Menangis yang ahsan


Begini nih, gaya si adik kalau sedang ceria. Dia tuh kalau ada kamera, otomatis langsung action...
Kehebohan demi kehebohan kerap terjadi di rumah kecil kami. Tiga orang malaikat kecil dengan celotehan masing-masing bisa memeriahkan suasana. meski si kecil belum bisa berceloteh, paling tidak satu dua kata yang keluar dari mulutnya, tawa dan tangisnya bisa memberika warna.
Tidak hanya si kecil Caca, sang kakak kedua khilya pun kerap memeriahkan rumah kami dengan berbagai macam kepolosan katanya, termasuk juga tangisan ketika sedang terjadi perseteruan dengan sang kakak pertama Agam. meski dalam sekejap, kesepakatan gencatan senjata juga bisa terjadi atas kecerdikan sang kakak.
Sore itu, kedua kakak sedang asyik mandi ke halaman belakang lengkap dengan dua ember besar yang mereka jadikan perahu. Airpun tumpah ruah memenuhi halaman dan mereka mengumpamakan itu adalah lautan. Aku yang berada di dekat mereka sambil masak sering senyum sendiri karena geli dengan percakapan dua makhluk kecil yang belum faham arti dunia.
Di tengah keasyikan masak, tiba-tiba tangis si adik pecah. Biasa, style si adik ketika menangis adalah membuka mulutnya lebar-lebar sambil berteriak. Hoa...hoa... "wah pasti sedang terjadi peperangan nih antara dua kubu kapal perang," batinku. Benar juga. "Ah...biasa. Paling sebentar lagi juga gencatan senjatan."
Namun ternyata sore itu tangis si adik tak kunjung reda dan si kakak masih cuek bermain di atas kapal perangnya. ternyata terjadi perebutan senjata perang dan si adik kalah. Ketika sedang meninggi seperti itu memang susah mengerem tangis adik. lalu kucari cara untuk membuat suasana lebih terkendali.
"Eh...dik, kalau menangis mulutnya jangan dibuka lebar. Nanti kalau ada lalat atau nyamuk yang terbang trus masuk mulut gimana," ujarku. "makanya menangis harus yang ahsan biar nggak keselek karena nyamuk masuk tenggorokan. Gini nih," kataku sambil memanyunkan mulut dan mengeluarkan suara tangis memberikan contoh kepadanya.
Di luar dugaan, si adik tuh nurut. Spontan mulutnya tertutup meski nangis tetap aja dilanjut mempraktekkan bagaimana cara menangis yang ahsan. Suara kini menjadi lebih pelan, tidak lagi hoa..hoa... tapi hem...hem... karena nangisnya sambil mingkem.
Aku dan abinya geli menahan ketawa. Sejak saat itu kami menemukan formula bagaimana cara membuat si adik menangis dengan lebih "tenang". Setiap kali terjadi perseteruan dengan sang kakak, dan tangis hebohnya pecah maka kami berujar. "Ayo, bagaimana cara menangis yang ahsan?" Maka langsung dia mengatupkan mulutnya. Nah, suasana jadi lebih terkendali kan. tahu juga ya si adik, diajari cara menangis yang ahsan.   
5 Ramadan 1429 H

Komentar

Postingan Populer