Senin, 19 Agustus 2013

"Nostalgia Cinta Ramadhan"

Bismillah...

Menjelang Ramadhan 1434 H, seorang teman Pak Nassirun Purwokartun meminta kami menjadi model untuk Majalah Embun Lazis Jateng edisi khusus Ramadhan. Maka jadilah majalah apik ini dengan berbagai cerita seru. Semoga membawa manfaat untuk semua...







* kenangan kecil di Ramadhan 1434 H / Juli-Agustus 2013

Catatan yang Tertunda

7 Mei 2013, suami menulis:


Aku mengenalmu...

Lewat jiwa...
Bukan lewat mata...
Aku menjadikanmu.. 
Kekasih lewat hati...

Aku menulis namamu.. 
Dihatiku...
Sejak awal kita dipertemukan..
Dan tak akan pernah terganti...
Apalagi terhapus......

I Love You Full sayang.....
Ridho Allah untukmu...
Dan kebersamaan kita beserta anak2 titipanNya
Selamanya...

*catatan tahun ke 12 — with Intan Nurlaili.


Dan aku pun menulisnya:

Hari ini, 12 tahun yang lalu...

Dalam ikhtiar (kerja) kita membangun bahtera dengan cinta
Dalam setiap detik upaya untuk memperkokohnya
Dalam rangka menciptakan harmoni indah
Bersama, berdua plus tiga malaikat kecil di sekitar kita
Sekarang dan selamanya...

Luv u more and more in baity firdausi...with Budhi Hartanto


##Semoga Alloh SWT senantiasa menjaganya hingga waktu yang tak terbilang 

Kamis, 13 Juni 2013

Dari dialog santai pagi hari: Memaki itu tanda kekecewaan pada diri sendiri

Bismillah...

Pagi tadi terjadi dialog dan diskusi yang lumayan menyenangkan antara saya (sambil memasak) dan suami (yang sedang membantu mencuci piring). Meski sibuk dengan aktivitas masing-masing, perbincangan terkait dengan berbagai hal yang sedang berkembang tentang kondisi kekinian berlangsung cukup seru. Banyak hal yang kami "perdebatkan" dan diselingi candaan, hingga sampailah pada satu tema tentang MEMAKI.

Berawal dari keprihatinan pada begitu banyaknya orang yang mudah sekali mengeluarkan cacian dan makian di sosial media. Mennjadikan akun sosmed-nya sebagai tong sampah untuk mengeluarkan segala sumpah serapahnya. Miris saja, lagian kasihan juga khan akun sosmednya hanya dijadikan sebagai tong sampah. hehe... (pembelaan terhadap akun sosmed).

Ada hikmah yang saya ambil dengan dialog saya dengan suami pagi itu (ah..suamiku selalu saja menjadi sumber hikmah bagiku*pesan sponsor :D). Di antaranya adalah bahwa orang yang memaki adalah bentuk ekspresi diri yang menjadi personifikasi dari orang tersebut. Jika dia suka memaki, maka itulah gambaran dari dirinya, persis seperti caci maki yang dia keluarkan dan yang lebih "dalam" lagi bahwa orang yang memaki merupakan bentuk kekecewaannya pada diri sendiri.

"WHOT? yang bener saja, masak bisa begitu, hubungannya dimana?" tanya saya penasaran.

"Lha iyalah, ketika seseorang itu memaki maka itu merupakan penyesalan pada dirinya sendiri bahwa tidak ada tindakan positif lain yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki keadaan yang menurutnya salah kecuali hanya dengan memaki. Artinya dia kecewa pada dirinya karena tidak bisa melakukan apapun untuk membuat perbaikan sehingga dia memuaskan dirinya dengan mengeluarkan caci maki dan sumpah serapah. Hanya dengan memaki itulah dia akan terpuaskan," jelas suami panjang lebar.

Sambil membolak-balik tahu yang sedang digoreng, saya menjadi berpikir, benar juga ya. Bisa jadi memang orang yang suka memaki tersebut memang tidak melakukan tindakan apapun untuk mengubah suatu kondisi menjadi lebih baik atau memang tidak mempu melakukan upaya tersebut sehingga merasa galau lalu keluarlah kata-kata makian.

Paling tidak, memaki, menurut saya adalah pilihan tindakan atau ekspresi yang tidak tepat. Jika kita gemas terhadap suatu kondisi mengapa energi itu tidak disalurkan saja dengan tindakan nyata, berbuat sesuatu yang positif dan meninggalkan memaki.

Menurut Anda benar nggak sih? Kalau pendapat Anda sama dengan saya, yuk kita hilangkan kata-kata kasar, caci maki di media apapun dan di dunia manapun kita berpijak. Ubah cacian itu menjadi tindakan nyata yang bernilai positif . Mari belajar menjadi orang bijak, yang dapat mengubah setiap gangguan menjadi peluang kebaikan. Dunia akan menjadi lebih baik tanpa caci maki, pasti.

Dan kalau menurut Anda hikmah yang saya tangkap dari diskusi dengan suami ini salah, ya maaf. Yang pasti ada satu hal yang bisa saya tawarkan kepada Anda bahwa menciptakan dialog mengasyikkan dengan suami (atau istri) bisa terjadi dimana saja, tak terkecuali di dapur and it's fun. Menyenangkan dan penuh hikmah. Tidak percaya? Silakan coba dan buktikan sendiri.

Wallahu'alam


ketika fajar di karangasem,

14 Juli 2013

Minggu, 10 Maret 2013

Adalah dia...

Bismillah...

Menjadi aktivis sosial adalah satu satu misi dalam hidup ini. Bukan untuk tujuan yang muluk-muluk. Hanya keinginan simple saja, yaitu memberikan manfaat untuk sesama. Untuk mewujudkan hal inilah maka kurelakan sekian waktuku untuk mengabdi pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Rapat RT bulanan wajib, posyandu lansia adalah wajihah amal yang kupilih untuk membaur dengan masyarakat di kampung dan satu lagi wadah yang kubentuk bersama teman-teman yang satu visi untuk menyelamatkan generasi muda, yaitu Klub Kreativitas Remaja Muslim Jawara.

Nah, ada kisah menarik dari satu edisi aktivitasku di Jawara. Paling tidak kisah yang membuatku merasa masih banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan, jika kita punya kemauan. Masih ada orang yang luar biasa berkiprah tanpa pamrih meski dilingkupi keterbatasan. 

Adalah Pak Imam, beliau adalah ketua takmir mesjid Al Furqon Karangasem. Kondisi fisiknya tidak sempurna sebagaimana kebanyakan orang, namun semangatnya dalam berbuat kebaikan melebihi mereka yang memiliki tubuh sempurna.

Aktivitasnya dalam sosial dan dakwah sudah diakrabinya sejak remaja. Hanya saja, dari cerita-cerita yang disampaikannya, bedanya dengan sekarang adalah semangat orang-orang yang ada di sekitarnya. Jika dulu teman-temannya rela mendorong kursi rodanya ke tempat acara yang relatif jauh dari rumahnya, kini dia kesulitan mencari orang yang mau melakukan hal serupa. Padahal kondisi tubuhnya kini lebih payah.

Karena itu, dia lebih memilih untuk tetap menyemangati dirinya dengan beraktivitas di sekitar rumahnya saja. Salah satunya dengan mengajari anak-anak les dan belajar mengaji di rumahnya serta mengadakan pengajian di mesjid kampungnya.

Subhanalloh, beliau adalah sedikit dari orang yang memiliki semangat luar biasa untuk terus memberikan manfaat kepada orang-orang di sekitarnya dan paling utama adalah kepada agamanya. Barokallohufikum...

Karangasem, akhir februari 2013

Selasa, 08 Mei 2012

11th is not enough

Dedicated for My Honey :

Rasanya baru kemarin 
Saat kita diperkenalkan 
Dan kau duduk 
Tertunduk malu

Rasanya baru kemarin 
Semburat merah jambu
Membayang di pipimu 
Saat aku datang ke orang tuamu

Rasanya baru kemarin
Kau terisak haru 
Saat ibuku menggenggam erat jemarimu

Rasanya baru kemarin 
Kau tergugu di pelukan ibumu 
Saat tiba2 lamaranku berlanjut menjadi aqad nikah itu...

Hari ini tepat 11 tahun 
Kenangan indah itu telah berlalu
Saat aku tersendat haru
Ucapkan janji suci itu

Dan aku masih saja terharu biru...

Kau adalah bidadariku.....

Kau adalah ibu dari tiga malaikat kecilku....

dan Kau adalah pilihan terbaikku...:-)

(Peluk cium dari Abi, Agam. Khilya dan Caca)

*Pesan indah dari suami di ulang tahun pernikahan kami yang ke-11 pada 7 Mei 2012

Menunggu Anak Saat Penjemputan, Ini Hasilnya

     Bulan September kemarin bisa dikatakan masa jeda bagiku, karena sudah rehat dari kantor lama dan belum mulai menjalankan tugas di kanto...