Bismillah...
Memiliki waktu bersama anak, di tengah kesibukan kita, merupakan sebuah anugerah. Lebih menyenangkan lagi kalau waktu itu bisa kita manfaatkan untuk membangun komunikasi dengan mereka, bahkan sekadar bercerita tentang mimpi dan cita-cita mereka.
Menjelang ulang tahun abi bulan mei lalu, kebetulan ada satu hari full bersama anak-anak. Saat itu sang abi sedang pergi ke luar kota. Aku sibuk di dapur ketika agam dan khilya, sang ilmuwan dan puterinya ummi menyusul. Sementara si kecil Caca sedang terbuai dalam lelapnya. Kutinggalkan pekerjaanku dan menyapa mereka. Biarlah pekerjaan terbengkalai asal bisa memiliki waktu yang bermakna bersama mereka.
Perbincangan pun mengalir begitu saja dan mereka bercerita tentang banyak hal tentang keinginan, harapan dan cita-cita. Tiba-tiba Agam nyeletuk, "Mi, abi kan sebentar lagi ulang tahun. Kita mau kasih hadiah apa?" tanyanya.
"Kasih apa ya mas, Mas Agam punya usul?" tanyaku.
"Kita bikin kejutan rahasia buat abi yuk," ajaknya yang diiyakan oleh khilya.
"Iya mi, nanti pasti abi seneng," imbuh Khilya.
"Enaknya hadiahnya apa ya mi, abi baru pengen apa ya?" tanya Agam lagi.
Tiba-tiba khilya menyampaikan usulannya. Usulan yang membuat aku geli sekaligus membuat Agam menentangnya. "Gimana kalau abi dikasih hadiah rumah. Kan kita belum punya rumah," usulnya polos.
Masuk akal karena barang itu (rumah) memang belum kami miliki dan baru dalam tahap rencana. Tapi menjadi konyol ketika merekam dialog berikutnya, menyusul bantahan sang kakak. "Yee... rumah kan mahal, memangnya kamu punya uang," tanya Agam pada adiknya.
"Ya minta sama abi," jawab khilya tanpa beban. Gubraks. Itu mah namanya nggak kasih hadiah kalo uangnya tetap minta pada yang mo dikasih hadiah.
Khilya mengusulnya hadiah yang lain dan realistis dari sisi kenyataan namun ngoyoworo dari sisi budget. "Gimana kalau hadiahnya mobil saja. Kan mobil kita sudah tua," ujarnya sambil nyengir kuda yang disambut manyun oleh kakaknya.
Berbagai idepun mengalir tentang alternatif hadiah yang akan diberikan untuk sang abi. Sampai akhirnya terjadi kesepakatan bahwa kita akan memberikan kejutan dan membelikan hadiah yang diinginkan abi. Dengan satu kondisi yang dilontarkan Agam, kami bertiga akan iuran dan menjaga rahasia ini hingga saatnya tiba. Bulat sudah, keputusan sudah diambil dan bertiga sepakat dan berjanji untuk menjaga rahasia itu.
Haripun berganti dan masing-masing kami tidak membicarakan dan menyinggung masalah itu di depan abinya. Masing-masing kami mencoba menahan diri untuk menjaga rahasia demi memberikan kejutan pada sang abi tercinta. Sampai pada suatu sore, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Ketika sang adik, khilya, melakukan dialog berdua dengan sang abi. Kira-kira begini dialognya. "Abi sebentar lagi mau ulang tahun ya. Abi pengin hadiah apa. Kita punya rahasia lho buat abi," ucapnya memancing keingintahuan abi.
"Oh ya, rahasia apa?" tanya abinya.
Dan khilya pun bercerita tentang rahasia yang sudah kita sepakati bersama. Saat itulah kekecewaan Agam bermula, ketika rahasia untuk memberikan kejutan kepada sang abi dibongkar oleh adiknya.
"Gimana sih dek, kan kamu sudah janji mau jaga rahasia, kok dikasih tahu abi sih," protes agam pada adiknya dan si adik hanya senyum-senyum saja. Tidak sadar betapa berharga rahasia itu bagi sang kakak.
Akhirnya sang kakak harus rela menerima terbongkarnya rahasia yang dia rancang untuk abinya dan datang kepadaku untuk merancang rahasia yang lain. "KIta bikin rahasia sendiri yuk mi, tapi jangan dikasih tahu dik khilya. Habis dik khilya nggak bisa menjaga rahasia sih," pintanya.
Hingga pada masanya tiba, Agam bisa tersenyum manis dengan membawa sebuah kue tart kecil bertahtakan lilin usia di atasnya untuk sang abi.
Selamat ulang tahun ya bi, We luv u....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar