Bismillah...
Silaturahmi membawa banyak manfaat, salah satunya tentu bisa menambah ilmu. Nah, ulasan kali ini adalah ilmu yang saya dapat ketika bersilaturahmi bersama adik-adik dengan tema kesehatan muslimah. Sengaja dipilih silaturahmi karena targetnya menambah ilmu tentang kesehatan muslimah dan mempersiapkan masa depan bagi para calon bunda.
Nah, dari setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan hikmah kali ini adalah bisa mendapat pencerahan terkait kesehatan wanita. Dan pencerahan akan lebih terasa jika banyak orang yang mendapatkan manfaatnya maka untuk itulah saat ini saya berbagi.
Ternyata sehat tidak hanya meliputi satu unsur yaitu jasmani, tapi ada unsur lain yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Unsur tersebut antara lain:
1. Sehat jasmani
Salah satu indikator yang harus terpenuhi untuk sehat yang pasti adalah sehat jasmani, fisik. Sehat fisik ini harus menjadi perhatian para ibu dan calon ibu. Nah, bagaimana cara supaya sehat fisik? Kuncinya ada 3, yaitu cukup asupan gizi, olahraga teratur dan cukup istirahat.
2. Sehat ruhani
Tidak cukup sehat jasmani jika ruhaninya eror maka dia tidak sehat. Maka dari itu ruhani harus terjaga. Tidak stres karena stres akan menghasilkan hormon yang membuat kita semakin lelah dan tentunya berdampak pada kesehatan. Tidak hanya menghindari stres, guna menjaga kesehatan faktor penting yang harus dijaga dan dimunculkan adalah rasa bahagia. Ketika kita bahagia maka akan menghasilkan hormon endorphin yang bermanfaat meningkatkan nafsu makan, meningkatkan sistem imunitas tubuh, mengurangi rasa nyeri dan tidur lebih nyenyak. So, kalau ingin sehat maka benar kata orang, jangan lupa bahagia.
3. Sehat sosial
Manusia adalah makhluk sosial, tak terkecuali seorang wanita. Menjadi makhluk sosial bisa diartikan dia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain dan ternyata menjaga interaksi dan menjalin silaturahmi dengan orang lain itu bisa membuat kita lebih sehat. Maka jadilah makhluk sosial yang saling berhubungan dengan orang-orang di sekitar, jangan menjadi orang yang menyendiri dan terisolir dari lingkungan karena itu menyedihkan. Banyak berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan akan menjadikan kita sehat sosial dan melengkapi unsur sehat.
4. Sehat ekonomi
Salah satu unsur yang sering kali terlewatkan adalah sehat ekonomi. Ternyata untuk menjadi sehat tidak cukup hanya fisik dan psikis saja namun faktor ekonomi juga memegang peranan penting dalam menciptakan tubuh yang sehat. Kefakiran tentulah membawa dampak yang besar pada kesehatan. Jadi, jika ingin sehat maka perekonomian juga harus diperhatikan. Mencari rejeki yang halal dan menjadikan kita mapan bisa mendukung terwujudnya manusia yang sehat.
Mari, wujudkan pribadi yang sehat. Karena sehat akan memperkokoh kita dan Alloh mencintai hamba-Nya yang kuat.
Wallahu'alam bi showab
Perjalanan setiap moment, menandakan jejak untuk menjadi muhasabah. Tiada yang patut dikenang kecuali moment yang bisa mendewasakan menuju sumber cahaya abadi.
Rabu, 14 Juni 2017
Rabu, 07 Desember 2016
Perjalanan Membela Kitab Suci
Bismillah...
Masih segar dalam ingatan aksi damai yang dilakukan ummat Islam pada 212 di Monas. Ketika membaca postingan teman-teman yang bergabung dalam aksi itu, terasa sangat gelora dan semangat yang luar biasa. Misi mereka HANYA satu, tidak ada yang lain, yaitu membela Kitab Suci yang telah dinistakan dan dikatakan sebagai sebuah kebohongan. Al Quran adalah dari Alloh SWT yang selalu terjaga kebenaran dan kesuciannya, siapapun kita, rasanya tidak akan setuju jika kitab yang menjadi tuntutan hidup kita dikatakan sebagai sebuah kebohongan atau digunakan untuk alat membohongi. Jika suatu benda digunakan sebagai alat untuk membohongi, maka pastilah dianggap benda itu tidak benar atau tidak baik bukan? Lalu apakah kita akan tinggal diam jika sesuatu yangdianggap tidak baik itu adalah Al Quran? Relakah kita jika Kitab Suci dihinakan?
Rasa itulah yang menggelora di hati jutaan insan yang berkumpul di sekitar Monas saat itu. Rela melakukan pengorbanan untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada Al Quran. Lalu kita? Apa yang kita lakukan? Boro2 ikut membela, membacanya (Al Quran) saja hanya berkala kita lakukan. Kala2 iya, lebih banyak tidak, maka wajarlah jika kita sulit untuk merasakan semangat dan gelora kecintaan yang demikian besar. Bahkan ada dari kita yang sibuk bersuudzon bahkan memaki aksi damai tersebut atau efek yang ditimbulkannya (jalan ruwetlah, macet lah, dll). Tidak bisa menangkap agenda besar yang diperjuangkan dalam aksi itu, membela Al Quran, membela Islam. Sebuah perjalanan untuk membela Kitab Suci.
Dan aku, hanya sesekali merinding menyaksikan melalui media yang ada, termasuk membaca tulisan dari salah seorang yang tidak sengaja menyaksikan aksi damai ini :
Catatan Dr. Iswandi Syahputra (Dosen IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)......bagus ðŸ˜
Ada istilah baru “nyinyiers
Demi Allah... baru kali ini saya melihat aksi demo hingga menangis. Saya tidak kuat menahan rasa haru, bahagia, bangga, gembira, dan sedikit amarah semua berbaur menjadi satu.
Awalnya saya ke Jakarta untuk wawancara narasumber riset saya. Tapi sebuah penerbit juga mengusulkan saya menulis buku tentang aksi 411 dan 212, lebih kurang membahas 'Media Sosial dan Aksi Damai 411/212'. Karena kebetulan itu, saya bergerak hadir ke Monas pusat lokasi aksi 212.
Sambil menangis tersedu melihat aksi 212 saya telpon isteri untuk mengabarkan situasinya. Luar biasa, persatuan, kesatuan, kekompakan, persaudaraan, silaturrahmi umat Islam demikian nyata.
Pukul 07.00 WIB saya bergerak dari Cikini menuju Monas, ojeg yang saya tumpangi harus muter mencari jalan tikus. Semua jalan dan lorong mengarak ke Monas macet total. Perjalanan saya terhenti di Kwitang, dari Kwitang saya jalan kaki menuju Monas, hingga ke perempatan Sarinah. Saat sampai di Tugu Tani, dada saya mulai bergetar tak karuan. Seperti orang takjub tidak terkira. Umat Islam yang hadir saling mengingatkan untuk hati-hati, jangan injak taman, buang sampah pada tempatnya, segala jenis makanan sepanjang jalan gratis. Tidak ada caci maki seperti yang terjadi di sosial media. Saat itu sudah mulai perasaan berkecamuk, tapi masih bisa saya tahan.
Tepat di depan Kedubes AS, dada saya meledak menangis haru saat seorang kakek renta menawarkan saya buah Salak, gratis. Saya tanya, "Ini salak dari mana Kek?" "Saya beli sendiri dari tabungan", jawabnya. Saya hanya bisa terdiam dan terpaku menatapnya.
Di sebelahnya, ada juga seorang Ibu tua juga menawarkan makanan gratis yang dibungkus. Sepertinya mie atau nasi uduk. Bayangkan, Ibu itu pasti bangun lebih pagi untuk memasak makanan itu. Saya tanya, "Ini makanan Ibu masak sendiri?" "Iya," jawabnya. "Saya biasa jualan sarapan di Matraman, hari ini libur. Masakan saya gratis untuk peserta aksi". Masya Allah... Saya langsung lemes, mes, messss... Saya semakin lemes sebab obrolan kami disertai suara sayup orang berorasi dan gema suara takbir.
Da., sepanjang jalan yang saya lalui, saya menemukan semua keajaiban Aksi Super Damai 212. Pijat gratis, obat gratis, klinik gratis, makan dan minum gratis. Perasaan lain yang bikin saya merinding, tidak ada jarak dan batas antara umat Islam yang selama ini kena stigma sosial buatan mereka para nyinyiers dan haters sebagai 'Islam Jenggot', 'Islam Celana Komprang', 'Islam Kening Hitam', 'Islam Cadar', 'Islam Berjubah' dan stigma negatif lainnya. Semuanya bersatu dalam: Satu Islam, Satu Indonesia, dan Satu Manusia!
Sepanjang perjalanan, saya mendengar antara peserta bicara menggunakan bahasa daerah Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Aceh, Minang bahkan ada juga yang berbahasa Tionghoa. Mungkin mereka saudara kita dari kalangan non muslim.
Melihat itu semua, 'saya menyerah', lagi-lagi saya menyerah!
Saya tidak kuasa menahan gejolak rasa yang bergemuruh dalam dada. Saya putuskan menepi, mencari kafe sekitar lokasi. Kebetelun saya punya sahabat baik yang pengelola "Sere Manis Resto dan Cafe". Lokasinya strategis, pas di pojok Jl. Sabang dan Jl. Kebon Sirih. Tidak jauh dari bunderan BI dan Monas. Saya putuskan menyendiri masuk cafe itu untuk memesan secangkir kopi dan menyaksikan semua peristiwa dari layar TV dan Gadget yang terkadang diacak timbul tenggelam kekuatan sinyalnya.
Tapi di Resto/Cafe 'Sere Manis' itu juga saya temui umat Islam berkumpul membludak. Rupanya mereka antri mau mengambil wudhu yang disiapkan pengelola restoran. Tidak cuma itu, saya menemukan ketakjuban lain. Di dalam resto/cafe saya bertemu teman baru, seorang Scooter yang tinggal di daerah Cinere. Dia dan teman-temannya memilih berjalan kaki dari Cinere ke Monas (sekitar 40 KM) untuk merasakan kebahagiaan para santri yang berjalan dari Ciamis ke Jakarta. Masya Allah.... Saya semakin sangat kecil rasanya dibanding mereka semua. Ini kisah dan kesaksian saya tentang Aksi Super Damai 212. Mungkin ada ratusan atau ribuan orang seperti saya yang tidak terhitung atau tidak masuk dalam gambar aksi yang beredar luas. Kami orang yang lemah, tidak sekuat saudara kami yang berjalan kaki di Ciamis atau Cinere.
Maka, janganlah lagi menghina aksi ini. Apalagi jika hinaan itu keluar dari kepala seorang muslim terdidik. Tidak menjadi mulia dan terhormat Anda menghina aksi ini. Terbuat dari apa otak dan hati Anda hingga sangat ringan menghina aksi ini? Atau, apakah karena Anda mendapat beasiswa atau dana riset dari pihak tertentu kemudian dengan mudah menghina aksi ini?
Jika tidak setuju, cukuplah diam, kritik yang baik, atau curhatlah ke isteri Anda berdua. Jangan menyebar kebencian di ruang publik. Walau menyebar kebencian, saya tau kalian tidak mungkin dilaporkan umat Islam. Sebab umat Islam tau persis kemana hukum berpihak saat ini.
Terlepas ada kebencian dari para ‘nyinyiers’, saya bahagia bisa tidak sengaja ikut aksi damai 212 ini. Setidaknya saya bisa menularkan kisah dan semangat ini pada anak cucu saya sambil berkata: "Nak, saat kau bertanya ada dimana posisi Bapak saat aksi damai 2 Desember 2016? Bapak cuma buih dalam gelombang lautan umat Islam saat itu. Walau cuma buih, Bapak jelas ada pada posisi membela keimanan, keyakinan dan kesucian agama Islam. Jangan ragu dan takut untuk berpihak pada kebenaran yang kau yakini benar. Beriman itu harus dengan ilmu. Orang berilmu itu harus lebih berani. Dan mereka yang hadir atau mendukung aksi 212 adalah mereka yang beriman, berilmu dan berani. Maka jadilah kau mukmin yang berilmu dan pemberani anakku".
DR Iswandi Syahputra
[Dosen IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta]
Tidak ada kata lain yang ingin kutuliskan dalam posting kali ini selain sebait doa: "Semoga Islam, agama yang menyelamatkan, bisa menjadi penyelamat seluruh ummat manusia. Dan semoga kita semua semakin dijaga keimanan kita, termotivasi untuk terus menambah amalan ibadah kita termasuk membaca Al Quran supaya kecintaan pada kitab suci bisa tumbuh pada diri kita, pada diriku dan dirimu. Iya....KAMU." (end)
Minggu, 26 Juni 2016
Im Back
Bismillah...
Rasanya sudah lama sekali tidak mengisi blog ini. Beberapa kali ada keinginan untuk menulis tapi selalu berkesampingkan oleh kesibukan yang lain. Alhasil, ide-ide yang sepintas muncul menjadi menguap begitu saja. Hilang tanpa bekas dan tinggal kenangan yang kadang tidak bisa terbaca dengan sempurna.
Awalnya sih mencoba memaklumi kepada diri sendiri. Ok deh aku khan sibuk, banyak kegiatan dan tugas yang tak kunjung reda datang bertubi-tubi namun hingga kemudian hasilnya aku rasakan sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa berhenti menulis itu sangat merugikan. Ni otak menjadi tumpul, stagnan dan tidak kreatif. Yang sangat terasa adalah ketika harus ngomong di depan banyak orang baik memberikan sambutan dan memberikan pelatihan. Sangat terasa keberagaman kata-kata dan ide yang keluar dari otak saya berjalan sangat lambat sehingga yang terlontar hanya itu-itu saja. Monotan dan sangat membosankan.
Errrrggggghhhhht...sedih dan sebel rasanya. What's wrong with me??????
Setelah mencoba melihat perjalanan yang akhir-akhir ini kulalui maka sampailah pada kesimpulan bahwa proses kreatif yang harusnya terus berjalan di otakku tidak bekerja. Dan kambing hitamnya adalah karena aku sudah tidak pernah menulis dan efeknya tidak banyak mmebaca referensi dan parahnya lagi membuat proses kreatif MATI.
Hiks....sedih banget yak. Tidak ini hal ini terus terjadi maka sampailah pada sebuah keputusan bahwa aku harus menulis kembali.
So...i'm back. Here i am yang mencoba menulis kembali dan semoga istiqomah supaya proses kreatif bisa terus berjalan dan kenangan tidak hanya sebatas kenangan namun bisa memberikan makna kepada diri sendiri dan orang lain.
Apakah keinginan itu akan teraih? SEMOGA...
Juni 2016
11:57
22 ramadhan
x
Sabtu, 04 April 2015
"welcome 2015"
Bismillah...
Rasanya sudah sangat terlambat ya untuk mengatakan "welcome 2015" karena hari-hari di bulan April kini telah kita eja. Dan waktu terus saja berlari tanpa peduli kadang kita lupa untuk memaknainya atau bahkan mensyukurinya.
Well...here we are....
Ingin rasanya menuliskan semua yang terjadi dalam catatan perjalanan cahaya tapi apalah mau dikata.
Satu yang tak ingin kulupakan adalah selalu ada hikmah dari setiap peristiwa.
Berharap tahun ini selalu menjadi pintu menuju kesuksesan baru. Aamiiin
Awal april 2015
Kamis, 06 November 2014
13 tahun pernikahanku tidak diakui oleh negara
Bismillah...
Ini sebuah kisah yang baru saja saya alami dan semoga saja tidak terjadi pada yang lainnya. Tapi sebelum kisah ini terjadi pada Anda, ada baiknya Anda melihat kembali dengan teliti buku nikah Anda. Apakah semua datanya sudah tertulis dengan benar? Alhamdulillah jika sudah karena jika ada data yang tidak benar bahkan pada hal-hal yang tidak urgen menurut kita, maka bisa jadi kisah saya ini pun akan terjadi pada Anda juga.
Inilah kisahnya...
Selama 13 tahun usia pernikahan kami, saya dan suami tidak pernah menemukan permasalahan dengan buku nikah. Urusan kemanapun yang memerlukan buku nikah lancar nyaris tanpa kendala. Tapi kondisi berubah 100% ketika suami mengurus akte kelahiran untuk anak ke-4 kami. Permasalahannya ada pada buku nikah kami. Petugas dispendukcapil meragukan keaslian buku nikah kami "hanya" karena nama yang tertulis tidak sama dengan nama di KTP.
Perbedaannya pun tidak signifikan, nama suami yang Budhi Hartanto ditulis tanpa huruf h dan nama saya Intan Nurlaili ditulis Intan Nurlaila. Tidak hanya itu, kondisi ini diperparah dengan inkonsistensi penulisan pada lembar depan dan belakang karena lembar depan sudah berupaya dibenarkan hanya dengan menambahkan huruf h di antara d dan i pada nama suami dan membenarkan nama saya dengan nurlaili. Namun, lagi-lagi di halaman belakang tulisan masih asli salahnya. :D
Nah, kembali pada permasalahan, kondisi ini ternyata menjadi awal penghalang dalam mendapatkan akta kelahiran anak kami yang keempat. Ketika mengurus ke dinas terkait, semua persyaratan sudah dilengkapi oleh suami. Lagi-lagi, karena tulisan nama di buku nikah tersebut tidak sama maka petugas menolak membuatkan akta kelahiran anak saya. "Saya tidak berani pak, karena yang mengeluarkan bukan solo tapi demak. bapak harus membawa surat nikah yang asli dan juga saksi. Karena tulisan namanya tidak sama," kata petugas itu.
Memang saya menikah di demak, bukan di Solo. Hal ini yang menjadi penguat petugas itu untuk menolak permintaan kami. "Kalau di Solo mungkin saya bisa bantu memintakan legalisir di KUA sini. Tapi karena ini diterbitkan KUA demak saya bisa berani," jelasnya.
Suami berusaha menjelaskan bahwa surat nikah itu juga yang kami gunakan untuk mengurus akta kelahiran anak kami yang pertama hingga ketiga dan menjadi syarat mengajukan kpr di bank, semuanya tidak ada masalah. Namun petugas tetap bersikukuh dengan prinsipnya. Suami pun akhirnya pulang dan kembali lagi keesokan harinya dengan membawa buku nikah yang asli dan juga seorang saksi. Tapi lagi-lagi petugas menolaknya karena buku nikah yang asli pun dinilai meragukan.
"Bapak silakan cari legalisir surat nikah di KUA demak, dengan adanya legalisir kami baru bisa memberikan akta kelahiran pada anak bapak," sarannya. Ternyata tidak hanya ijasah yang dilegalisir ya, buku nikah pun ada legalisir. :)
Waktu suami cerita ke saya tentang semua itu, satu yang terlintas dalam benak saya adalah berarti negara tidak mengakui pernikahan kami yang sudah berusia 13 tahun ini dong. Ah...ada-ada saja...
Tidak mau berkepanjangan maka kami melakukan saran petugas tersebut.
Dibantu bapak ibu (jadi ngerepotin orangtua nih) kami mengurus legalisir buku nikah dan atas inisiatif ibu dan sebagai antisipasi permasalahan ke depan maka dibuatlah buku nikah baru berjudul "Duplikat Buku Nikah."
here you are.....
Akhir cerita, setelah 13 tahun kami mendapat buku nikah baru yang benar-benar diakui keabsahannya oleh negara.
well...setidaknya bisa menjadi pelajaran dan semoga hal serupa tidak terjadi pada Anda.
akhir oktober 2014*
*based on true story, dengan sedikit olahan
Langganan:
Postingan (Atom)
Menunggu Anak Saat Penjemputan, Ini Hasilnya
Bulan September kemarin bisa dikatakan masa jeda bagiku, karena sudah rehat dari kantor lama dan belum mulai menjalankan tugas di kanto...

-
Suatu pagi tiba-tiba seorang kakek-kakek yang berjalan melintas di depan rumah membelokkan langkahnya memasuki halaman rumah. Kami, aku da...
-
Bismillah... Masih di Bulan Mei, di mana banyak cerita berawal di bulan ini, rasa-rasanya ingin sekali menulis kisah tentang kita...
-
Bismillah... Ini sebuah kisah yang baru saja saya alami dan semoga saja tidak terjadi pada yang lainnya. Tapi sebelum kisah ini terjadi...