Membentuk Karakter Anak melalui Kajian Parenting PKK RT


Di ruang tamu yang mungil dan bersih, beberapa ibu muda menyimak dengan tekun pemaparan seorang pembicara, yang juga perempuan. Bertempat di kediaman Wurry Mahardika, Minggu (21/1/2018) mereka berkumpul untuk melakukan kegiatan Kajian Parenting yang pertama dengan tema Mendidik Anak Jaman Now. Nara sumber yang diundang adalah  Direktur Griya Parenting Solo Farida Nuraini.
Di ruang keluarga, tepat di belakang ruang tamu, beberapa anak asyik dengan mainannya sambil menikmati makanan kecil.  Nyonya rumah sengaja menyediakan mainan dan makanan kecil untuk anak-anak agar mereka tenang sambil menunggu ibu mereka menimba ilmu. Namanya juga anak-anak yang masih berusia balita dan Sekolah Dasar (SD), sesekali mereka rebutan mainan sesama temannya dan ibunya pun menenangkannya. Atau mereka minta diantar pipis dan ibunya pun rehat sejenak untuk mengantar sang buah hati ke kamar kecil. Para ibu itu adalah anggota dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Rukun Tetangga (RT) 04, Rukun Warga (RW) 07 Bulak Indah Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan Surakarta. Kajian Parenting merupakan salah satu program kerja Pengurus PKK RT 04 yang diketuai oleh Intan Nurlaili.  Kajian Parenting ditujukan untuk Ibu-ibu muda (Bunda jaman now), guna memberikan bekal kepada mereka dalam mendidik anak-anak. Meski ditujukan untuk Bunda jaman now, kegiatan Kajian Parenting juga melibatkan Ibu-ibu PKK yang berusia lebih tua, untuk menggali pengalaman dari Ibu yang lebih senior.

“Anak adalah titipan Tuhan. Orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Kajian Parenting sangat penting bagi orangtua karena program ini merupakan sekolah bagi orangtua agar orangtua pandai dalam mengasuh, mendidik sang buah hati. Bagaimanapun, Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya,” papar Intan Nurlaili, ibu empat anak yang juga karyaweti radio swasta terkenal di Solo.

Kajian Parenting pertama dipandu oleh Intan Nurlaili dan dihadiri oleh Rina Isnaini, Anik Hidayati, Herlinda, Dewi Kania, Yuni Sri Dianingrum, Rachma Herlina, Dwi Ramadhani, Weni Indrariadi juga nyonya rumah Wurry Mahardika. Acara berlangsung santai tapi serius, diselingi tanya jawab dan diskusi. Meski kadang “terganggu” oleh anak-anak mereka, tapi para Ibu tetap fokus dan mengikuti kegiatan hingga rampung.

Dalam pemaparannya, Farida Nuraini menjelaskan mendidik anak jaman now berbeda dengan pola asuh orangtua jaman dulu. Mengingat telah terjadi pergeseran pola hidup dan ekonomi besar-besaran, ditunjang dengan teknologi canggih yang serba cepat dan mengglobal. Perlu upaya keras dari orangtua untuk mendidik anak menjadi anak mandiri, tangguh, bisa berkarya, kuat dan survive.“Mendidik anak jaman now, tidak sekedar menjadikan anak yang taat dan penurut saja, tapi menjadi anak yang mandiri. Kalau sekedar menjadi anak yang taat, mereka hanya sekedar menuruti keinginan orangtua saja dan hanya menjadi penurut di hadapan kita. Lebih dari itu, kita harus menggali potensi, bakat dan minat anak. Tugas orangtua mengembangkan bakat anak tersebut, walau kadang-kadang tidak langsung kelihatan,”ujar Farida yang juga Ketua PKK RW 2 Karangasem.

Menurutnya, waktu yang paling tepat membentuk seorang anak adalah ketika masih kecil. “Usia anak Ibu berapa?,” tanya Farida kepada salah satu Ibu yang hadir.“Anak saya berumur 13 tahun dan delapan tahun,” jawab Rina Isnaini, Ibu berputra dua, Dika dan Raya, yang berusia 41 tahun ini.“Njenengan masih punya banyak waktu untuk membentuk anaknya. Saat ini waktu yang tepat untuk mendidik anak. Masih ada waktu sampai mereka berusia 18 tahun untuk mendidik mereka. Persiapkan anak-anak agar menjadi anak yang tangguh di masa depan ,” jelasnya.

Farida yang juga Kepala Sekolah SD Al Abidin Surakarta memaparkan, manusia mempunyai karakter yang sudah jadi pada usia 18 – 20 tahun. Waktu kecil inilah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh orangtua untuk membentuk mereka. Kalau sudah terlambat, akan lebih sulit. Walaupun masih bisa, namun membutuhkan energi yang lebih banyak. Ibarat kayu yang sudah tua, ketika ditekuk, akan mudah patah. Berbeda dengan kayu yang masih muda, tidak mudah patah dan bisa dibentuk sesuai keinginan.

Dia mengingatkan kepada orangtua untuk tidak memendekkan mimpi anak-anak. Bangun mimpi anak sejak sekarang agar pola pikirnya menjadi besar, besar dan besar. Orangtua harus jeli menggali potensi, bakat dan minat anak. Kalau sudah ditemukan bakatnya, tinggal mengarahkan dan mengembangkan. “Jangan menghalang-halangi minat anak dengan alasan repot. Lihatlah, apa yang mereka sukai, yang paling banyak menyita waktu mereka. Kesukaan anak masih sering berubah-ubah, ikuti saja dan arahkan. Ada juga yang baru kelihatan saat usia SMA,”tandasnya.

Pada jaman yang sudah mengglobal degan informasi dan teknologi yang canggih, anak-anak harus diarahkan ke wawasan yang lebih luas, mengarah ke internasional. Jika ingin anak sukses dan karya mereka dilihat dunia, kata Farida karya anak harus di-online-kan.

Silaturahmi tetangga 

Masih berkaitan dengan kegiatan Kajian Parenting, pada kesempatan yang lain, Bunda jaman now berkunjung dan bersilaturahmi ke rumah tetangga yang lebih senior. Tentu saja, mereka ingin menggali ilmu dan pengalaman kepada ibu rumah tangga yang lebih berpengalaman dalam mendidik anak-anak. Kali ini mereka berkunjung ke keluarga Suprapto (57 tahun) dan Nanik Supriyanti (52 tahun).

Pasangan yang sama-sama berprofesi sebagai guru ini dikarunia tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Anak pertama, Praditya Mukti Ali, sudah bekerja di Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta. Anak kedua Pranindya Fatimah Zahra mahasiswi Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Dan anak terakhir, Praziztya Murtadha Muthahari, siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Surakarta kelas 9.

Sama seperti suasana di rumah Wurry Mahardika, para Ibu mengajak anak-anak dan mereka bermain di teras rumah. Ketika hujan turun, beberapa anak bermain hujan-hujanan. Anak-anak sengaja diajak agar bersosialisasi, kenal dan akrab dengan anak tetangga. Jika tidak dibiasakan demikian, anak-anak ini tidak mengenal teman dari tetangga sendiri karena keseharian mereka sudah disibukkan dengan kegiatan sekolah, juga ada yang full day school. Tidak setiap hari mereka bisa bertemu dan bermain dengan tetangga sendiri karena jarak rumah satu dengan rumah lain di wilayah RT 04 cukup berjauhan.

Nanik membagikan pengalamannya dalam mendidik anak-anaknya. Tema yang dipilih dalam Kajian Parenting kali ini adalah Menumbuhkan dan menanamkan kebiasaan positif pada anak. Silaturahmi berlangsung Minggu (18/3/2018). Meski sore itu cuaca mendung, tidak menyurutkan semangat para Bunda jaman now untuk menggali ilmu.

“Dasar utama kami mendidik anak adalah berdasarkan agama. Anak kita bukan milik kita. Mereka adalah titipan Allah. Dan kita harus mempertanggungjawabkan di hadapan Allah nanti,” tegas Nanik.

Yang harus diperhatikan dalam menanamkan kebiasaan positif pada anak adalah dengan memberi contoh, suri tauladan yang baik dari orangtuanya. Untuk itu, orangtua dituntut menjaga sikap yang baik secara terus menerus dan konsisten. Perintah atau menyuruh dalam bentuk lisan, tidaklah cukup untuk membiasakan perilaku baik pada anak, tanpa contoh nyata dari orangtuanya.

“Contohnya, kita mengajak anak untuk mengerjakan sholat. Tidak bisa, kita menyuruh anak sholat, sementara kita masih melanjutkan cuci baju. Ketika kita ajak anak untuk sholat, ya kita sudah siap untuk melakukan sholat. Menanamkan kebiasaan positif itu sebenarnya mudah, jika sejak kecil dididik dengan melihat contoh langsung dari orangtuanya,” katanya.

Pengajar di SMA Negeri 7 Surakarta ini menekankan, kedua orangtua harus kompak dan satu suara dalam mendidik anak-anak. Misalnya dalam menghadapi permintaan anak. Sudah lazim jika anak menuntut berbagai permintaan sesuai keinginan mereka. Orangtua harus selektif dalam menuruti permintaan anak dan tidak semua keinginan bisa dituruti. Di sinilah butuh kekompakan dari kedua orangtuanya. Ketika orangtua merasa ada anaknya yang menginginkan sesuatu, kedua orangtua sebaiknya mendiskusikan terlebih dahulu, apakah keinginan anak ini akan dituruti atau tidak. Jika sepakat dituruti, ayah dan ibunya harus satu suara meluluskan. Jika tidak, maka keduanya harus kompak untuk tidak memberikannya.

“Kalau anaknya minta pada ayahnya dan tidak dituruti, lalu merengek ke ibunya, maka ibunya juga jangan menuruti. Kalau sampai salah satu menuruti, si anak akan menempel terus pada ayah atau ibunya yang menuruti itu. Ini tidak baik dalam perkembangan anak,” jelasnya.

Dalam kehidupan bertetangga, pasangan Suprapto – Nanik mengajarkan anak-anaknya untuk berlaku sopan santun, menghargai dan ramah kepada tetangganya. Contohnya, ketika sedang berjalan dan melewati rumah tetangga yang saat itu ada pemiliknya, diajarkan untuk menyapa dan permisi kepada tetangganya itu. Atau jika ada tetangga atau  orang lain yang dikenal lewat di depan rumah, disapa atau diberikan senyuman.

Menghadapi serbuan tehnologi dan komunikasi saat ini, pasangan ini menanamkan keterbukaan pada anak-anak. Mereka diberikan handphone (HP) ketika usia mereka sudah cukup untuk bisa mempergunakan HP dan bertanggung jawab terhadap HP yang dimilikinya. Anak-anak diberikan HP ketika sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ketika berkumpul di rumah, semua HP, baik milik orangtua maupun anak-anak dikumpulkan di satu tempat dan tidak boleh dibawa ke kamar. Orangtua boleh melihat isi HP anaknya dan anak-anak juga diperbolehkan melihat isi HP orangtuanya. Ketika ada salah satu HP bordering, yang mengangkat boleh siapa saja. Sehingga orangtua mengetahui dan bisa memantau kegiatan anak-anaknya.

“Saya tidak memperbolehkan anak-anak bawa HP ke kamar, lalu asyik bermain HP sendiri. Kita seharian sibuk dengan urusan masing-masing. Jangan sampai ketika berkumpul, semua asyik bermain dengan HPnya sendiri-sendiri. Kalau lagi kumpul di rumah, kita bercanda, bertukar cerita di ruang keluarga. Kalau sudah ngantuk, baru masuk ke kamar masing-masing untuk tidur,” katanya. 

Kajian Parenting, Selaras dengan Tujuan PKK

Kajian Parenting yang digagas oleh Intan Nurlaili juga bertujuan untuk menarik Bunda jaman now agar ikut berperan serta dalam kegiatan PKK. Pengurus PKK dituntut jeli dan mencari program kerja yang dibutuhkan dan disukai oleh Bunda jaman now. Pertemuan yang diselenggerakan rutin setiap bulan, tidak sekedar diisi dengan kegiatan kumpul-kumpul, arisan dan makan-makan. Namun  juga diisi dengan berbagai kegiatan yang membawa manfaat, termasuk memberikan bekal kepada para Ibu dalam mendidik anak-anaknya. Waktu kegiatan Kajian Parenting dipilih pada hari Minggu, yang diharapkan bisa dihadiri para bunda ini.

Hal ini sejalan dengan tujuan PKK, yaitu terwujudnya keluarga yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Dari keluargalah, diharapkan tumbuh generasi berakhlak mulia dan berbudi luhur dengan harapan menjadi keluarga sehat sejahtera, maju dan mandiri. Ketika semua sudah tertata dengan baik, diharapkan juga timbul kesetaraan dan keadilan gender dengan memahami tugas masing-masing anggota keluarga. Dengan demikian, akan timbul kesadaran hukum dan lingkungan. Keluarga adalah bentuk negara yang paling kecil. Jika negara paling kecil ini sudah tertata dengan baik, diharapkan terwujudnya Negara Republik Indonesia yang lebih baik.

Bagi Wurry Mahardika (34 tahun), ibunda tiga anak, yaitu Zahra (10 tahun), Raihan (tujuh tahun) dan Ashma (tujuh bulan) ini, Kajian Parenting yang diselenggarakan PKK RT 04 ini penting dan perlu baginya. Sebab, dalam seni mendidik anak, lingkungan sekitar juga memegang peranan yang sangat penting guna terciptanya peradaban yang baik, terutama di lingkungan rumah.

“Kami yang muda-muda ini masih fakir ilmu dan sangat membutuhkan ngangsu kawruh kepada Ibu yang lebih senior. Kita butuh sharing pengalaman dari Ibu-ibu senior yang sudah lebih banyak merasakan asam garam dalam mendidik anak,” ujar istri dari Andrea Hermawan ini.

Senada dengan Wurry, Dewi Kania, Ibu seorang putra, bernama Abyas berusia tujuh tahun ini merasakan manfaatnya mengikuti kegiatan Kajian Parenting RT 04. Hal ini melengkapi Kajian Parenting yang juga secara rutin diikutinya di tempat anaknya menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak.

“Kegiatan parenting di RT bagus banget, melengkapi kajian parenting sekolah anak. Selain menambah ilmu, juga mempererat hubungan dengan tetangga. Manfaat pasti ada, tapi mungkin belum terasa signifikan karena implementasinya juga belum bisa saya terapkan dengan maksimal, ujar Kania, karyawati di Rumah Sakit Paru-paru Surakarta ini.#
Ibu-ibu anggota PKK RT 04 RW VII.
Nb. Tulisan ini adalah penggalan karya dari Sri Mustokoweni, salah satu kader PKK RT 04 RW VII yang luar biasa dan berhasil menang Juara III pada Lomba Jurnalistik PKK tingkat Jawa Tengah.Semua kisah yang ditulisnya adalah kegiatan yang kami jalankan dan masuk dalam program kerja di rt kami. Semoga hal-hal kecil yang kita lakukan di lingkungan kita bisa memberikan manfaat dan inspirasi kebaikan untuk sesama. Aamiiin.***


Komentar

Postingan Populer