Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Oktober 2020

Berlindung dari Kejahatan Orang yang Dengki Apabila Dia Dengki

Bismillah...

Pernahkah punya pengalaman sekali dalam perjalanan histori kisah hidup Anda memiliki teman yang suka sekali ikut campur urusan orang lain bahkan pada permasalahan yang dia tidak tahu duduk masalahnya atau bukan haknya untuk turut campur di dalamnya. Jujur, saya pernah.

Bagaimana rasanya? nano nano. Apalagi seringkali dia muncul dalam kondisi yang tidak terduga. Datang tak diundang, pulang tak diantar. Macam jelangkung saja. Ups.. meski kehadirannya tidak berupa fisik, kadang hanya berbentuk narasi dan prosa namun jika diladeni serasa akan menguras seluruh energi yang ada.

Maka dalam rangka saving energy, saya memilih untuk menjauh dan menjaga jarak. Bukan berniat untuk memutus tali silaturahmi, sama sekali tidak. Tapi lebih dalam upaya untuk menjaga hati supaya tidak ternodai oleh prasangka dan terlebih tidak terluka. Namun entahlah, sejauh mungkin saya mencoba untuk tidak beririsan dengannya, selalu saja ada hal-hal yang bisa menjadikan alasan baginya untuk merangkai narasi untuk saya yang membuat diri ini kerap berfikir, "why me?" Mungkin Alloh menguji saya dengan adanya dia. So nothing else to say, but Alhamdulillah.

Seperti pada suatu pagi, setelah sekian waktu terjeda dengan tanpa terjadi apa-apa, dan saya merasa demikian tenang dunia, tiba-tiba pesan masuk. Setiap kali saya menerima pesan darinya, rasanya jantung ini langsung berdegup kencang. Duh...semacam orang jatuh cinta. Tapi yang pertama kali terlintas di pikiran hanya satu pertanyaan, "ada masalah apa gerangan?"

Memerlukan waktu beberapa detik untuk membuat saya berani membuka pesan itu dan benar saja, lagi-lagi, pesan tersebut bisa memorak porandakan suasana hati dan lagi-lagi, isi pesan tersebut tidak  terkait dengan saya namun orang terdekat saya dan dengan urusan yang juga tidak terkait, sudah kadaluwarsa. Tentu hal ini saya dapatkan ketika saya sudah melakukan konfirmasi kepada orang terdekat yang ada pada pesan tersebut.

Well... tidak bermaksud ingin berghibah, tapi itu hanya cerita pengantar dan yang paling mendasar dari cerita itu adalah apa hikmah yang bisa kita ambil dan bagaimana jika kita dihadapkan pada keadaan yang sama? Maka daripada berkeluh tentang kondisi yang ada, lebih baik kita mencari hikmah dan pelajaran yang bisa didapatkan. Mungkin dengan demikian, cobaan tersebut dapat berakhir. Seorang bijak berkata, bisa jadi cobaan yang menimpa kita tidak segera berakhir karena kita belum bisa mengambil hikmah dari cobaan tersebut. Betullll? 

"Daripada berkeluh tentang kondisi yang ada, lebih baik mencari hikmah apa yang bisa kita dapatkan."
Mencoba merenung sebagai ikhtiar menghentikan cobaan tersebut, maka saya temukan hikmah versi saya dan semoga bisa menjadi hikmah juga untuk Anda:

1. Menjadi Muhasabah/Introspeksi

                             
Tidak ada saorang pun dilahirkan sempurna. Pun dengan kita. Maka melakukan muhasabah merupakan langkah untuk melakukan evaluasi dari dan kesiapan kita untuk menerima bahwa kita adalah manusia biasa yang tidak bisa lepas dari salah dan lupa. Adanya teman yang kepo dengan urusan kita bisa membantu kita dalam melakukan muhasabah dengan jujur. Bisa jadi, ketika itu kita memang sedang melakukan kesalahan yang harus diperbaiki. Jadi ada nilai positifnya juga khan, walau sesuatu yang dia urus itu bukan urusan dia. Disyukuri saja....

2. Melatih Kesabaran

Jika ada yang mengatakan sabar itu ada batasnya, mungkin perlu untuk belajar lagi. Belajar dan melatih diri dalam kesabaran menghadapi hal-hal yang tidak kita inginkan dan harapkan. Sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya kita berinteraksi dengan berbagai karakter manusia dan setiap karakter itu membutuhkan cara tersendiri untuk bersikap. Belajar menyikapi semua karakter ada kalangan tidak mudah sehingga hal itu tentu bisa melatih kesabaran. Dan yakinlah, Alloh bersama orang-orang yang sabar.

                                


3. Memberikan Motivasi

Kadang tidak banyak teman dekat yang mau jujur ketika kita minta pendapat tentang diri kita. Jadi ketika kita salah pun, maka atas nama pertemanan maka mereka akan tetap saja membela kita. Hal itu kemudian membuat kita berpikir bahwa semua seolah baik-baik saja. Namun perlu disadari bahwa as a human being, manusia itu tidak bisa terhindar dan lupa dan salah. Kata bahasa kerennya al insan mahalul khata' wan nisyan (moga gak salah ya nulisnya. hiks masih cetek banget bahasa arabnya). 
Maka jika ada teman yang berkata yang tidak mengenakkan tentang kita, meski kadang itu hal yang sebenarnya sangat dipaksakan untuk bisa terkait dengan kita, cobalah untuk menjadikan hal itu sebagai motivasi untuk memperbaiki diri kita. Semoga hal ini bisa membuat kita menjadi insan yang terus berbenah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Yang pasti, no matter how hard it takes, selalu berikan respon yang baik dari setiap kejadian, maka kembali yang baik pula yang akan kita dapatkan. Yakinlah...



4. Melatih hati seluas samudra

Tidak pernah rugi memiliki hati yang selalu bersih, terjaga dari rasa benci dan yakin itu tidak mudah. Ketika tiba-tiba ada hal tidak mengenakkan yang mengusik hati kita maka akan sangat lumrah jika hati menjadi tergores. Tapi seberapapun sakitnya, akan lebih terluka jika hati ini dibiarkan untuk membenci. Tak masalah memberikan waktu pada hati untuk berproses menjalani masa-masa penyembuhan namun berikan batas waktu untuk belajar memaafkan. Belajarlah dari matahari yang selalu datang menyinari meski kadang selalu saja ada orang mencaci.
Maafkan semua hal tidak menyenangkan yang dilakukan oranglain kepada kita, selalu tanamkan pada hati untuk berprasangka baik karena sungguh hati yang senantiasa memaafkan akan menjauhkan kita dari rasa  gelisah yang tak berkesudahan.

Semoga Alloh senantiasa menjaga kita, hati kita, iman kita dan melindungi kita dari godaan keburukan serta terhindar dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki (qs al falaq;5).[]End

Jumat, 03 Juli 2020

Pribadi yang Mulia

Bismillah...



Ketika berada dalam sebuah lingkaran kecil, tiba-tiba ada yang menggelitik untuk menorehkannya dalam catatan perjalanan cahaya. Ketika seorang saudara mengingatkan kembali tentang sebuah hikmah dari kalam Illahi yang diturunkan untuk menjadi panduan bagi manusia supaya tidak salah arah. Tentu tidak lain adalah Al Quran.

Intensitas kita dalam berinteraksi dengan Al Quran akan mengubah hidup kita, apalagi bila kita mengaji kandungan-kandungan mulia yang ada di dalamnya. Semakin kita mengaji akan semakin membuat kita takjub karena sungguh, tidak ada satu hal kecil pun di dunia ini yang lepas dari pembahasan dalam Kitab Suci Al Quran. 

Salah satu bagian yang menjadi bahasan ketika itu adalah makna yang terkandung dalam QS Al Furqon ayat 63-77 yang memberikan pembelajaran luar biasa untuk menjadi pribadi yang mulia. 

Bagian kecil dari begitu luasnya hikmah Al Quran pada ayat ini membahas tentang karakteristik hamba Allah yang memperoleh kemuliaan, antara lain:


  • Mereka yang berjalan di muka bumi ini dengan rendah hati, tidak menyombongkan diri. Pun ketika ada orang yang menyapanya dengan hinaan, maka dia akan tetap tenang, rendah hati dan teguh di jalan Allah.
  • Adalah orang-orang yang senantiasa menghabiskan waktunya untuk bersujud kepada Allah di waktu malam. Bahkan sholat yang dilakukannya tidak untuk dirinya sendiri, namun mendoakan orang-orang yang telah menghinanya. Menghabiskan waktunya untuk meminta keridhoan Alloh atas apa yang akan kita lakukan. Memohon ampunan lagi-lagi tidak hanya untuk dirinya tapi juga untuk mendoakan orang-orang yang mendzoliminya. Sholat tahajud memiliki banyak keutamaan sehingga jika Allah tidak membangunkan kita untuk bisa melaksanakan sholat tahajud, maka kita laksana kehilangan mutiara yang besar. Lakukan muhasabah, jangan-jangan kita memiliki banyak kesalahan dan kurang beristighfar.
  • HambaNya yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dengan tidak berlebihan, tidak dipamerkan dan juga tidak kikir.
  • Orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah, tidak membunuh kecuali dengan alasan yang benar dan tidak berzina karena semua itu memiliki konsekuensi yang berat.
  • Mereka yang bertobat kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tidak memberikan kesaksian palsu dan selalu menjaga kehormatan diri dari hal-hal yang tidak berfaedah.
  • Hamba yang selalu taat kepada Allah baik saat sendirian maupun saat bersama-sama.
Akankah kita menjadi prbadi yang memperoleh kemuliaan? Maka diri kita sendiri yang mengetahui jawabannya. 

Semoga Allah SWT membimbing kita semua. Aamiiin...

Kamis, 23 Mei 2019

Sadar Bakat = Sadar Diri


                         

Bismillah...




Hidup ini adalah sebuah proses dan setiap proses mengantarkan kita pada sebuah penemuan baru yang belum kita fahami sebelumnya. Sebuah penemuan yang membuat kita sadar akan banyak hal, tentang kehidupan itu sendiri, tentang segala peristiwa yang terjadi –yang ditakdirkan terjadi- dan hikmah yang ada di dalamnya. Satu hal yang paling penting ditemukan adalah tentang diri kita. Siapa kita dan untuk apa kita diciptakan.



Penyadaran diri pada untuk apa kita diciptakan tidak akan cukup hanya dengan sadar saja. Ada hal penting yang harus bias kita temukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan peran dalam pencitaan kita, yaitu pada sisi mana kita akan mengambil peran dan pada bagian apa kita bias memaksimalkan lakon yang kita jalani. Hal penting yang harus ditemukan adalah diri kita sendiri.

Yes… menemukan jati diri kita adalah sebuah upaya untuk menjalankan kewajiban supaya bisa berjalan dengan asyik. Mengapa demikian? Saya punya jawabannya.

Pertama, ketidakfahaman pada diri sendiri menjadikan kita tidak bias mendamaikan antara keinginan, harapan dan realita. Anggapan kita pada diri kita yang tidaksesuai keadaan bias membuat kita terlalu memaksa diri kita sendiri, menjadikan over estimate maupun under estimate. Kondisi ini yang kemudian berbahaya karena bias membawa pada suasana yang tidak nyaman hingga stress.

Hal sama yang saya rasakan ketika begitu banyak hal yang ingin saya lakukan tanpa melihat apakah saya punya kemampuan di sana. Hal ini menjadikan saya over push to my self yang kadang justru berujung pada mellow yang takberkesudahan. Ketika ada hal yang baru, selalu ingin saya mencoba dan ambil peran di sana, namun ketika kemudian saya tidak bias memainkan peran itu dengan baik, maka yang pertama kali muncul adalah blame in my self. Menyalahkan diri sendiri, mengapa saya tidak bisa? Hal itu terus saja berulang dan berulang sehingga jamak membuat saya pada kondisi tertekan. It’s true…

Ketika itu saya berkeyakinan bahwa jika ada kemauan pasti ada jalan, yap, itu benar. Kemauan adalah modal utama yang harus kita miliki ketika ingin menjalankan peran kita. Tapi bagaimana peran itu dijalankan? Hanya sebagai penggugur kewajiban atau ingin menjalankan dengan excellent? Maka di situlah kemampuan berperan. Maka jika ingin bisa menjalankan peran dengan baik, kemauan saja tidak cukup, ada porsi kemampuan yang harus kita perhatikan. Di sinilah kemudian kesadaran akan memampuan itu sangat diperlukan. Kefahaman pada kemampuan diri sendiri harus ada. Bagaimana caranya? Ada edisi dimana saya akan mengupasnya.

Kedua, setelah kita bisa menemukan jati diri dan faham pada kemampuan kita maka akan menbuat kita bisa lebih bijak memilih peran yang akan kita jalankan. Memilih peran yang tepat sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Kemampuan pun tidak akan bisa terolah dengan baik ketika kita tidak memahami kekuatan dan kelemahan kita, yang dalam sebuah kata ringkas disebut BAKAT.  Memahami apa kekuatan dan dimana kelemahan kita akan memudahkan kita dalam menemukan dimana potensi yang bisa mengungkit kita lebih berprestasi. Ibarat filosofi yang mengatakan “asahlah kapak pada sisi tajamnya”, maka memahami kekuatan kita dan fokus pada kekuatan tersebut menjadikan kita mengasah kemampuan kita pada sisi tajam kita.

Jika kita sudah bisa memilih peran yang tepat sesuai dengan kekuatan yang kita miliki, maka insyaAlloh kita bisa menjalankan peran tersebut dengan enjoy dan bisa membuat kita lebih bijak meninggalkan peran yang tidak sesuai dengan bakat kita. Inilah yang kemudian bisa dikatakan bahwa sadar akan bakat kita bisa menjadikan kita sadar diri. Tidak memaksakan diri mengambil peran pada hal yang tidak sesuai dengan kemampuan kita.

Mari, fahami bakat kita, fahami kekuatan kita dan abaikan kelemahan kita. Bagaimana caranya? Bersambung di edisi selanjutnya.


=may.2019.=






Minggu, 04 Maret 2018

Ekspresi Menentukan Prestasi


Bismillah...

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk introspeksi diri, salah satunya adalah dengan meminta masukan kepada orang-orang yang banyak berinteraksi dengan kita. Melalui cara itu, kadang kita akan menemukan fakta di luar dugaan kita dan jika itu adalah sebuah kenyataan dan bisa membuat kita berubah menjadi lebih positif, mengapa tidak?


Memasuki bulan muharrom, diniatkan untuk melakukan muhasabah. Selain secara mandiri, maka mulailah mencari masukan ke teman-teman kantor dimana saya menghabiskan waktu delapan jam sehari dari jam 08.00 sampai 16.00.


Pada sebuah morning briefing yang dilakukan setiap senin pagi, saya sengaja meminta teman-teman untuk memberikan masukan kepada saya, hal-hal apa yang mereka temui dalam diri saya dan membuat mereka tidak nyaman.


Hasilnya, benar-benar di luar dugaan. Sesuatu yang sama sekali tidak terduga dan menjadi pengamatan, rerasan bahkan pertanyaan di benak mereka. Dan satu hal itu sepenuhnya di luar dugaan saya. Apakah satu hal itu? Ia adalah EKSPRESI.


Teman-teman tim marketing ternyata benar-benar pengamat sejati dari ekspresi saya dan parahnya saya sama sekali tidak menyadarinya. Saya tidak sampai menduga bahwa ekspresi saya akan memberikan dampak besar pada mood dan kinerja mereka. Olala...sungguh jadi feeling guilty bener deh.


Hingga pada suatu saat ketika kita melakukan morning breafing bersama, saya berniat untuk meminta masukan dari tim terkait apapun, termasuk masukan tentang diri saya. Faktanya, ditemukan beberapa masukan yang membuat saya di satu sisi merasa berterima kasih dan di sisi lain merasa bersalah. Ingin tahu apa saja pernyataan mereka?


Let's see:

1. "Mbak Intan...katanya selalu terbuka menerima semua masukan, tapi yang kita rasakan nih setiap kali kita kasih masukan yang tidak sama dengan usulan mbak intan tuh, tiba-tiba ekspresinya langsung berubah gitu. Jadinya kita yang mau meneruskan sudah gak enak hati."
=ehm...suer saya tipe orang terbuka dengan setiap masukan, tapi tiba-tiba ekspresi berubah itu apakah benar begitu ya? itu yang selama ini tidak kusadari. ah..jadi harus lebih berhati-hati nih untuk berekspresi dan belajar untuk mengatur ekspresi yang tidak annoying meski kita merasa biasa-biasa saja.

2. "Kita nggak tahu nih ya mbak, kadang masalah apa yang dipikirkan mbak intan. Tapi ketika pagi hari, kita datang ke kantor, trus lihat mbak intan sudah duduk di depan komputer dengan muka yang serius (baca:cemberut) tuh membuat kita bertanya-tanya. Ada apa ya? Kita punya salah apa ya? trus ujung-ujungnya langsung menerjunkan mood kita, jadi males marketingan. Bener deh mbak, nggak enak bener dilihatnya."

=duh..duh...yang satu ini nih bikin feeling guilty banget. emang sih kadang pagi-pagi udah serius dan sibuk sendiri dengan kerjaan yang terus menggunung gak pernah ada matinya. Tapi semua itu nggak ada kaitannya kok dengan kalian. Maafkan ya kalau akhirnya menjadikan tidak semangat melakukan job. Nah ini nih yang dikatakan ekspresi menentukan prestasi.

Maka kemudian, sejak saat itulah saya berjanji bahwa setiap pagi harus memasang muka manis, tersenyum ceria dan sumringah penuh suka cita. Hehe... Bukan napa-napa sih, kalau mereka gak mood jualan trus target tidak tercapai, maka jadi kacau. Duh...bisa berabe, apa yang saya katakan pada pak bos nantinya. Masak harus ngomong target tidak tercapai gara-gara ekspresi saya. Nggak banget deh. so sad...


Itulah sepengkal kisah saya tentang begitu eratnya kaitan antara ekspresi dan prestasi. Terima kasih buat teman-teman satu timku yang sudah kasih banyak introspeksi untuk bahan muhasabah. Kalian...terbaiiiik.....(end)






Selasa, 08 Mei 2012

Karena kita bukan siapa-siapa

Bismillahirrahmanirrahim


Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al Hajj:5-6)

Melalui berbagai kejadian, Alloh berusaha mengingatkan kita. Setidaknya itulah yang bisa saya serap dari bertubi-tubi peristiwa yang terjadi di sekitar saya dan menimpa orang-orang yang berada tak jauh dari zona saya saat ini. Peristiwa yang bisa membuat kita terhenyak, kaget, mengelus dada, menghela nafas dan akhirnya tersadar bahwa sesungguhnya kita bukan siapa-siapa.

Ya, kita bukan siapa-siapa dan kita bukan penentu segalanya. Mungkin kita punya segudang mimpi, itu sah-sah saja. Mungkin kita punya sederet rencana, itu hal yang sudah semestinya dan mungkin kita punya segudang strategi, itu sudah sepantasnya. Namun di antara mimpi, rencana dan strategi yang kita bangun, satu hal yang akhir-akhir ini saya terus "dipaksa" untuk mengingatnya adalah kita bukan penentu segalanya.

Rencana yang sudah mulus kita jalankan dan strategi jitu yang berhasil kita lancarkan bisa jadi sempat membuat kita merasa jumowo bahwa kita telah berhasil atas usaha dan kerja keras yang kita lakukan. Lalu kita berasyik masyuk berada di zona nyaman "yang telah berhasil kita ciptakan." Keasyikan itu acap kali membuat kita terlena dan terus terhanyut dalam iramanya yang menyenangkan tanpa sadar bahwa ada kekuatan lain yang berhak mengambilnya kembali dari kita kapanpun Dia mau.

Yap, Dialah Alloh, Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu. Dialah yang berkuasa menentukan semua yang tak pernah kita duga, sangka bahkan di luar keinginan kita. 

Ada sebuah hikmah dari kejadian yang menimpa teman anak saya ketika sedang mengikuti kegiatan renang di sekolah. Kita pasti membayangkan, alangkah senangnya mereka mengikuti kegiatan outing yang diharapkan bisa membuat para siswa menjadi segar dan ceria. 

Ya, kesenangan itu berlangsung hingga pada suatu saat terjadi peristiwa yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak semua orang. Ada seorang anak bermain kayu dan mengenai mata temannya, dan tragisnya lagi, di kayu yang terkena mata anak tersebut terdapat paku yang menancap. Alhasil, dikabarkan kelopak mata si anak sobek hingga bola matanya hingga harus menjalani operasi yang biayanya mencapai puluhan juta. Astaghfirullohaladzim...semoga Alloh memberikan kekuatan dan kesabaran pada si anak dan ayah ibunya dalam menghadapi cobaan ini.

Satu kejadian nyata yang membuat miris bukan? Hanya dalam beberapa detik saja, suasana yang menggembirakan berubah menjadi nestapa.

Peristiwa lain yang membuat saya merasa "kerdil" di hadapan Alloh adalah kejadian baru-baru ini yang menimpa seorang teman 'senior' di kampus. Sebelumnya keadaan berlangsung begitu indah. Beliau adalah seorang yang tergolong sukses, pinter menjadi dosen dan sedang menyelesaikan studi masternya di universitas terkemuka di negeri ini. Hebat bukan? Tidak hanya sebagai pribadi, dalam berkeluargapun kondisinya tidak jauh beda. Beliau memiliki istri yang cantik, setia dan sudah dikaruniai 3 anak yang cantik-cantik pula. Sang istri saat ini pun tengah hamil 8 bulan anak keempatnya yang menurut hasil USG berjenis kelamin laki-laki. Seorang anak yang sungguh sangat dinantikan kehadirannya. Bahkan seorang teman bercerita beliau pernah mengatakan,"Saya tidak akan berhenti sebelum memiliki anak laki-laki." Dan keinginan itu (memiliki anak laki-laki) dikabulkan oleh Alloh (meski masih sebatas prediksi hasil USG), tapi paling tidak jika kita berada pada kondisi tersebut pasti bahagia tak terkira.

Sungguh sebuah kehidupan yang sempurna. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Suatu kejadian yang luar biasa. Pada suatu waktu, dalam perjalanan menuju kampus, beliau ditabrak oleh pengendara sepeda motor yang melaju kencang dari sisi kanan jalan. Kecelakaan itu mengakibatkan benturan keras di kepala dan berdampak pada kerusakan otak yang menjadikan beliau langsung koma. Diaknosa dokter menyatakan bahwa beliau mengalami kematian batang otak dan hidupnya ditopang dengan bantuan selang inkubator. Dan setelah empat hari berjuang, akhirnya kehendak Alloh tergariskan. Alloh memanggilnya untuk menghadap, Alloh lebih mencintainya. Semoga beliau diberikan tempat istimewa di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran, ketabahan serta keteguhan hati untuk menghadapinya.

Sedih pasti, apalagi melihat kondisi keluarga yang ditinggalkan harus menghadapi realita kehidupan yang berbalik 100% hanya dalam hitungan singkat. Sudah menduga sebelumnya, yakin, tidak pernah. Tapi ketika takdir Alloh sudah terjadi, siapa yang bisa menolaknya. Kecuali berusaha sekuat tenaga menerima.

Kisah kehidupan ini yang kembali mampu mengingatkan saya, bahwa saya (dan kita) bukan siapa-siapa. Membuat kita mencoba untuk senantiasa terjaga berada di garis kebaikan. Membuat kita selalu melakukan instrospeksi, ada Dzat lain yang memegang kendali atas hidup kita. Sehingga ketika kita sudah berjuang semaksimal mungkin sesuai kemampuan kita, pada ending perjuangan tersebut (sukses ataupun gagal) adalah hak penuh Alloh untuk menentukan. Berusaha, berjuang, berazam lalu tawakal, kembalikan semuanya kepada Alloh sehingga ketika berhasil kita tidak menjadi sombong dan ketika gagal kita tidak menjadi tumbang.

"faidza azzamta fatawakkal 'alalloh"
Tak ada yang lain kecuali doa terlantun untuk-Mu di penghujung note ini: "Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah, waqina azabannar." Amminnn.

=penghujung september 2011=

Indahnya sebuah nasihat


From: Yoyoh Yusroh
Date: 2011/5/18
Subject: Nasihat untuk sang putera
To: Aizza Jundana

Nasihat Seorang Arab Kepada Putranya
(Ukht/ Nayifah Uwaimir)

Wahai puteraku …
Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia ..
Janganlah berbicara dalam berbagai urusan ..
Kecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya ..
Dan jika seseorang datang membawa berita, cari bukti kebenarannya sebelum dengan berani engkau berbicara ..
Hati-hati dengan isu .. jangan percayai setiap yang dikatakan, jangan pula percaya sesuatu yang setengah engkau lihat ..
Dan jika engkau mendapatkan cobaan berupa seorang musuh .. hadapi dengan berbuat baik kepadanya .. tolak dengan cara yang lebih baik, niscaya permusuhan itu berubah menjadi cinta kasih

Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”.

Jika engkau diserang banyak orang sementara engkau berada di atas kebenaran .. atau jika engkau diserang dengan kritikan-kritikan buruk .. bergembiralah .. sebab mereka sebenarnya sedang berkata: “engkau orang yang sukses dan berpengaruh”, sebab,
· anjing yang mati tidak akan ditendang,
· dan tidak dilempar kecuali pohon yang berbuah

Wahai puteraku ..
Jika engkau hendak mengkritik, biasakan untuk melihat dengan mata tawon lebah .. dan jangan memandang orang lain dengan mata lalat, sebab engkau akan terjatuh kepada perkara yang busuk!

Tidurlah lebih awal wahai puteraku agar bisa bangun lebih awal .. sebab keberkahan ada di pagi hari, dan saya khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan rizki Allah yang Maha Penyayang disebabkan engkau begadang di malam hari, sehingga tidak bisa bangun pagi!

Akan aku ceritakan kepadaku kisah seekor kambing dan serigala, supaya engkau aman dari orang yang berbuat makar ..
Dan saat seseorang memberikan tsiqah-nya kepadamu, jangan sampai engkau mengkhianatinya!
Akan aku ajak engkau ke sarang singa .. akan aku ajarkan bahwa singa itu tidak menjadi raja hutan dikarenakan aumannya!!
Akan tetapi, karena ia berjiwa tinggi! Tidak mau memakan hasil buruan binatang lain, betapapun ia lapar .. dan perutnya melilit-lilit .. jangan mencuri jerih payah orang lain .. sebab engkau menjadi keji!

Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang! Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”.

Wahai puteraku ..
Biasakan engkau bersyukur .. kepada Allah! Cukuplah menjadi alasan untuk bersyukur kepada-Nya bahwa engkau dapat berjalan, mendengar dan melihat!
Bersyukurlah kepada Allah, dan syukuri pula manusia .. sebab Allah SWT akan menambah orang-orang yang bersyukur
Dan manusia senang saat mendapati seseorang yang diberi sesuatu lalu orang itu menghargainya!

Wahai puteraku .. ketahuilah bahwa sifat utama yang paling agung dalam kehidupan ini adalah sifat jujur!
Dan bahwasanya kebohongan, meskipun tampak memberi keselamatan .. namun jujur lebih berakhlaq bagimu! Dan bagi orang sepertimu!

Wahai puteraku …
Persiapkan alternatif untuk segala urusan .. agar engkau tidak membuka jalan kehinaan!
Manfaatkan segala peluang .. sebab peluang yang datang sekarang .. bisa jadi tidak akan berulang!!

Jangan berkeluh kesah .. aku harap engkau optimis .. siap menghadapi kehidupan ..
Jauhilah orang-orang yang putus asa dan pesimis, lari dari mereka! Dan jangan sampai engkau duduk dengan seseorang yang selalu memandang sial kepada segala hal!!

Jangan bergembira saat melihat orang lain terkena musibah .. jangan pula menghina orang karena postur atau penampilannya ..
Sebab dia tidak menciptakan dirinya .. dan saat engkau menghina orang lain, pada hakekatnya engkau menghina ciptaan dari Dzat yang Maha Mencipta dan Membuat bentuk rupa

Jangan membuka aib orang, sebab Allah akan membuka aibmu di rumahmu .. sebab Allah-lah Dzat yang menutupi .. dan mencintai orang yang menutupi!
Jangan menzhalimi siapa pun .. dan jika engkau hendak menzhalimi dan engkau merasa mampu menzhalimi, ingatlah bahwa Allah SWT lebih mampu!

Jika engkau merasa hatimu mengeras, usaplah kepala anak yatim .. engkau akan terheran-heran .. bagaimana usapan itu dapat menghilangkan rasa keras hati dari hatimu, seakan hatimu menjadi pecah dan melunak!

Jangan mendebat .. dalam perdebatan .. kedua pihak merugi.
Kalau kita yang kalah, kita merugi telah kehilangan kebesaran kita, dan jika menang, kita juga merugi, telah kehilangan orang lain yang menjadi lawan debat kita .. semua kita kalah .. baik yang merasa menang .. dan yang merasa belum menang!

Jangan monopoli pendapat .. yang bagus adalah engkau mempengaruhi dan dipengaruhi!
Hanya saja, jangan larut dalam pendapat banyak orang .. dan jika engkau merasa bahwa pendapatmu benar .. tegarlah dan jangan terpengaruh!

Wahai puteraku ..
Engkau dapat merubah keyakinan orang .. dan menguasai hati mereka tanpa engkau sadari! Bukan dengan sihir, bukan pula dengan jampi .. namun, dengan senyumanmu .. dan kosa katamu yang lembut .. dengan keduanya, engkau dapat menyihir!!
Oleh karena itu, tersenyumlah .. maha suci Allah yang telah menjadikan senyuman sebagai ibadah dalam agama kita, dan kita mendapatkan pahala darinya!!

Di Cina .. jika engkau tidak murah senyum, mereka tidak akan berikan lisensi kepadamu untuk membuka kedai ..
Jika engkau tidak menemukan orang yang tersenyum kepadamu, tersenyumlah engkau kepadanya!
Jika bibirmu terbuka karena senyuman .. dengan cepat .. terbuka pula hati untuk mengekspresikan isinya

Jika orang meragukanmu, bela dirimu .. jelaskan .. dan beri keterangan pembenarannya!
Jangan suka nimbrung dan mengenduskan hidungmu dalam segala urusan .. jangan pula ikut-ikutan, berposisi bersama banyak orang saat mereka bersikap!!
Wahai puteraku .. jauhkan dirimu dari hal ini .. aku sangat tidak suka kalau melihatmu seperti ini!!

Jangan bersedih wahai puteraku terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan! Sebab kita tidak diciptakan kecuali untuk diuji dan diberi cobaan .. sehingga Allah melihat kita .. adakah kita bersabar?
Karena itu .. santai saja .. jangan keruh hati! Yakinlah bahwa jalan keluar dekat ..
“jika mendung semakin hitam, pertanda, sebentar lagi hujan”!!

Jangan meratapi masa lalu, cukuplah bahwa ia telah berlalu .. sia-sia kalau kita memegang gergaji kayu, lalu menggergaji!!
Tataplah hari esok .. persiapkan diri .. dan singsingkan lengan baju untuk menghadapinya!!
Jadilah orang yang mulia .. berbanggalah dengan dirimu!
Sebagaimana engkau melihat dirimu, begitulah orang lain akan melihatmu ..
Jangan sekali-kali meremehkan dirimu!! Sebab engkau menjadi besar saat engkau ingin besar .. hanya engkau saja yang memutuskan ia menjadi kecil!

Yoyoh Yusroh

sumber : Aizzajundana blog

Sebuah Kesaksian...


Kesaksian Ustadz Hilmi Aminudin atas Ustadzah Yoyoh Yusroh (alm)

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
 
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un tsumma Innalillahi wa inna ilaihi raji’un tsumma Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
 
Alhamdulillah wash sholatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi wasohbihi wa ma walah.
Wa qolallahu azza wa jalla fi kitabihil aziz, a’udzubillahi minasy syaitanir rajim,
wa likulli ummatin ajal, faidza ja-a ajaluhum la yasta’khiruna saah – wa la yastaqdimun.
wa qola: kullu nafsin dza-iqatul maut, wainnama tuwaffauna ujurakum yaumal qiyamah, fa man zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata fa qad faza. Wa mal hayatud dunya illa mata’ul ghurur.
wa qola: minal mukminina rijalun shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi, fa minhum man qadla nahbahu wa minhum man yantazhir, wa ma baddalu tabdilaa.
Shodaqollahu azhim
 
Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,
 
Saya diminta untuk mewakili keluarga besar almarhumah ustadzah Yoyoh Yusroh dan keluarga besar ayahanda beliau, ayahanda almarhumah, KH Abdushshomad (alm) dan Hj. Siti Aminah ibunda Yoyoh, begitu juga tiga belas anak-anaknya.
 
Pertama-tama untuk menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada hadirin-hadirat yang telah meluangkan waktu untuk bertakziyah dan mendoakan almarhumah. Mudah-mudahan doanya insya Allah diterima oleh Allah swt.
 
Jika sebagai manusia ada kekhilafan, ada kesalahan, ada kelalaian mohon dimaafkan. Begitu juga jika ada hutang-piutang yang tidak diketahui keluarga mohon disampaikan kepada pihak keluarga untuk diselesaikan dan atau kemudian jika tidak sempat menghubungi keluarga mudah-mudahan bisa meridhokan, bisa meridhokan sehingga tidak menjadi beban bagi almarhumah.
 
Hadrin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,
 
Selain mewakili keluarga besar almarhumah saya di sini juga mewakili keluarga besar jamaah Partai Keadilan Sejahtera yang pada hari ini merasa kehilangan kader terbaiknya, kader yang merintis dari awal pertumbuhan jamaah dakwah ini, gerakan dakwah ini. Dari awal tahun 80 beliau sudah bergabung dengan aktifitas dakwah ini, bergabung dengan penuh semangat wala wal intima', semangat loyalitas dan komitmen. Bergabung dalam gerakan dakwah ini dengan semangat thoat wat tadlhiyyah. Seluruh hidupnya diwakafkan, diserahkan pada dakwah ini. Seluruh perjalanan hidupnya telah bergabung dengan dakwah ini secara totalitas, diberikan untuk dakwah ini. Dalam hal ini kita merasa kehilangan.
 
Sesungguhnya yang merasa kehilangan bukan hanya jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera, bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi saya sendiri dari sejak pagi menerima takziyah dari segenap penjuru dunia, dari negara-negara ASEAN, dari negara-negara Timur Tengah menyampaiakn takziyah ini. Karena sekali lagi yang kehilangan bukan hanya jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera, bukan hanya bumi pertiwi Indonesia, tapi ikut kehilangan juga Masjidil Aqsha dengan Baitul Maqdis-nya, seluruh mujahidin-mujahidah di Palestin sudah menyampaikan takziyahnya dan merasa kehilangan. 
Bukan hanya bumi Indonesia yang kehilangan amarhumah bahkan bumi di mana terletak Masjidil Aqsha-pun merasa kehilangan, bumi para mujahidin-mujahidah yang sampai hari ini sedang dikepung oleh tentara zionisme Israel turut juga merasa kehilangan. Karena beliau selain mewakili jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera, sebagai anggota DPR juga mewakili bangsa Indonesia hadir di tengah-tengah pejuang mujahidin di Gaza, sehingga mereka pun ikut merasa kehilangan.

Bahkan, baru saja kita juga menerima takziyah dari kesatuan-kesatuan milliter dan kepolisian Indonesia yang sedang bertugas melaksanakan menjaga perdamaian di Sudan di Darfur pun menyampaikan takziyahnya. Semuanya ini adalah merupakan respon atas kehilangan seorang daiyah seorang mujahid/mujahidah dakwah yang telah memperlihatkan dedikasinya untuk apa yang dia yakini, apa yang dia cita-citakan dan apa yang dia perjungkan.
 
Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,
 
Sekilas bagaimana dakwah ini bertemu dengan beliau, pada akhir tahun – sekitar pertengahan tahun 80 beliau sebagai mahasiswi di IAIN Ciputat, waktu itu masih mahasiswi baru dan kebetulan saya sekali-kali diundang ceramah oleh mahsiswa di sana - mahasiswi di sana, ternyata beliau bukan hanya pendengar ceramah yang baik tapi langsung menginginkan adanya komitmen dengan nilai-nilai yang diceramahkan. Dan sejak saat itulah beliau tidak pernah lepas dengan dakwah ini, dengan segala pengorbanannya. Bahkan ketika rezim Orde Baru memenjarakan saya selama dua tahun beliau terus melakukan langkah-langkah dakwah dan ketika saya keluar dari penjara beliau segera menemui saya lagi dan bergabung lagi, tanpa malu dengan eks tahanan politik. Terus bergabung.
 
Bahkan ada titik-titik sejarah yang mungkin pada generasi sekarang sulit mengaplikasikannnya. Ketika masuk saatnya beliau harus menikah beliau datang kepada saya dan mengatakan, “Ustadz saya diminta orang tua untuk segera menikah.” Saya katakan, “Insya Allah saya doakan semoga diberikan kemudahan.” “Tapi calonnya minta dicarikan ustadz, saya ingin sesama aktifis dakwah.” “Ada pilihan?” “Tidak ada pilihan. Pilihan jamaah dan pilihan Allah itulah yang akan menjadi pilihan saya.”
 
Dan segeralah saya mencari-cari siapa yang sudah jadi, sudah tentu pada saat itu masih mahasiswa dan mahasiswi yang iklimnya sulit untuk siap nikah waktu itu. Dalam kesulitan mencari itu akhirnya kita menggunakan logika qum ya Hudzaifah! Lalu yang menyambut panggilan qum ya Hudzaifah, itulah suami beliau yang setia mendampingi beliau sampai sekarang yaitu akhunal fadhil Budi Darmawan. Yang ketika saya minta segera mengasih tahu orang tua beliau di Bandung, bahkan belum tahu nama lengkapnya. Ketika ditanya oleh orang tuanya, “Budi siapa nama calon istrimu?” “Yoyoh.”  “Yoyoh apa?” “Belum tahu.” Tapi orang tua Budi Darmawan ini seorang sholih dan sholihah dan menemui saya dan merestui rencana pernikahan bahkan mempersiapkan segala perangkat rumah tangganya dan kemudian sayalah yang melamar beliau kepada KH. Abdushshomad almarhum, yang kemudian juga beberapa hari kemudian menyelenggarakan pernikahannya.

Seluruhnya bahkan proses ini sepertinya almarhumah dan akh Budi Darmawan kayaknya belum pernah ketemu sebelum proses ini. Inilah sikap generasi pertama dari yang memegang komitmen dengan dakwah ini. Yang kisah-kisah seperti itu sangat banyak tapi yang sangat menonjol adalah kisah almarhumah ini.
 
Begitu juga dengan perjuangan-perjuangan, baik sebelum era reformasi dengan segala ketekunannya ekspansi dakwah hampir ke seluruh penjuru Indonesia dan sesudah era reformasi dan kita bersama komponen bangsa yang lain membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ini menuju yang lebih baik, almarhumah dengan sangat tekun menjadi legislator dua periode di DPR, Ti Ti...tiga? Tiga periode di DPR,   yang periode ketiganya ini belum selesai. Jadi beliau tiga periode ini secara terus menerus berjuang dan membuktikan dedikasi dalam kiprahnya. 

Bahkan ketika ditugaskan di komisi I, luar biasa perkembangan kiprahnya merambah seluruh dunia yang memerlukan kontribusi Indonesia baik dalam pembebasan Palestina, perdamaian Sudan atau di Lebanon atau di Istanbul hampir tugas-tugas internasional semua beliau laksanakan. Ini sudah barang tentu menjadi suri tauladan bagi kita semua dan beliau tidak pernah dalam melaksankan tugas ini mengeluh biaya dan menanyakan dari mana biayanya? Siapa yang mengurusnya? Tidak! Seluruhnya dimenej dikelola dengan kemampuan semangat ruhul badzlu wat tadlhiyah. Keteladanan inilah yang harus kita ikuti dan kita lanjutkan.
 
Sudah barang tentu beliau tadi jam 03.30 dipanggil oleh Allah swt untuk insya Allah menikmati pahala dari kerja keras, dari pengorbanan, dari perjuangan, dari jerih payah. Mudah-mudahan insya Allah kita diberi kesempatan oleh Allah swt untuk bergabung dengan beliau kalak di jannatil Firdausi a'la.
 
Tadi saya bacakan ayat yang menyebutkan minal mukminina rijalun shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi, fa minhum man qadla nahbahu wa minhum man yantazhir,  dan almarhumah termasuk yang man qadla nahbahu,  telah menunaikan tugasnya dan menghadap kepada Allah swt, dan kita termasuk waminhum man yantazhir. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah swt utk tetap meneruskan semangat seperti yang dicontohkan oleh almarhumah yaitu semangat wala baddalu tabdilla, tidak pernah mau mengubah keyakinan keimanan dan  aqidahnya,  tidak pernah mau merubah idealisme sikapnya dan tidak mau merubah minhaj langkah-langkah perjuangannya dan tdk mau merubah ghoyah tujuan perjuangannnya, wa ma baddalu tabdiila, itulah yang diwariskan oleh almarhumah kepada kita. Mudah-mudahan Allah swt pertama-tama menempatkan almarhumah fi maq'adi shidqin ‘inda malikin muqtadir dan mudah-mudahan juga memberikan kepada kita semangat wa ma baddalu tabdiila, istiqomah terus lurus dalam memperjuangkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
 
Hadirin dan hadirat yang dimuliakan oleh Allah swt,
 
Kisah perjuangan beliau kalau ditulis mungkin berjilid-jilid buku. Silahkan dari saya sebagai pembuka bagi hadirin-hadirat yang mungkin kreatif memunculkan sejarah-sejarah perjuangan dari kader-kader dakwah yang telah qodho nakhbahu yang telah menunaikan tugasnya dengan  sungguh benar. Mudah-mudahan insya Allah bisa diwariskan kepada generasi penerusnya terutama putra-putrinya yang insya Allah dalam kesibukannya berjuang tapi insya Allah putra-putrinya tiga belas adalah minash shilihin was sholihat. Dan ini juga membuktikan bahwa kesibukan perjuangan tidak membuat lalai mengurus rumah tangga, begitu juga kesibukan rumah tangga tidak membuat lalai untuk melaksanakan tugas-tugas perjuangan. Ini contoh mempertemukan antara tugas-tugas kerumahtanggaan dan tugas-tugas perjuangan disatupadukan dalam jiwa hidup perjuangan dan pengorbanan yang penuh telah diberikan oleh almarhumah ustadzah Yoyoh Yusroh. Insya Allah, aqulu qouli hadza, astaghfirullaha li wa lakum.
Assalamu ‘alaikum wr wb.
[Translate dari rekaman audio oleh Abu Rasyidah / www.mimbarpenyuluh.com]

Catatan:
Sambutan ini disampaikan dihadapan ratusan pelayat setelah pelaksanaan sholat jenazah atas almarhumah Yoyoh Yusroh di Masjid Komplek Rumah Dinas DPR RI – Kalibata, Sabtu 21 Mei 2011 / 17 J. Tsani 1432, sesaat sebelum diberangkatkan ke Tangerang untuk dimakamkan. Teks kesaksian ini merupakan hasil translate dari rekaman suara, dan ada beberapa kata yang barangkali tidak sama persis karena suaranya tidak terekam jelas (sepertinya tidak lebih dari 5 kata), tetapi tidak sampai menggangu dari segi isi. Nada suara ustadz Hilmi Aminudin berat dan beberapa kali sangat nampak kesedihan dan keharuan beliau bahkan hampir pecah tangis. Dari kalangan jamaah juga sesekali terdengar isak tangis kesedihan dan beberapa kali terdengar takbir mendengar kisah perjuangan almarhum ustadzah Yoyoh Yusroh.
x

Amnesia..oh amnesia...

Bismillah...

Sebagai insan yang bekerja di media, di satu sisi bersyukur karena setiap pagi bisa 

langsung menyantap berita-berita up to date. Di sisi yang lain ternyata hal ini secara 

tidak disadari menghadirkan kegundahan luar biasa atas kondisi yang terjadi di sekitar 

kita.

Fenomena-fenomena yang tergambar bahkan realita yang terjadi membuat hati ini miris. 

Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Ada apa dengan dunia ini?

Kemarin, baru saja menjadi perbincangan hangat seorang bapak yang terjun dari lantai 4 

semua mal di Solo. Disinyalir, tindakan itu dilakukan karena sang pelaku merasa jengah 

dengan penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Sebelumnya, waktu tak lama 

berselang, alasan serupa juga dijadikan latar belakang terjadinya aksi serupa oleh mereka 

yang ngrumiyini kerso Alloh SWT atas amanah usia yang diberikan kepadanya.

Sehari kemudian, muncul berita seorang nenek terjun ke sumur dan ditemukan telah 

tewas. Alasannya pun diprediksi tidak jauh beda dengan yang digunakan oleh bapak di 

atas sebagai alat untuk mengakhiri hidupnya.

Pada hari yang sama, terungkap peristiwa sadis yang tak bakal bisa diterima oleh akal 

sehat manusia manapun. Seorang ayah kandung tega mencabuli anak kandungnya 

dalam kurun waktu yang tak terbilang sebentar, 3 tahun. Bayangkan, bagaimana gundah 

perasaan sang anak yang mendapatkan perlakuan sedemikian biadab dari ayah 

kandungnya sendiri, sosok yang semestinya dia hormati, dia kagumi dan dia patuhi. 

Perasaan itu harus terus dipendamnya selama lebih dari 3 tahun. Tak bisa lagi diukur 

betapa rasa terancam, tidak aman terus menghantuinya, bahkan di rumah sendiri. 

Tempat yang semestinya bisa memberinya kehangatan, keyakinan akan kasih sayang 

yang tulus dan pendampingan dari orang-orang yang dicintainya sebagai bekal mencapai 

cerahnya masa depan. Tapi nyatanya apa yang dia dapat?

Pilunya lagi, setelah diinterogasi kepolisian, si bapak mengaku amnesia. Tidak bisa 

membedakan mana anak dan mana isterinya. GRHHHHHH &*^%$#@!()*&^%$# 

bercampur aduk rasanya hati ini ketika membaca pengakuan itu. Pengen marah, jengkel, 

anyel, geli sampai nggak ngerti musti berekspresi apa. Bagaimana bisa seorang bapak 

tidak bisa membedakan mana isteri dan anaknya yang saat itu sedang duduk di bangku 

kelas IV SD. Itu si bapak pilon, bloon atau entah apa (ups...maaf).

Tapi coba kembali bayangkan, lagi-lagi bayangkan, mana mungkin ada orang amnesia 

hingga lupa mana anak dan isteri. Alasan yang tidak masuk akal banget. Naif bener sih 

tuh bapak. Hanya karena amnesia, hingga sampai tega menghancurkan masa depan 

anaknya sendiri. Amnesia oh amnesia... 

Astaghfirulloh... Tak banyak yang bisa diri ini perbuat kecuali menuangkannya dalam 

tulisan ini, beristighfar dan mencoba mencari pelajaran yang bisa kita ambil dari 

peristiwa ini. Sebagai orangtua tentunya kita wajib memberikan jaminan rasa aman 

kepada anak, menghangatkan mereka senantiasa dengan cinta sebagai bekal mengiringi 

jalan mereka menggapai cita dan masa depan gemilang. 

Berikan hamba dan suami hamba kekuatan ya Alloh untuk mengemban amanah buah 

hati yang Kau berikan kepada kami. Senantiasa lindungi kami dengan rahmad-Mu dan 

jaga anak-anak kami dalam lindungan-Mu. Amiin.

Peluang Kebaikan Itu Akan Selalu Ada

 Bismillah "Mbak Intan berhenti bekerja mendapat ladang kebaikan yang lain." Kata-kata itu terucapkan dari Mb Weni, saudara se-RT ...