17 Tahun Muhasabah Cinta


Bismillah...

Mei selalu menjadi sesuatu buatku karena paling banyak moment penting terjadi di bulan ini, termasuk moment bersejarah ketika separuh dien ini tergenapkan. Sebuah peristiwa besar yang terjadi di luar rencana dan bisa terjadi semata karena skenario Alloh yang luar biasa. Skenario yang tetap menjadi misteri hingga peristiwa itu terjadi. Kali ini, bertepatan dengan muhasabah cintaku ke 17 kisah itu akan kututurkan.

Sama sekali tidak menduga hari itu akan terjadi peristiwa yang meluluhkan hati, menguji sebuah niatan hanya untuk Alloh semata. Ketika ikhtiar yang selama ini diusahakan, tiba-tiba mendapatkan jawaban dari Alloh dengan jalan yang tidak terduga-duga.

Yap, hari itu, rombongan keluarga (calon) suami datang ke rumah dengan tujuan untuk melakukan khitbah (lamaran) dan melakukan musyawarah rembug tuwo. Sekian waktu berjalan, pembicaraan masih terus berputar tanpa menemukan titik temu tentang kapan akad nikah dan tasyakuran akan dilaksanakan. 

Ketika masih saling menimbang, tiba-tiba abah (panggilan saya untuk kakek) menanyakan satu pertanyaan yang tidak pernah diduga namun menjadi jawaban atas semuanya. "Kalau menikah sekarang, apakah kamu siap?" Entah mendapatkan kekuatan dari mana, segera (calon) suami menjawabnya dengan satu kata, "SIAP."

Aku sendiri tidak bisa menggambarkan perasaanku saat itu yang bercampur aduk jadi satu, antara takut, kaget, bingung dan ragu. Serta merta, kuambil hp dan berlari ke belakang rumah untuk menelpon guruku. Lagi-lagi, jawaban yang kudapatkan atas kegalauan hatiku kembali di luar dugaan. "Alhamdulillah, mungkin ini jawaban Alloh atas doa-doa selama ini dengan dimudahkan dan disegerakan prosesnya," ujar beliau yang membuat hati ini mantap kembali ke ruang keluarga tempat rembug tuwo diadakan dan memberikan jawaban, "YES, I DO."

Maka terjadilah peristiwa itu. Sebuah prosesi pelafalan janji suci berlangsung dengan syahdu dan penuh keharuan. Hanya berjarak dua pekan dari pertama kali proses taaruf. Tidak ada satupun yang mampu kulakukan kecuali sujud syukur dengan linangan air mata. Pun ketika bersimpuh, sungkem kepada orangtua. Doa-doa mereka semakin meyakinkan hati, ini adalah jalan yang diridhoi-Nya. 

Kini suamiku, 17 tahun sudah berlalu, dengan anugerah empat amanah yang mengisi hari-hari kita. Warna-warni dilalui bersama. Ada suka, ada duka. Ada tawa dan air mata. Ada sedih dan bahagia, semua adalah keniscayaan hidup. Semoga sakinah, mawaddah wa rahmah senantiasa dilimpahkan Alloh dalam perjuangan kita mengokohkan bangunan cinta setiap detiknya. 

Janji suci yang sudah terikrar berpuluh tahun yang lalu, selalu kumohonkan kepadaMu dan doa robithoh yang tak henti kupanjatkan kepada-Mu. "Ya Alloh, kuatkanlah ikatan kesatuannya, kekalkanlah kecintaanya, tunjukilah jalannya, penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup. Lapangkanlah dadanya dengan pancaran iman kepada-Mu dan tawakal yang baik kepada-Mu."

Dan dari semua hal istimewa yang telah kita lalui bersama, hanya satu kalimat yang terus terlintas di tahun ini; "Maka nikmat Alloh manakah yang kamu dustakan?"

*07 Mei 2001 - 07 Mei 2018*

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer