Ciumlah dia sekali saja...


Pukul 12.00 lebih siang ini segera kupacu Mioku keluar dari kantor. Sengaja kulajukan agak cepat karena ingin segera bertemu Caca yang hari ini berada di penitipan karena yang momong tidak masuk. Baru saja lepas dari gerbang, pandanganku bertatapan dengan seorang ibu yang sedang mengendong anaknya yang sedang menangis meronta-ronta, tak jelas pula apa maunya.
Sejurus kulayangkan senyum pada ibu itu dan sang ibupun membalasnya dengan senyuman.Bagaimanapun, meski tidak begitu dekat, aku mengenalnya karena beberapa kali mampir ke warungnya. Sedetik kemudian seiring dengan berlalunya motorku melalui ibu anak itu, tiba-tiba tindakan mengejutkan dilakukan oleh sang ibu. Dengan kejengkelan yang meluap, dia hempaskan anak dalam gendongannya ke tanah dan meninggalkannya begitu saja. Aku tidak bisa menyaksikan adegan itu dengan jelas, hanya kutoleh sekilas dan kulirik dari spion motor yang semakin menjauh.
Meski tidak melihat dengan gamblang, tak pelak miris hati ini menyaksikan perlakuan sang ibu kepada anaknya. Bahkan dia tega meninggalkan si anak yang masih menangis meronta. Mungkin kita tidak hanya pantatnya yang sakit dihempas ke tanah yang sudah keras tertutup semen, namun juga hatinya. Mendapat perlakuan kasar dari orang yang dia cinta dan percaya, sang ibunda. Mungkin si ibu memang sudah sampai pada puncak kesabarannya menuruti kemauan si anak yang tak kunjung ketemu apa maunya.
Miris hati ini diikuti air mata mulai menggenang. Membayangkan betapa pilunya jika berada pada posisi si anak tadi. Saat dia ingin mengungkapkan keinginan yang mungkin dia sendiri bingung untuk mengungkapkannya, perlakuan kasar ternyata harus dia terima. 
Tak dapat diingkari, tingkah pola anak kadang memang menguji kesabaran kita sebagai orangtua. Kesabaran untuk senantiasa memperlakukan mereka dengan cinta, di tengah emosi yang tengah melunjak. Rasa bersalah dan berdosa acapkali muncul ketika tak sadar kita memberikan mereka bentakan. Terlebih jika melihat kejadian tadi, teringat mungkin kita juga pernah berlaku kasar yang bisa melukai hati mereka. Padahal satu bentakan yang kita berikan bisa memutus syaraf-syaraf jalinan otak yang bisa membangun kecerdasan mereka.
Teringat kemudian dengan nasihat dari seorang saudara dalam forum rutin pekanan. Dia tuliskan dalam lembaran yang kemudian dibagi kepada yang lain "Ciumlah anakmu sekali saja." Sebuah anjuran untuk selalu memperlakukan anak kita yang baru tumbuh dengan cinta, entah bagaimanapun polah mereka. Anjuran untuk memberikan ciuman pada mereka karena satu ciuman saja mengandung makna yang luar biasa bagi mereka. Ciuman yang mereka terima akan menumbuhkan perasaan nyaman dan percaya diri ketika dia dewasa kelak. Ciuman itu bisa mendidik mereka untuk belajar menghargai dan mencintai, berhatilembut namun tak mudah menyerah.
Mari kita perlakukan anak-anak kita dengan cinta. Ciumlah dia sekali saja dalam sehari maka segala kebaikan akan tampak darinya. Bukankah setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya? 

Komentar

Postingan Populer