Senin, 23 Juni 2014

New January

Memasuki tahun 2014 sudah tergambar hal-hal besar yang akan terjadi di tahun ini. Lahirnya dd yang masih di perut, Mas Agam lulus SD dan masuk SMP, Kak Caca lulus TK dan masuk SD. Benar-benar kejadian luar biasa yang terjadi di tahun yang sama.

Di tengah persiapan menghadapi kejadian tersebut, perencanaan mulai kususun dan target mulai dicanangkan, baik aktivitas di kantor yang sebentar lagi aku tinggalkan untuk cuti melahirkan, maupun persiapan menyambut kedatangan amanah baru yang terschedule di bulan februari.

Sebelum cuti datang, aku usahakan untuk meninggalkan kantor dengan perencanaan yang matang. Program-program sudah kusiapkan sebagai panduan teman-teman selama aku cuti dan time schedule selama 1 tahun ke depan dah siap.

Demikian pula dengan persiapan menyambut kehadiran dd baru. Semuanya diupayakan rapi dan kakak-kakak sudah tidak sabar menanti kedatangan si dd bayi.

Januari, 20 adalah cuti hari pertama. Waktu masih 1 bulan dari HPL kuisi dengan lebih banyak kegiatan bersama masyarakat baik pengajian maupun posyandu lansia. Rasanya sangat senang punya waktu luang untuk kegiatan sosial.

Jumat, 23 Agustus 2013

The Amazing 4

Bismillah...

Setelah lebih dari 5 tahun berlalu kembali Alloh memberikan amanah kepada keluarga kami, untuk keempat kalinya. Mengetahuinya ketika usianya sudah memasuki 7 pekan dalam kandungan. Dan kini sudah jalan 13 pekan. Banyak hal amazing yang saya alami ketika menjalani kehamilan keempat ini, lebih memberikan sensasi dibandingkan kehamilan 1-3.. Meski sudah keempat kalinya, tetap saja takjub ketika melihat pertumbuhannya dari waktu ke waktu.

Inilah wujudnya di usianya pekan ke-13. Sama seperti yang terlihat ketika di USG beberapa hari lalu.

"Sudah sempurna bu, tinggal nunggu gedhenya," ujar dr Anik ketika menjelaskan hasil USG baby kami. Terdengar pula detak jantungmu yang terdengar begitu "riang".
Tumbuh sehat ya nak hingga lahir dan besar nanti. Kakak-kakak sudah menunggu kehadiranmu. 

Mas Agam yang kalem tersenyum simpul ketika mengetahui ummi mengandungmu. Tapi kini dia lebih care dan perhatian pada ummi. Mau mijitin, suka menyisihkan apa yang dia punya untuk ummi. Bukan, bukan untuk ummi saja pastinya karena ummi mengandungmu.
Mb Khilya yang ekspresif lebih lihai menunjukkan what she feels. Kalau ummi datang selalu semangat memeluk dan kali ini tidak lupa mengelus perut ummi dan menyapamu,"Dedek...," ujarnya ceria.

Kak caca, sekarang sedang berbangga, karena dengan kehadiranmu dia akan mendapatkan status baru sebagai seorang kakak. "Asyiiik aku mau jadi kakak," celotehnya.
Baiklah...bagaimana hebohnya mereka menyambutmu dan juga abi tentunya akan hadir di catatan yang lain.

Catatan kecil, 24 Agustus 2013 

Senin, 19 Agustus 2013

"Nostalgia Cinta Ramadhan"

Bismillah...

Menjelang Ramadhan 1434 H, seorang teman Pak Nassirun Purwokartun meminta kami menjadi model untuk Majalah Embun Lazis Jateng edisi khusus Ramadhan. Maka jadilah majalah apik ini dengan berbagai cerita seru. Semoga membawa manfaat untuk semua...







* kenangan kecil di Ramadhan 1434 H / Juli-Agustus 2013

Catatan yang Tertunda

7 Mei 2013, suami menulis:


Aku mengenalmu...

Lewat jiwa...
Bukan lewat mata...
Aku menjadikanmu.. 
Kekasih lewat hati...

Aku menulis namamu.. 
Dihatiku...
Sejak awal kita dipertemukan..
Dan tak akan pernah terganti...
Apalagi terhapus......

I Love You Full sayang.....
Ridho Allah untukmu...
Dan kebersamaan kita beserta anak2 titipanNya
Selamanya...

*catatan tahun ke 12 — with Intan Nurlaili.


Dan aku pun menulisnya:

Hari ini, 12 tahun yang lalu...

Dalam ikhtiar (kerja) kita membangun bahtera dengan cinta
Dalam setiap detik upaya untuk memperkokohnya
Dalam rangka menciptakan harmoni indah
Bersama, berdua plus tiga malaikat kecil di sekitar kita
Sekarang dan selamanya...

Luv u more and more in baity firdausi...with Budhi Hartanto


##Semoga Alloh SWT senantiasa menjaganya hingga waktu yang tak terbilang 

Kamis, 13 Juni 2013

Dari dialog santai pagi hari: Memaki itu tanda kekecewaan pada diri sendiri

Bismillah...

Pagi tadi terjadi dialog dan diskusi yang lumayan menyenangkan antara saya (sambil memasak) dan suami (yang sedang membantu mencuci piring). Meski sibuk dengan aktivitas masing-masing, perbincangan terkait dengan berbagai hal yang sedang berkembang tentang kondisi kekinian berlangsung cukup seru. Banyak hal yang kami "perdebatkan" dan diselingi candaan, hingga sampailah pada satu tema tentang MEMAKI.

Berawal dari keprihatinan pada begitu banyaknya orang yang mudah sekali mengeluarkan cacian dan makian di sosial media. Mennjadikan akun sosmed-nya sebagai tong sampah untuk mengeluarkan segala sumpah serapahnya. Miris saja, lagian kasihan juga khan akun sosmednya hanya dijadikan sebagai tong sampah. hehe... (pembelaan terhadap akun sosmed).

Ada hikmah yang saya ambil dengan dialog saya dengan suami pagi itu (ah..suamiku selalu saja menjadi sumber hikmah bagiku*pesan sponsor :D). Di antaranya adalah bahwa orang yang memaki adalah bentuk ekspresi diri yang menjadi personifikasi dari orang tersebut. Jika dia suka memaki, maka itulah gambaran dari dirinya, persis seperti caci maki yang dia keluarkan dan yang lebih "dalam" lagi bahwa orang yang memaki merupakan bentuk kekecewaannya pada diri sendiri.

"WHOT? yang bener saja, masak bisa begitu, hubungannya dimana?" tanya saya penasaran.

"Lha iyalah, ketika seseorang itu memaki maka itu merupakan penyesalan pada dirinya sendiri bahwa tidak ada tindakan positif lain yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki keadaan yang menurutnya salah kecuali hanya dengan memaki. Artinya dia kecewa pada dirinya karena tidak bisa melakukan apapun untuk membuat perbaikan sehingga dia memuaskan dirinya dengan mengeluarkan caci maki dan sumpah serapah. Hanya dengan memaki itulah dia akan terpuaskan," jelas suami panjang lebar.

Sambil membolak-balik tahu yang sedang digoreng, saya menjadi berpikir, benar juga ya. Bisa jadi memang orang yang suka memaki tersebut memang tidak melakukan tindakan apapun untuk mengubah suatu kondisi menjadi lebih baik atau memang tidak mempu melakukan upaya tersebut sehingga merasa galau lalu keluarlah kata-kata makian.

Paling tidak, memaki, menurut saya adalah pilihan tindakan atau ekspresi yang tidak tepat. Jika kita gemas terhadap suatu kondisi mengapa energi itu tidak disalurkan saja dengan tindakan nyata, berbuat sesuatu yang positif dan meninggalkan memaki.

Menurut Anda benar nggak sih? Kalau pendapat Anda sama dengan saya, yuk kita hilangkan kata-kata kasar, caci maki di media apapun dan di dunia manapun kita berpijak. Ubah cacian itu menjadi tindakan nyata yang bernilai positif . Mari belajar menjadi orang bijak, yang dapat mengubah setiap gangguan menjadi peluang kebaikan. Dunia akan menjadi lebih baik tanpa caci maki, pasti.

Dan kalau menurut Anda hikmah yang saya tangkap dari diskusi dengan suami ini salah, ya maaf. Yang pasti ada satu hal yang bisa saya tawarkan kepada Anda bahwa menciptakan dialog mengasyikkan dengan suami (atau istri) bisa terjadi dimana saja, tak terkecuali di dapur and it's fun. Menyenangkan dan penuh hikmah. Tidak percaya? Silakan coba dan buktikan sendiri.

Wallahu'alam


ketika fajar di karangasem,

14 Juli 2013

Menunggu Anak Saat Penjemputan, Ini Hasilnya

     Bulan September kemarin bisa dikatakan masa jeda bagiku, karena sudah rehat dari kantor lama dan belum mulai menjalankan tugas di kanto...