Tampilkan postingan dengan label anak hebat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label anak hebat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Mei 2021

Antara Aji, Surga & Corona

Bismillah..


.

Ramadhan sudah memasuki hari-hari terakhir, gak terasa ya. Bagaimana aktivitas Ramadhannya teman-teman semua? Semoga puasa, ibadah dan amal sholih kita bisa berjalan lancar hingga di akhir Bulan Mulia ini.

Ramadhan adalah salah satu moment yang tepat untuk lebih mengenalkan anak tentang konsep ibadah dan pahala, termasuk tentang surga. Maka ketika Ramadhan sudah di depan mata, mulailah merancang strategi untuk mengenalkan si kecil tentang kewajiban puasa dan hadiah yang bisa dia dapatkan ketika bisa (latihan) puasa.

Namanya anak-anak, membicarakan sesuatu akan lebih menarik jika ada kata hadiah. Eh nggak cuma anak-anak ya, kita pun juga semangat kalau diiming-imingi hadiah. Singkat cerita, dibuatlah kesepakatan dengan anak-anak dan si kecil terkait target ramadhan dan reward yang akan mereka terima jika bisa mencapai target.

Reward adalah salah satu faktor untuk mengungkit semangat. Namun yang lebih penting lagi adalah memahamkan mereka tentang hakikat ibadah yang mereka lakukan, bahwa ibadah tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan hadiah di dunia tapi untuk mendapatkan ridha Alloh dan surgaNya.

Nah, mengenalkan Aji pada suatu hal atau nilai itu butuh perjuangan. Ada saja hal-hal lucu dan menggelitik yang dia tanyakan. Alhamdulillah, di usia 7 tahun Aji memiliki imajinasi yang luar biasa, bahkan hal-hal yang kadang tidak terduga. Pun ketika mengenalkan konsep surga kepadanya, sesuatu yang saat ini tidak riil ada, tidak bisa dilihat dan dirasa. 

Pengenalan pada surga saya mulai dengan bercerita kepadanya tentang gambaran keindahkan surga yang dilukiskan Alloh dalam Al Quran. Betapa surga merupakan tempat yang sangat istimewa bagi mereka yang rajin beribadah dan menjadi orang baik ketika di dunia. Betapa surga adalah tempat yang indah dimana semua hal yang kita inginkan bisa tersedia. Betapa di surga semua akan senang dan bahagia.

Respon yang diberikan Aji tidak semua muncul seketika. Ada kalanya dia hanya mendengarkan, di waktu yang lain ketika sedang bersama kadang dia melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dsangka bahkan katika kita sudah tidak lagi membahas tema tersebut. Alhamdulillah sih, seneng ketika hal itu terjadi. Bagi saya itu sinyal bahwa Aji mulai menangkap dan memikirkan nilai-nilai yang saya sampaikan kepadanya.

Surga, Ice Cream dan Corona

Lontaran pertanyaan tersebut bisa membuka diskusi-diskusi kecil kita yang sangat khas dengan kekanakan dan kelucuannya. 

"Ummi... di surga ada ice cream nggak?" Pertanyaan itu yang pertama kali ingin dia ketahui jawabannya. Ice cream adalah favoritnya. Rasanya tidak bisa melewatkan waktu yang lama tanpa ice cream. 

Tidak ingin kehilangan moment, maka saat itulah waktu yang tepat untuk memahamkan kepadanya tentang kerennya surga. Betapa surga adalah tempat untuk bersenang-senang karena tentu itu yang dia harapkan. Saya sampaikan padanya bahwa di surga kelak semua penghuninya bisa mendapatkan apapun yang diinginkan. Persis seperti gambaran surga yang difirmankan Alloh dalam QS Qaf;35 bahwa mereka yang di surga itu berkah mendapatkan apa saja yang mereka kehendaki.

"Jika di surga nanti Aji pengen ice cream, tinggal bilang Ya Alloh Aji pengen Ice cream. Pasti langsung ada ice cream dengan rasa yang Aji inginkan," ujar saya.

"Aku mau rasa coklat...stoberi...susu," katanya sumringah. 

"Yes...semua boleh. Makanya Aji jadi anak sholih, rajin sholat dan ngaji ya biar nanti masuk surga," tegas saya. Tak lupa dong memasukkan nilai-nilainya.

Tidak berhenti sampai di situ. Rasa keingintahuan Aji tentang surga belum berakhir. Beberapa waktu yang lalu sehabis shalat tarawih, tiba-tiba Aji kembali melontarkan pertanyaan tentang surga. "Ummi...di surga ada corona nggak?"

Tidak menyangka Aji bakal menggagas sampai ke sana. Sebelum membahas dialog saya dengannya tentang surga dan corona, saya selipkan sedikit cerita tentang rasa kecewa mendalam yang dirasakan Aji di awal penerapan pandemi. Maret tahun lalu adalah hari yang sangat berarti baginya ketika dia dan teman-teman tknya akan menunjukkan kebolahannya bermain drumband setelah berlatih keras. Saya sendiri melihat perjuangannya untuk bisa tampil prima. Hari H sudah ditetapkan dan seragam drumband yang sangat elok sudah dibagikan. Dia pun dengan semangat bercerita dan wanti-wanti supaya saya bisa melihatnya tampil. Qodarulloh, hanya beberapa hari sebelum hari penting itu, terjadi pandemi. Semua bentuk kegiatan yang mengumpulkan massa dilarang. Maka alhasil, pertunjukan drum band yang sudah siap ditampilkan harus gagal. 

Kebayang kan bagaimana kecewanya Aji dan teman-teman yang lain. Ketika mereka sudah membayangkan akan tampil gagah dengan mengenakan seragam drumband, dimana baju, sepatu dan topi keren laksana tentara, tiba-tiba semua tercancel. Maka tidak heran jika Aji sangat benci dengan yang namanya corona.

Hal ini ternyata memberikan kontribusi pada munculnya petanyaan Aji tentang surga dan corona. Mencoba memahami kekhawatirannya, dengan nada menghibur saya coba menenangkannya. "Di surga itu adanya hanya kenikmatan dan kegembiraan dek, tidak ada kesedihan. Karena banyak banget kesenangan yang Alloh berikan makanya manusia besok sangat suibuk dengan hal-hal yang menggembirakan saja. Yang masuk surga semua yang baik-baik tidak ada yang jahat. Jadi tenang saja, corona tidak masuk surga," jelas saya meredakan ketakutannya.

"Yey....asyik. Aku nggak suka corona karena membuatku tidak bisa main drum band. Ya mi ya...," kata dia meminta persetujuan.

Tentang surga, dari Abu Said al Khudri dan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, Penyeru memanggil, sekarang tibalah saatnya kalian sehat wal afiat dan tidak menderita sakit selama-lamanya. Sekarang tibalah saatnya kalian hidup dan tidak mati selama-lamanya. Sekarang tibalah saat bagi kalian tetap muda dan tidak tua selama-lamanya. Sekarang tibalah saatnya bagi kalian senang dan tidak sengsara selama-lamanya. (HR Muslim)

Semoga kita semua nanti kembali dipertemukan Alloh SWT di sebaik-baik tempat ya. SurgaNya. []

27 Ramadhan 1442 H - 9 Mei 2021.




Kamis, 17 Desember 2020

Kenali Diri, Jalan Menuju Muslimah Aktif dan Kreatif

 

                        

Bismillah...

Sore ini baru saja diminta sharing dari LDK Al Imam Kusuma Husada Solo terkait dengan tema Muslimah Aktif dan Kreatif di Masa Digital. Supaya materi tetap tersimpan dan bisa membawa syiar yang lebih luas, saya sampaikan di sini ya.

Sahabat Muslimah Mahasiswa tercinta yang sholihah dan dicintai Alloh InsyaAlloh, alhamdulillah puji syukur ta terkira pada sore hari ini saya bisa hadir di majelis ilmu ini untuk pertama kalinya, semoga tema kajian yang akan kita bahas kali ini bisa bermanfaat dan membawa keberkahan untuk kita semua.

***

Satu tema yang akan kita sharingkan bersama disini adalah “menjadi Muslimah aktif dan kreatif di era digital”. kita akan berdiskusi Bersama tentang hakikat seorang Muslimah dan bagaimana menjadi muslimah yang aktif dan kreatif terutama di masa digital. Nah, sebelum memasuki tema saya ingin bertanya di awal saya menyapa akhwat semua dengan Muslimah Mahasiswa, Sebenarnya mahasiswa duluan atau muslimah ya duluan? Kira-kira menurut teman-teman yang mana? jawabannya adalah muslimah dulu baru mahasiswa. karena sebelum kuliahpun hakikatnya kita semua adalah seorang muslimah.

***

Sebelum membahas lebih jauh tentang  bagaimana menjadi muslimah aktif dan kreatif, yang pertama perlu kita fahami bersama adalah hakikat diciptakannya kita di dunia.

Kita sudah diciptakan Allah SWT dalam wujud yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya di bumi. Ya, karena kita manusia. Biar klop di dunia, tentu kita harus mengetahui tujuan penciptaan kita di dunia ini untuk apa. Dalam Al Qur'an, kitab suci penyempurna syariat Islam menyebutkan tujuan penciptaan manusia :

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.."(Az-Zaariyat:56)

***

Jelas, tujuan kita diciptakan, adalah untuk beribadah (mengabdi) hanya kepada Allah SWT saja, dengan tetap memperjuangkan Islam yang sejatinya adalah satu-satunya sistem Kehidupan yang berhak digunakan untuk mengelola bumi dan seisinya  sebagaimana dalam disebutkan Al Qur'an:

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:  "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"Tuhan berfirman:  "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS.Al-Baqarah:30)

***

Jadi, segalanya menjadi clear sekali dalam Islam. Saat sudah mengetahui 'Why' akan diri kita, hidup kita, yang mana kita merupakan pengabdi, juga hamba yang harus mematuhi dan memperjuangkan Islam yang telah Allah SWT titipkan pada kita. Dengan apa?  dengan potensi internal yang kita miliki  berupa akal, jasmani dan fitrah dan potensi eksternal berupa petunjuk,atau 'guide book' nya manusia, yatu Al Qur'anul Kariim untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini yang bertujuan untuk mengabdikan, mengibadahkan, dan menghambakan diri kita pada Allah semata. Ya, jelas sekali.

***

Why us? Why Muslimah?

Karena kita adalah wanita yang berserah akan aturanNya yang meliputi seluruh aspek dalam hidup kita. Islam yang berorientasi, Islam yang komprehensif, Islam yang inovatif, Islam yang efektif, dan harus aktif, kreatif dan produktif! mengapa? jawabannya sangat singkat. Karena kita tau, sama-sama tau, bahwa tugas kita sebagai khalifah di bumi yang mengemban tugas dakwah menuntut kita untuk bisa menjalankan fungsi itu dengan baik, untuk memberikan kemanfaatan yang luas di dunia dan kesempatan kita untuk mengumpulkan bekal kita sebanyak -banyaknya untuk akhirat kelak.

Tanpa aktif dan kreatif, kita tidak mungkin bisa produktif. Jika tidak produktif maka iman menjadi basi dan hidup hampa. Apa gunanya berkualitas namun tak memberi manfaat? Maka, sebagai Muslimah yang sama-sama ingin menjadi yang terbaik di hadapanNya, maka sebaiknya kita melejitkan potensi kita dalam karya dan kerja nyata, pastinya.

***

The next question is, how?

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, Man arafa nafsahu arafa robbahu. Kenalilah dirimu, maka kau akan mengenal Tuhanmu. Pentingnya mengenal diri sendiri. Kita terlebih dahulu harus mengenal diri kita dan menemukan bakat kita sehingga bisa menempatkan diri sesuai dengan bakat yang kita miliki.

Setiap manusia unik memiliki bakat dan potensi yang berbeda. Memiliki pribadi, latar belakang, kecerdasan, bakat, pemikiran, apalagi fisik masing-masing. Kita bukan makhluk sempurna yang bisa segalanya, namun akan bisa optimal jika bisa berperan sesuai dengan bakat dan kekuatan yang dimiliki.

***

Bila kita aktif di bidang sesuai dengan bakat yang kita miliki. Memudahkan kita untuk mengasah kreatifitas kita sehingga lebih produktif.

Ada banyak cara untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya, juga bakat dan kecerdasan kita ada di bidang mana. Salah satu caranya, dengan mengikuti tes pencarian bakat, bisa dilakukan secara online dan gratis di temubakat.com. Bisa juga dengan memuhasabah diri kita, hal mana yang saat kita kerjakan, kita tak bosan dan justru bersemangat sekali mengerjakannya dan bisa enjoy melakukannya tanpa kesulitan maka  itu tanda bakat kita. Juga bisa bertanya dengan keluarga, sahabat, bahkan musuh, tentang bagaimana kepribadian, kekurangan dan kelebihan kita. Setelahnya, maka renungkanlah dan langsung buat list positif dan negatif diri kita.

***

Langkah selanjutnya, buat mind mapping, akan kemana proyek produktif yang akan kita bangun tadi. Setelah mengenal siapa kita, tetapkan dari juga sekarang apa visi kita kedepannya? ingin menjadi apa? Mau memberi apa untuk orang sekitar kita? Semangat teman- teman untuk menginvestasikan diri untuk dunia dan akhirat.

Hal ini bisa juga diolah dengan terjun dalam organisasi. Dengan organisasi kita dapat mengembangan softskill, mengembangkan sosialisasi diri dengan lingkungan, belajar bertanggung jawab dan amanah, bisa memanajemen waktu dan memperluas jaringan/network. 

***

Untuk bisa kreatif, muslimah tidak boleh berhenti belajar. Don’t stop learning. Belajar terus terutama pada hal-hal yang kita suka dan sesuai dengan bakat yang kita miliki. Hal ini akan mempermudah kita untuk mengungkit potensi diri.

***

Di era digital terjadi perubahan teknologi yang harus disikapi dengan bijak dan tidak terpengaruh dengan uforia yang ada. Muslimah di tuntut untuk tegas pada diri sendiri dan lingkungannya. Begitu banyak tantangan yang di hadapi muslimah seiring perkembangan zaman. Potret buram kehidupan akibat dari penyimpangan pergaulan yang tidak terkendalikan. Siapakah yang ingin kita salahkan? Tidak ada yang perlu kita salahkan baik lingkungan maupun diri kita sendiri, jadi yang harus kita lakukan adalah menguatkan iman dengan ilmu yang sesuai dengan syariat Allah untuk menghindari ancaman di era milenial ini.

***

Begitu banyak tantangan muslimah seiring dengan perkembangan sistem teknologi canggih masa kini,khususnya media sosial, lingkungan dan gaya hidup. Kita sebagai muslimah harus cerdas bagaimana menata kehidupan di era melenial ini agar selamat di dunia maupun akhirat nanti. Muslimah harus mempunyai landasan ilmu keislaman yang cukup,karena jika terjadi perbedaan persepsi maka tidak menyimpang dari syariat. Muslimah yang tangguh, aktif dan kreatif adalah muslimah yang cerdas dalam bertindak sesuatu dengan norma kemanusiaan,selalu menjaga adab ,kehormatan, persaudaraan, dan ibadah serta ketaatan.

***

Demikian kajian kita kali ini, semoga bisa membawa manfaat untuk kita semua. Al haqqu min Robbika. Semua keberaran itu datangnya dari Alloh SWT. Wassalamu'alaikum Wr Wb. [] 



Selasa, 08 Mei 2012

"Ummi, mati itu apa sih?"

Bismillah...

Malam itu...tradisi sebelum tidur bersama Caca (3 th) semua sudah terlampaui. Cerita, baca buku dan main bersama di tempat tidur. Tibalah saatnya mengajaknya untuk persiapan bermimpi di pulau kapuk  (baca:kasur). Maka ummi ajak dia untuk berdoa sebelum tidur, dan doapun terlantunkan bersama-sama plus artinya ,"Dengan namamu ya Alloh aku hidup dan dengan namamu ya Alloh aku mati," ucap Caca dengan mimik culunnya.

Setelah selesai membaca doa, biasanya dia langsung mengambil posisi nyamannya dan memejamkan mata. Namun tidak untuk kali ini. Tiba-tiba dia melontarkan pertanyaan yang tidak pernah ummi duga terlontar dari seorang anak berusia 3 tahun sekaligus membuat mati kata beberapa saat. Tanyanya, "Ummi, mati itu apa sih?"

Beberapa saat ummi hanya bisa terdiam dan berpikir, kata-kata apa yang tepat untuk menjawab pertanyaannya. Dengan hati-hati ummi berkata," Adik, mati itu berarti kita tidak di sini lagi, tidak hidup di dunia." Meski jujur, ragu 100% apakah dia faham dengan jawaban itu.

Belum lagi selesai memilikirkan penjelasan lain yang bisa diberikan, dia kembali melontarkan pertanyaan sekaligus pernyataan yang mengejutkan. "Bertemu sama Alloh? Nggak mau, adik nggak mau bertemu Alloh, adik nggak mau mati, adik takut," ujarnya sedikit bernada tinggi meski tidak sampai histeria.

Tak ingin berujung pada ketakutan yang berlebih, langsung ummi rengkuh dia dalam pelukan. Apa yang terpikir waktu itu adalah tidak mungkin memberikan penjelasan tentang makna kematian dan bertemu Alloh kepada anak sekecil dia, maka ummi mencoba sedikit menggeser tema. "Adik... yang penting sekarang dik Caca menjadi anak yang sholih, rajin sholat, rajin ngaji, sayang kakak, abi, ummi dan semua teman. Nanti kalau sholih, kita semua ketemu Alloh di syurga. Khan enak kita masuk syurga."

Ikhtiar jawaban ummi yang mencoba menggiringnya pada sesuatu yang indah yaitu syurga. Paling tidak sudah ada gambaran dan (semoga) pemahaman padanya bahwa syurga itu indah.
Dalam memberikan penjelasan itu, Ummi memohon semoga Alloh memberikan kemudahan dalam mengisi benaknya dengan sesuatu yang indah. Alhamdulillah, pertolongan Alloh lebih dekat dari urat nadi kita. Tanpa banyak penolakan dan kata disertai senyum manisnya dia menjawab, "Iya."

"Udah yuk, sekarang kita bobok," ajak ummi seraya bersyukur luar biasa atas dialog indah yang tercipta dengannya di penghujung malamnya. Dan diapun terlelap dalam tidurnya. Semoga mimpi indah ya nak, dan seperti kakakmu nanti kau akan bercerita pada ummi tentang mimpi senangnya berenang di syurga.

bulak indah, 2011 

"ummi, bagaimana 'ainunku'?"


Suatu petang ketika ummi masak nasi goreng pake serutan wortel, caca (3,2 th) menolak untuk maem.

"Adik nggak mau sayur, adik nggak suka wortel," katanya mantap.
Lalu ummi dan abi, mencoba untuk meruntuhkan keyakinannya. "Adik, wortel kan menyehatkan mata, nanti mata adik jadi cantik lho," rayu abinya.

Sejenak dia terlihat berfikir dan mulailah dia melirik nasi goreng tersebut. 

Sedikit demi sedikit dia mengambil dan memasukkan ke mulut mungilnya. 

Ummi dan abi sengaja membiarkan dia bereksperimen dengan nasi tersebut.

Terlihat isyarat tubuhnya menunggu respon dari abi dan ummi, maka ucap ummi, "subhanalloh...adik maem sayur lho, hebat."

Dia pun tersipu dan tiba-tiba berdiri seraya melontarkan pertanyaan yang membuat ummi kaget dan tidak percaya, "ummi, bagaimana 'ainun' ku?" tanyanya sambil mengedipkan dan menunjuk matanya.

Merasa tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan, ummi pun mencoba menegaskan. "Adik tanya apa, ainun? Subhanalloh, abi, adik tanya ainun-nya, gimana bi? tanya ummi kepada adik dan sekaligus kepada abi yang tidak begitu memperhatikan karena sedang bercerita dengan sang kakak.

Abi pun yang tak kalah terkejut dengan sigap berkata,"Subhanalloh...ainun adik cantik lho, apalagi suka makan wortel."

Mendapatkan pujian itu pipi adik caca pun memerah tersipu.

** Setiap anak, di usia emasnya senantiasa merekam apa yang diajarkan kepadanya, meski ketika pengajaran berlangsung dia tidak terlihat merespon tapi di waktu-watu yang lain, ajaran yang telah terekam tersebut akan tercipta dalam tindakan dengan sendirinya.
Jangan lelah mengajarkan kebaikan kepadanya sepanjang waktunya karena semua itu akan tertanam kuat di memorinya dan yakinlah buah yang segar akan dipanen ketika masanya tiba.
(add note: berdasar hasil sharing ummi dengan ustazdah di PAUD caca, ketika di sekolah diajarkan tentang organ tubuh dalam bahasa arab, dia lebih banyak diam dan mendengarkan serta terkesan sedikit merespon. Meski tidak merespon ketika diajarkan, namun ilmu tersebut ternyata dia serap dan menempel erat diingatannya)

*one evening in wonderful may 2011*

give me a hug...




Bismillahirahmanirrahim

Ada yang berbeda saat ulang tahun khilya, 26 Februari lalu. Setiap saat dia selalu datang menghampiriku dan meminta peluk dan cium.

Dimanapun aku berada, dia selalu datang menghampiri dan berkata, "Ummi.. peluk..cium..," ujarnya sampil membuka lebar kedua lengannya dan kami pun berpelukan.

Tak lama berselang, dia melakukan hal yang sama dan kami pun larut kembali dalam pelukan. Dalam waktu setengah hari berkumpul di rumah, tak kurang 10 pelukan tercipta di antara kami, jumlah yang tentu di luar kebiasaan.

Heran dan penasaran dengan tingkahnya di luar kebiasaan, aku pun bertanya kepadanya, "Kenapa sih kok minta peluk terus?" tanyaku memancingnya.
"Kan aku ulang tahun, aku pengen terus dipeluk," jawabnya manis.

Okelah nak, jika pelukan itu membuat kamu tenang dan senang maka ummi berjanji mulai saat itu akan meningkatkan intensitas pelukan untukmu. Tak hanya di hari ulang tahunmu namun juga di seluruh harimu dan kita akan bernyanyi bersama:

I love u... u love me...
we are happy family
with a great big hug 
and kiss from me to u
won't u say, u love me to...

catatan 1 yang tertunda
semoga kau tumbuh menjadi pribadi istimewa nak
penuh iman dan takwa...

Bimbing mereka dengan firman-Nya


Bismillah...

Terinspirasi oleh cerita Ust Muhammad ketika taujih di acara JR menjelang Ramadhan, maka aku bertekad untuk mengikuti langkah beliau (jazakalah Ustad);yaitu perlu ada waktu yang diluangkan untuk menciptakan komunikasi dengan anak. Cara yang ditempuh subhanallah, luar biasa, yaitu menciptakan moment tilawah seluruh aggota keluarga bakda magrib.

Sebelumnya di rumah kalau tilawah ya sendiri-sendiri, belum pernah ada waktu berkumpul khusus untuk tilawah dan tausiyah. Ide itu saya sampaikan ke suami, alhamdulillah, suami mendukung (kayake sih ide ummi didukung terus sama abi ya, thanks abi budhi). Dan alhasil, mulai Ramadhan kemarin, aktivitas tersebut coba terus dipelihara menjadi agenda rutin kami bakda magrib, meski kadang satu dua kali ada bolong juga ding. but it's oke, paling tidak kita semua (saya, suami dan anak-anak) sudah sepakat bahwa habis magrib ada tilawah bersama.

Hasilnya, Allohu akbar, begitu banyak miracle yang saya dapat dari setiap moment yang kami melewatkan pada saat ini. Ketika agam membaca Al Quran, bergantian ummi dan abi, Khilya membaca artinya, Caca sesekali main di sekitar kami, minta pangku bahkan tertidur di pangkuan ketika lantunan ayat-ayat firman-Nya sedang kami bacakan, Alloh menjagamu nak... Demikian pula ketika abi menjalankan peran sebagai ustad menguraikan makna-makna dalam arti yang dibaca Khliya. Maka berbagai pertanyaan kritis dan dialog lucu bakal tercipta.

Apa saja itu, mungkin akan saya sharing di note-note mendatang, semoga Alloh memberi kemudahan kepada saya. Namun yang pasti, ketika ayat-ayat itu mereka baca, demikian banyak hal yang bisa mereka pelajari dari setiap firman-Nya. dan subhanalloh, semua luar biasa.

Terima kasih abi sudah semangat mendukung ummi untuk konsisten menjaga amalan ini. Semoga Allah terus membimbing kita dan anak-anak ya dan melimpahi kita dengan berjuta-juta cinta-Nya yang tak bertepi.

Ummi sayang abi, agam, khilya dan caca
bulak indah, oktober 2010

"aku deg-degan..."


Bismillah...



Senangnya bila bisa menciptakan waktu sebentar saja untuk bisa membuka dialog dengan anak
seperti halnya malam itu...

sambil mengerjakan soal-soal matematika di meja belajarnya, ilmuan ummi, agam, tiba-tiba bertanya, "seleksi itu apa sih mi?"
"seleksi itu tes,ujian, nanti yang lulus tes yang akan dipilih," jawabku. "Mang kenapa mas?" tanyaku penasaran kenapa mbarepku ini tiba-tiba tanya tentang kata seleksi.

Ternyata, usut punya usut dia cukup 'terganggu' dengan kata seleksi di lembar pengumuman dari sekolah terkait dengan ekstra tapak suci yang akan diikutiya. Hari sabtu kemarin adalah waktunya seleksi untuk ekstra tapak suci.

Lalu pertanyaan berlanjut,"nanti yang diujikan apa dong mi?" tanyanya kembali. kumenangkap ada nada kekhawatiran di sana. 
"Waduh ummi nggak tahu ya mas, mungkin gerakan dasar kayak yang diajarkan abi kemarin itu lho," kataku. Memang beberapa waktu lalu ketika mencoba seragam tapak sucinya, abi sudah mengajarkan beberapa gerakan kepadanya seperti kuda-kuda dan pukulan.

"Emang pake seleksi juga tho mas, yang diambil berapa orang, yang mendaftar berapa?" cecarku balik dengan pertanyaan.

"Iya...katanya begitu. Yang diambil 20 anak, tapi aku ndak tahu berapa yang ndaftar. dari kelasku ada 4 anak dari kelas 3A yang banyak," balasnya.

"Ya udah, mas agam pasti bisa. pake gerakan yang diajarkan abi saja," ujarku menenangkan.
"Aku deg-degan," katanya lirih.

Kucoba memahami perasaannya, seleksi itu bisa jadi adalah salah satu jadwal penting dalam hidupnya meskipun saya tahu seleksi itu diadakan hanya formalitas karena toh diapun sudah menerima seragam tapak suci dari sekolah, masak iya tidak diterima.

Dan pada hari sabtu ketika seleksi diadakan dia terlihat semangat menyiapkan baju seragamnya dan sepulang sekolah ketika menjemputnya masalah seleksi itu pun yang pertama kali kutanyakan.
"Gimana seleksi tapak sucinya, lulus kan?" tanyaku.
"Iya kok mi, semuanya lulus," kata dia.

**Bersyukur rasanya bisa menjadi tempat bagi anak untuk bercerita dan mengungkapkan perasaannya. Bagi seorang ibu, terutama bagi saya, hal itu sangat penting sekali dan moment yang senantiasa harus diciptakan sehingga kita tahu kapan anak kita senang, sedih, takut atau gelisah.

Terima kasih ya nak, sudah bercerita kepada ummi tentang apa yang kau rasakan. Maaf jika ada waktu saat ummi kurang peka menangkap isyarat yang kau berikan.

Tumbuh menjadi ilmuwan yang hebat ya, sebagaimana yang engkau cita-citakan.
Ummi luv u...

rayuan itu...

alhamdulillah, setiap waktu yang kita lewatkan dengan anak-anak selalu saja menorehkan makna, jika kita cermat sedikit saja...

usia 2 tahun adalah usia ketika di anak mulai memiliki konsep punyaku dan punyamu
pun dengan si cantik caca...
setiap kali dia melihat orang lain memakai barang yang bukan miliknya, dia selalu protes
bukan hanya barang miliknya saja, tapi juga milik sang kakak, milik abi dan umminya

misal saja ketika saya memakai sandal abi, maka spontan dia mengatakan,"itu kan sandal abi," protesnya. (kenapa ummi pakai sandal abi?--mungkin begitu pula yang ada di benaknya)
saya lalu katakan," iya abi baik hati kok dek, abi boleh kok sandalnya dipinjam ummi."
hal serupa juga kukatakan ketika dia memprotes mbaknya memakai pencil masnya. "gapapa kok dek, mas agam boleh kok pensilnya dipakai mbak iya. mas agam kan baik hati."

dan saya baru mengetahui ternyata pesan yang saya sampaikan tersebut benar-benar dia rekam. Hal ini tampak dari perkataannya kemarin sore ketika dia melihat bros yang kupakai. Ketika dia menginginkan bros yang saya kenakan, dia melontarkan rayuan yang membuat saya takjub. "Ummi...adik mau pake ini (sambil memegang bros saya). Ummi kan baik hati," katanya dengan wajah culun.

serta merta aku lepas bros yang kukenakan dan kusematkan di bajunya. "iya adik...cantik ya dipakai dek caca. de caca juga cantik dan baik hati, pujiku yang disambutnya dengan senyum manis.

makasih ya nak sudah memberi ummi sebuah hikmah hari ini
ummi luv u... 
bulak indah, 30 juli 2010

rahasia Agam, sebuah catatan yang tertunda


Bismillah...
Memiliki waktu bersama anak, di tengah kesibukan kita, merupakan sebuah anugerah. Lebih menyenangkan lagi kalau waktu itu bisa kita manfaatkan untuk membangun komunikasi dengan mereka, bahkan sekadar bercerita tentang mimpi dan cita-cita mereka.
Menjelang ulang tahun abi bulan mei lalu, kebetulan ada satu hari full bersama anak-anak. Saat itu sang abi sedang pergi ke luar kota. Aku sibuk di dapur ketika agam dan khilya, sang ilmuwan dan puterinya ummi menyusul. Sementara si kecil Caca sedang terbuai dalam lelapnya. Kutinggalkan pekerjaanku dan menyapa mereka. Biarlah pekerjaan terbengkalai asal bisa memiliki waktu yang bermakna bersama mereka.
Perbincangan pun mengalir begitu saja dan mereka bercerita tentang banyak hal tentang keinginan, harapan dan cita-cita. Tiba-tiba Agam nyeletuk, "Mi, abi kan sebentar lagi ulang tahun. Kita mau kasih hadiah apa?" tanyanya.
"Kasih apa ya mas, Mas Agam punya usul?" tanyaku.
"Kita bikin kejutan rahasia buat abi yuk," ajaknya yang diiyakan oleh khilya.
"Iya mi, nanti pasti abi seneng," imbuh Khilya.
"Enaknya hadiahnya apa ya mi, abi baru pengen apa ya?" tanya Agam lagi.
Tiba-tiba khilya menyampaikan usulannya. Usulan yang membuat aku geli sekaligus membuat Agam menentangnya. "Gimana kalau abi dikasih hadiah rumah. Kan kita belum punya rumah," usulnya polos.
Masuk akal karena barang itu (rumah) memang belum kami miliki dan baru dalam tahap rencana. Tapi menjadi konyol ketika merekam dialog berikutnya, menyusul bantahan sang kakak. "Yee... rumah kan mahal, memangnya kamu punya uang," tanya Agam pada adiknya.
"Ya minta sama abi," jawab khilya tanpa beban. Gubraks. Itu mah namanya nggak kasih hadiah kalo uangnya tetap minta pada yang mo dikasih hadiah. 
Khilya mengusulnya hadiah yang lain dan realistis dari sisi kenyataan namun ngoyoworo dari sisi budget. "Gimana kalau hadiahnya mobil saja. Kan mobil kita sudah tua," ujarnya sambil nyengir kuda yang disambut manyun oleh kakaknya.
Berbagai idepun mengalir tentang alternatif hadiah yang akan diberikan untuk sang abi. Sampai akhirnya terjadi kesepakatan bahwa kita akan memberikan kejutan dan membelikan hadiah yang diinginkan abi. Dengan satu kondisi yang dilontarkan Agam, kami bertiga akan iuran dan menjaga rahasia ini hingga saatnya tiba. Bulat sudah, keputusan sudah diambil dan bertiga sepakat dan berjanji untuk menjaga rahasia itu.
Haripun berganti dan masing-masing kami tidak membicarakan dan menyinggung masalah itu di depan abinya. Masing-masing kami mencoba menahan diri untuk menjaga rahasia demi memberikan kejutan pada sang abi tercinta. Sampai pada suatu sore, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Ketika sang adik, khilya, melakukan dialog berdua dengan sang abi. Kira-kira begini dialognya. "Abi sebentar lagi mau ulang tahun ya. Abi pengin hadiah apa. Kita punya rahasia lho buat abi," ucapnya memancing keingintahuan abi.
"Oh ya, rahasia apa?" tanya abinya.
Dan khilya pun bercerita tentang rahasia yang sudah kita sepakati bersama. Saat itulah kekecewaan Agam bermula, ketika rahasia untuk memberikan kejutan kepada sang abi dibongkar oleh adiknya.
"Gimana sih dek, kan kamu sudah janji mau jaga rahasia, kok dikasih tahu abi sih," protes agam pada adiknya dan si adik hanya senyum-senyum saja. Tidak sadar betapa berharga rahasia itu bagi sang kakak.
Akhirnya sang kakak harus rela menerima terbongkarnya rahasia yang dia rancang untuk abinya dan datang kepadaku untuk merancang rahasia yang lain. "KIta bikin rahasia sendiri yuk mi, tapi jangan dikasih tahu dik khilya. Habis dik khilya nggak bisa menjaga rahasia sih," pintanya.
Hingga pada masanya tiba, Agam bisa tersenyum manis dengan membawa sebuah kue tart kecil bertahtakan lilin usia di atasnya untuk sang abi. 
Selamat ulang tahun ya bi, We luv u....

Lomba manyun...

Momen sebelum tidur biasanya penuh dengan berbagai macam permainan. Kali ini kita lomba manyun-manyunan. Siapa yang bisa tampil paling manyun di foto, dia yang juara.
                                    Ni Adik Caca lagi manyun

Ni Kakak Khilya beraksi manyun

Yang ini Mas Agam ikut manyun

SIAPA YANG PALING MANYUN YA...

Karangasem, 10 Januari 2009

Merancang cita-cita


Malam itu, ritual sebelum tidur, aku elus rambutnya yang halus. Kakak dan adiknya sudah terbuai oleh malam sedangkan dia belum juga bisa memejamkan matanya. Seperti biasanya, ketika matanya sulit dipejamkan, dia memintaku untuk mengelus rambutnya hingga dia terlelap. Dan saat itu adalah salah satu moment romantis antara ibu dan anak gadisnya.
Lalu kulontarkan pertanyaan kepadanya, "Mbak Khilya besok gede cita-citanya jadi apa?"
Dan sebagaimana kebanyakan anak (termasuk juga aku waktu kecil), dengan singkat dia menjawab, "Mau jadi dokter."
Belum sempat aku lontarkan pertanyaan berikutnya, gantian dia yang menginterogasiku. "Kalau Ummi waktu kecil cita-citanya menjadi apa?"
Sekejap aku bingung menjawab. Mustikah aku berikan jawaban yang sama dengannya? Tapi ego ini bermain, kenapa aku tidak bisa mewujudkan cita-cita sewaktu kecilku? Lalu kujawab sekenanya, "Pengen jadi umminya mbak khilya," jawabku sambil memandang matanya yang polos.
Merasa jawabanku tidak memuaskan, dia protes. "Maksudku bukan yang itu. Ummi itu ingin jadi apa waktu kecil?" kejarnya. Mungkin dibenaknya dia beranggapan bahwa menjadi ummi adalah kodrat yang musti dijalani sebagai perempuan. Tanpa menjadikannya cita-citapun pasti kejadian.
Lalu kupikirkan alternatif jawaban yang lain. "Ummi pengen jadi daiyah," kataku singkat.
Namun jawabanku ini pun belum bisa memuaskannya. "Bukan itu maksudku," katanya lagi dengan nada meninggi. Memang jika disadari, menjadi daiyah dan berdakwah bukanlah cita-cita, melainkan tanggung jawab yang harus kita emban sebagai pertanggung jawaban kepada-Nya yang telah menunjuk manusia sebagai khalifah di bumi. Dan bagi khilya, itupun bukan cita-cita.
Tidak mau terus mengecewakannya, dengan jujur aku jawab cita-cita sewaktu masa kecilnya. "Ya udah, cita-cita ummi waktu kecil sama kayak mbak khilya, jadi dokter," jawabku. Malu sebenarnya mengakuinya.
"Tapi kok sekarang tidak menjadi dokter?" kejarnya. Nah lho, pertanyaan yang kukhawatirkan akan keluar dari lisannya ternyata tak bisa terelakkan.
"Karena ummi sekolahnya tidak disekolah dokter, jadi sekarang tidak menjadi dokter," jawabku mencoba membahasakan bahwa ummimu dulu nggak bisa nembus pilihan pertama waktu UMPTN nak, yaitu Fak Kedokteran. Lolosnya hanya di pilihan kedua, Ilmu Komunikasi yang sampai saat ini ilmunya masih kuakrabi. Meski sebenarnya pilihan kedokteran lebih besar karena keinginan ortu waktu itu.
Alhamdulillah dia puas dengan jawabanku. Tapi tahu umminya tidak bisa mencapai cita-citanya, maka dia berinisiatif untuk merancang cita-cita untukku. Katanya,"Kalau begitu sekarang ummi kubuatkan cita-cita ya. Bagaimana kalau sekarang cita-cita ummi menjadi pemadam kebakaran," katanya berdiplomasi.
Tak urung aku dibuatnya geli mendengar tawarannya. "Kenapa menjadi pemadam kebakaran?" tanyaku.
"Iya mi, menjadi pemadam kebakaran kan hebat. Pegang pipa air yang besaaaar, terus dipancurkan untuk memadamkan api," dalihnya. Mungkin dibenaknya fireman is a hero sehingga layak dijadikan cita-cita.
Melihatku terdiam dia pun kembali bertanya, "Bagaimana mi dengan cita-cita yang kubuat untuk ummi, bagus kan?"
Tak mau mengecewakan aku angukkan kepala sambil memeluknya. "Iya deh. Dah sekarang mbak khilya bobo," kataku.
Dan dia pun memejamkan matanya. Mungkin seraya membayangkan Umminya bergaya seperti pemadam kebakaran sedang mencoba memadamkan api yang berkobar. Mungkin dengan demikian dia beranggapan, "Ummiku hebat."
Baiklah nak, hal itu menjadikan Ummi berterima kasih karena kau mengingatkan bahwa menjadi orang hebat (bermanfaat bagi orang lain) adalah sebuah kebanggaan. Terima kasih telah kau rancangkan cita-cita untuk ummimu dan semoga cita-citamu kelak bisa terwujud.
Dengarkan doa hamba-Mu Ya Allah karena Kaulah satu-satunya tempat bergantung. 

Senin, 07 Mei 2012

Berenang di syurga


Pagi kemarin, sebagaimana pagi-pagi sebelumnya, Kakak Berby (panggilan kesayangan anak keduaku, khilya) masih bermalas-malas di atas tempat tidur. Tuh anak memang loading-nya lama. Antara bangun tidur, mandi dan berangkat sekolah bisa memakan waktu berjam-jam. Itu saja masih dimeriahkan dengan kicauan Ummi di pagi hari yang selalu menyemangatinya untuk bergegas.
Sambil tiduran, dia memanggilku supaya mendekatkan adiknya yang sedang kugendong dan mau ganti baju setelah mandi. "Sini dek sama kakak," katanya. Si adik kalau lihat kakaknya jadi semangat empat lima. Kududukkan si adik Caca di sampingnya sambil kupakaikan baju.
Sambil main dengan adik, saat itulah dia mulai bercerita. "Ummi, tadi malam aku mimpi berenang," katanya membuka cerita.
"Oh ya, asyik dong. Berenang dimana, sama siapa?" tanyaku bersemangat supaya bisa memancingnya cerita lebih banyak.
"Aku berenang di surga. Asyiiiiik banget mi. Airnya yang untuk berenang rasa strowberi. Bisa diminum lagi mi. Syuuttt... enaaaaaaaaaaaaak banget," ujarnya dengan ekspresi sedang menikmati minuman terlezat.
Belum sempat aku berkomentar, dia melanjutkan cerita. "Tidak cuma rasa strowberi mi, juga ada susu kental manis bendera putih. enak deh," tuturnya semangat. Susu kental manis bendera adalah susu favoritnya. Sekarang dia tidak mau minum susu apapun kecuali yang satu ini.
Tidak ingin kehilangan momen, akupun menimpali ceritanya. "Wah, enak sekali ya. Berenangnya sama siapa?" tanyaku lagi.
"Aku berenang sama Allah. Allah baik banget sama aku mi," jawabnya yang membuatku terbengong-bengong bingung membayangkan, bagaimana wujud Allah dalam mimpinya ya? Tapi tentunya hal itu tak perlu kan kutanyakan kepadanya.
Kuajukan pertanyaan lain, "Ummi kemana, kok ummi gak diajak?" protesku.
"Ummi gak ada dan abi jauuuuuuuuuuuuh banget," jawabnya ketika si abi tak mau ketinggalan juga menanyakan hal yang sama.
"Ya kok gitu sih, lain kali kalau mimpi berenang di surga ummi dan abi diajak ya," pinta kami.
"Iya deh. Tapi di mimpiku yang lain ya," katanya sepakat.
"Habisnya aku kalau tidur kan lamaaaaaaaaaa, gak bangun-bangun. Itu artinya aku sedang bermimpi indah. Lha Ummi sih bangunnya cepet, jadi pas aku mimpi Ummi dah gak ada," kata dia.
Gubraks!!! Aduh kakak, itu mah dalih biar gak bangun pagi. Pusing deh kalau gini....
Ya sudahlah nak, Ummi berdoa mimpimu kelak menjadi kenyataan. Dan jika suatu saat hal itu terjadi, ummi cuma berpesan, jangan lupakan ummi dan abi ya nak, juga kakak dan adikmu. Dan kita berenang di surga bersama, tidak hanya dalam mimpimu. We love you........

Hore...Adik hebat


Sudah dua pekan ini Caca sakit. Meski sudah membaik, tapi batuknya masih betah ngendon di tubuhnya. Yang menyedihkan dia menjadi kehilangan selera makan dan ogah minum susu formula. Bbnya jadi turun 3 ons dan badannya tidak montok lagi. Syukurnya dia masih mau ASI, mungkin merasakan ketenangan ya ketika berada di dekapan umminya (geer nih...) ;>>
Karena kehilangan selera makan, maka perlu usaha keras dan ketelatenan untuk bisa memasukkan sesuap bubur susu ke mulut mungilnya. Seperti yang kulakukan pagi ini. Sebelum berangkat kantor, kusempatkan untuk menyuapinya meski susahnya minta ampun. Segala upaya kukurahkan, dari mengajak jalan-jalan keliling rumah sampai harus cerewet mengajaknya bernanyi dan bercanda supaya suasana makan tetap menyenangkan.
Di tengah-tengah upayaku menyuapinya, belum lagi separuh bubur susu di mangkuk berkurang, tiba-tiba tangannya yang mulai aktif, bergerak mengenai mangkuk bubur yang kubawa. Alhasil, semangkuk bubur yang baru sedikit berkurang itu numplek (tumpah).
Antara pilu dan sedih aku hanya bisa beristighfar. "Astaghfirullah hal adhim. Laa haula wa laa quwwata illa billah," ucapku lirih. "Ya, maemnya tumpah deh dek."
Di tengah kepiluan itu, aku kaget. Tiba-tiba sang kakak khilya yang sedang disuapin sama abinya dan menyaksikan aksi adiknya bertepuk tangan dengan keras dan berteriak, "Hore... adik hebat..." **(bisa numpahin makanan -mungkin begitu maksudnya)**.
Si abi pun tertawa dan aku yang masih pilu tak kuasa pula menahan geli. "Iya ya nduk*... adik memang hebat. Tangannya bisa bergerak aktif." Dan meski tetap dalam kepiluan, diri ini (melalui sang kakak) disetir untuk mencari hikmah dari kejadian itu supaya bisa bersyukur bahwa anakku masih bisa tumbuh dengan sempurna.
Cepat sembuh ya nak, Ummi sedih melihatmu sakit.
Note: *Nduk (Gendhuk) = panggilan untuk anak perempuan di Jawa 

Ciumlah dia sekali saja...


Pukul 12.00 lebih siang ini segera kupacu Mioku keluar dari kantor. Sengaja kulajukan agak cepat karena ingin segera bertemu Caca yang hari ini berada di penitipan karena yang momong tidak masuk. Baru saja lepas dari gerbang, pandanganku bertatapan dengan seorang ibu yang sedang mengendong anaknya yang sedang menangis meronta-ronta, tak jelas pula apa maunya.
Sejurus kulayangkan senyum pada ibu itu dan sang ibupun membalasnya dengan senyuman.Bagaimanapun, meski tidak begitu dekat, aku mengenalnya karena beberapa kali mampir ke warungnya. Sedetik kemudian seiring dengan berlalunya motorku melalui ibu anak itu, tiba-tiba tindakan mengejutkan dilakukan oleh sang ibu. Dengan kejengkelan yang meluap, dia hempaskan anak dalam gendongannya ke tanah dan meninggalkannya begitu saja. Aku tidak bisa menyaksikan adegan itu dengan jelas, hanya kutoleh sekilas dan kulirik dari spion motor yang semakin menjauh.
Meski tidak melihat dengan gamblang, tak pelak miris hati ini menyaksikan perlakuan sang ibu kepada anaknya. Bahkan dia tega meninggalkan si anak yang masih menangis meronta. Mungkin kita tidak hanya pantatnya yang sakit dihempas ke tanah yang sudah keras tertutup semen, namun juga hatinya. Mendapat perlakuan kasar dari orang yang dia cinta dan percaya, sang ibunda. Mungkin si ibu memang sudah sampai pada puncak kesabarannya menuruti kemauan si anak yang tak kunjung ketemu apa maunya.
Miris hati ini diikuti air mata mulai menggenang. Membayangkan betapa pilunya jika berada pada posisi si anak tadi. Saat dia ingin mengungkapkan keinginan yang mungkin dia sendiri bingung untuk mengungkapkannya, perlakuan kasar ternyata harus dia terima. 
Tak dapat diingkari, tingkah pola anak kadang memang menguji kesabaran kita sebagai orangtua. Kesabaran untuk senantiasa memperlakukan mereka dengan cinta, di tengah emosi yang tengah melunjak. Rasa bersalah dan berdosa acapkali muncul ketika tak sadar kita memberikan mereka bentakan. Terlebih jika melihat kejadian tadi, teringat mungkin kita juga pernah berlaku kasar yang bisa melukai hati mereka. Padahal satu bentakan yang kita berikan bisa memutus syaraf-syaraf jalinan otak yang bisa membangun kecerdasan mereka.
Teringat kemudian dengan nasihat dari seorang saudara dalam forum rutin pekanan. Dia tuliskan dalam lembaran yang kemudian dibagi kepada yang lain "Ciumlah anakmu sekali saja." Sebuah anjuran untuk selalu memperlakukan anak kita yang baru tumbuh dengan cinta, entah bagaimanapun polah mereka. Anjuran untuk memberikan ciuman pada mereka karena satu ciuman saja mengandung makna yang luar biasa bagi mereka. Ciuman yang mereka terima akan menumbuhkan perasaan nyaman dan percaya diri ketika dia dewasa kelak. Ciuman itu bisa mendidik mereka untuk belajar menghargai dan mencintai, berhatilembut namun tak mudah menyerah.
Mari kita perlakukan anak-anak kita dengan cinta. Ciumlah dia sekali saja dalam sehari maka segala kebaikan akan tampak darinya. Bukankah setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya? 

Terima kasih cinta


Suatu masa, ketika belum lama menyandang gelar baru
Di siang hari, ketika terik turut menyumbang peluh
Di tengah kelelahan hunting berita
Tiba-tiba, hp berbunyi, sebuah SMS masuk
"Satu titik dua koma...
Ummi cantik istri siapa"
Cukup singkat dari seseorang yang baru saja mengubah statusku
Cukup bisa meronakan kedua pipiku
Dan cukup bisa menghilangkan peluh kala itu
Hingga kini tujuh tahun berlalu
Kembali kuterima pesan itu
"Kalaulah tidak setetes tinta...
Tak akan kutulis sebait puisi
Kalaulah tidak karena CINTA...
Tak akan kukirim SMS ini."
Mati kata untuk membalas pesan ini
Dan rasa yang sama tujuh tahun lalu masih terpatri
Terima kasih cinta... untuk segalanya

Antara Bali, Syurga dan Ice Cream


Sepanjang perjalanan mudik Lebaran antara Demak-Wonogiri membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Panas dan melelahkan. Terlebih untuk ketiga buah cinta kami, agam, khilya dan caca. Maka biar tidak terlalu membosankan buat mereka, suasana dalam mobil sepanjang perjalanan kita bikin ceria dan fun. Maka si abi sambil memegang kemudi berceloteh tentang hal-hal yang lucu kepada agam dan khilya yang ada di sampingnya. Sementara aku dan caca lebih banyak menjadi pendengar dan komentator yang baik. Habis si Caca belum mudeng dan paling cuma bisa berkata maem-maem atau papapapa dan sesekali terkekeh karena digoda kakaknya.

Salah satu percakapan yang membuat aku dan abinya geli sekaligus bersyukur adalah peristiwa di bawah ini:

Ketika itu si Agam menyebut nama-nama kota yang dia tahu. Solo, Wonogiri, Demak, Semarang, Jakarta, bla..bla..bla.. dan banyak lagi nama-nama kota lain yang disebutnya. Maka si abi pun turut nimbrung menyebutkan nama kota lain yang belum disebut oleh Agam, salah satunya adalah Bali.

Lalu Agam serta merta mengatakan, "Aku belum pernah ke Bali. Abi, aku pengen ke Bali," ujarnya.

"Mending kita ke wisata ke kota lain saja ya, ndak usah ke Bali," kata sang abi.

Agam yang selalu ingin tahu membalas dengan pertanyaan, "Kenapa tidak usah?"

"Bali tidak baik untuk kesehatan mata," jawab abi sekenanya. Tentunya jawaban tersebut sebagai pengganti gambaran bahwa banyak pemandangan yang tidak layak di pantai-pantai Bali untuk ditonton.

Agam pun terus berdalih, "Tapi abi kok ke sana?"

Nah lho, dapat pertanyaan begitu, si abi tertohok juga. Nggak nyangka kalau Agam ingat beberapa waktu lalu abinya beberapa kali pergi ke Bali untuk beberapa urusan.

Dan abipun membela diri, "Kan abi ke sana karena ada urusan."

Si adik khilya yang tadinya diam mendengarkan tiba-tiba urun rembug membela abinya. "Iya, abi kan kesana untuk kerja ya bi, biar dapat uang," kata khilya.

"Iya bi, emang ke sana dapat uang," kejar Agam tidak mau kalah.

Tidak mau permasalahan meluas pada masalah uang, abi coba membelokkan pembicaraan. "Udah, sekarang mending mas agam dan mbak khilya jadi anak soleh biar bisa masuk surga. Surga itu lebih indah lho dari Bali," kata abinya.

Dan selanjutnya pembicaraan beralih tema menjadi surga. "Iya, enak ya masuk surga. Nanti di surga kita pengen apa saja semua ada ya," kata agam.

"Iya. Di surga enak ya, ada es krim yang enaaak banget dan nggak bikin batuk ya," ujar si adik seolah teringat pesan kami kalau terlalu banyak makan es krim akan bikin batuk. Perlu diketahui bersama bahwa khilya adalah penggemar berat es krim.

Kali ini sang kakak sepakat, "Iya ya dik. Di surga kita mau apa saja langsung 'cling' ada, kita bisa langsung maem 'yam..yam..yam..Kita bisa makan es krim buanyaak banget tapi tidak bikin sakit ya." Agam mengatakan ini dengan ekspresi yang lucu dan mempraktekkan bagaimana memakan dengan lahap semua yang dia inginkan.

Dan pembicaraan kedua kakak beradik itupun berlanjut tentang indahnya surga dan enaknya makan es krim dan semua yang mereka inginkan di surga.

Aku dan abinya lebih banyak mendengarkan, mengangguk dan tersenyum ketika mereka minta dukungan. Geli sekaligus bersyukur atas keinginan besar mereka untuk masuk surga, gambaran mereka tentang surga serta lezatnya es krim surga.

Terima kasih Allah...Kau telah bimbing buah hati kami. Senantiasa kokohkan langkahnya agar mereka kuat untuk terus berproses menjadi umat-Mu yang bertakwa dan meraih cita-cita mereka untuk masuk surga. Amiin.

Menangis yang ahsan


Begini nih, gaya si adik kalau sedang ceria. Dia tuh kalau ada kamera, otomatis langsung action...
Kehebohan demi kehebohan kerap terjadi di rumah kecil kami. Tiga orang malaikat kecil dengan celotehan masing-masing bisa memeriahkan suasana. meski si kecil belum bisa berceloteh, paling tidak satu dua kata yang keluar dari mulutnya, tawa dan tangisnya bisa memberika warna.
Tidak hanya si kecil Caca, sang kakak kedua khilya pun kerap memeriahkan rumah kami dengan berbagai macam kepolosan katanya, termasuk juga tangisan ketika sedang terjadi perseteruan dengan sang kakak pertama Agam. meski dalam sekejap, kesepakatan gencatan senjata juga bisa terjadi atas kecerdikan sang kakak.
Sore itu, kedua kakak sedang asyik mandi ke halaman belakang lengkap dengan dua ember besar yang mereka jadikan perahu. Airpun tumpah ruah memenuhi halaman dan mereka mengumpamakan itu adalah lautan. Aku yang berada di dekat mereka sambil masak sering senyum sendiri karena geli dengan percakapan dua makhluk kecil yang belum faham arti dunia.
Di tengah keasyikan masak, tiba-tiba tangis si adik pecah. Biasa, style si adik ketika menangis adalah membuka mulutnya lebar-lebar sambil berteriak. Hoa...hoa... "wah pasti sedang terjadi peperangan nih antara dua kubu kapal perang," batinku. Benar juga. "Ah...biasa. Paling sebentar lagi juga gencatan senjatan."
Namun ternyata sore itu tangis si adik tak kunjung reda dan si kakak masih cuek bermain di atas kapal perangnya. ternyata terjadi perebutan senjata perang dan si adik kalah. Ketika sedang meninggi seperti itu memang susah mengerem tangis adik. lalu kucari cara untuk membuat suasana lebih terkendali.
"Eh...dik, kalau menangis mulutnya jangan dibuka lebar. Nanti kalau ada lalat atau nyamuk yang terbang trus masuk mulut gimana," ujarku. "makanya menangis harus yang ahsan biar nggak keselek karena nyamuk masuk tenggorokan. Gini nih," kataku sambil memanyunkan mulut dan mengeluarkan suara tangis memberikan contoh kepadanya.
Di luar dugaan, si adik tuh nurut. Spontan mulutnya tertutup meski nangis tetap aja dilanjut mempraktekkan bagaimana cara menangis yang ahsan. Suara kini menjadi lebih pelan, tidak lagi hoa..hoa... tapi hem...hem... karena nangisnya sambil mingkem.
Aku dan abinya geli menahan ketawa. Sejak saat itu kami menemukan formula bagaimana cara membuat si adik menangis dengan lebih "tenang". Setiap kali terjadi perseteruan dengan sang kakak, dan tangis hebohnya pecah maka kami berujar. "Ayo, bagaimana cara menangis yang ahsan?" Maka langsung dia mengatupkan mulutnya. Nah, suasana jadi lebih terkendali kan. tahu juga ya si adik, diajari cara menangis yang ahsan.   
5 Ramadan 1429 H

Peluang Kebaikan Itu Akan Selalu Ada

 Bismillah "Mbak Intan berhenti bekerja mendapat ladang kebaikan yang lain." Kata-kata itu terucapkan dari Mb Weni, saudara se-RT ...