam tingkatan dalam servis, yaitu:

1. Criminal, yaitu memberikan layanan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Misal: janji memberikan bonus ternyata bonus tidak diberikan.

2. Basic, yaitu layanan yang diberikan berada di bawah standar atau yang diharapkan. Misal : pesan makanan di restoran datangnya lama atau rasanya tidak enak.

3. Expected, yaitu layanan yang akan diterima sudah dapat diduga sebelumnya, standar, tidak ada yang spesial.

4. Desire, yaitu layanan yang diberikan melampaui harapan costumer. Misal: klien ultah dikasih kado.

5. Surprising, yaitu layanan yang diterima benar-benar melampaui apa yang diharapkan dan disampaikan dengan kejutan yang menyenangkan.
Untuk layanan yang satu ini dicontohkan kisah penumpang yang bajunya ketumpahan teh, tidak hanya mendapat permintaan maaf dari pramugari tapi juga seluruh awak pesawat dan mendapat ganti tiket penerbangan.

6. Unbelievable, yaitu layanan yang diberikan selalu di luar dugaan dan mengejutkan.
Untuk layanan yang satu ini dicontohkan maskapai penerbangan yang bisa menunda penerbangan dikarenakan menunggu penumpang yang ingin menemui ibunya yang sedang dalam kondisi kritis.

So...ditingkat mana pelayanan yang sudah kita berikan? Evaluasi di tangan kita masing-masing.[]The End






Menunggu Anak Saat Penjemputan, Ini Hasilnya

     Bulan September kemarin bisa dikatakan masa jeda bagiku, karena sudah rehat dari kantor lama dan belum mulai menjalankan tugas di kanto...