Perjalanan setiap moment, menandakan jejak untuk menjadi muhasabah. Tiada yang patut dikenang kecuali moment yang bisa mendewasakan menuju sumber cahaya abadi.
Senin, 26 Maret 2018
Minggu, 04 Maret 2018
Ekspresi Menentukan Prestasi
Bismillah...
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk introspeksi diri, salah satunya adalah dengan meminta masukan kepada orang-orang yang banyak berinteraksi dengan kita. Melalui cara itu, kadang kita akan menemukan fakta di luar dugaan kita dan jika itu adalah sebuah kenyataan dan bisa membuat kita berubah menjadi lebih positif, mengapa tidak?
Memasuki bulan muharrom, diniatkan untuk melakukan muhasabah. Selain secara mandiri, maka mulailah mencari masukan ke teman-teman kantor dimana saya menghabiskan waktu delapan jam sehari dari jam 08.00 sampai 16.00.
Pada sebuah morning briefing yang dilakukan setiap senin pagi, saya sengaja meminta teman-teman untuk memberikan masukan kepada saya, hal-hal apa yang mereka temui dalam diri saya dan membuat mereka tidak nyaman.
Hasilnya, benar-benar di luar dugaan. Sesuatu yang sama sekali tidak terduga dan menjadi pengamatan, rerasan bahkan pertanyaan di benak mereka. Dan satu hal itu sepenuhnya di luar dugaan saya. Apakah satu hal itu? Ia adalah EKSPRESI.
Teman-teman tim marketing ternyata benar-benar pengamat sejati dari ekspresi saya dan parahnya saya sama sekali tidak menyadarinya. Saya tidak sampai menduga bahwa ekspresi saya akan memberikan dampak besar pada mood dan kinerja mereka. Olala...sungguh jadi feeling guilty bener deh.
Hingga pada suatu saat ketika kita melakukan morning breafing bersama, saya berniat untuk meminta masukan dari tim terkait apapun, termasuk masukan tentang diri saya. Faktanya, ditemukan beberapa masukan yang membuat saya di satu sisi merasa berterima kasih dan di sisi lain merasa bersalah. Ingin tahu apa saja pernyataan mereka?
Let's see:
1. "Mbak Intan...katanya selalu terbuka menerima semua masukan, tapi yang kita rasakan nih setiap kali kita kasih masukan yang tidak sama dengan usulan mbak intan tuh, tiba-tiba ekspresinya langsung berubah gitu. Jadinya kita yang mau meneruskan sudah gak enak hati."
=ehm...suer saya tipe orang terbuka dengan setiap masukan, tapi tiba-tiba ekspresi berubah itu apakah benar begitu ya? itu yang selama ini tidak kusadari. ah..jadi harus lebih berhati-hati nih untuk berekspresi dan belajar untuk mengatur ekspresi yang tidak annoying meski kita merasa biasa-biasa saja.
2. "Kita nggak tahu nih ya mbak, kadang masalah apa yang dipikirkan mbak intan. Tapi ketika pagi hari, kita datang ke kantor, trus lihat mbak intan sudah duduk di depan komputer dengan muka yang serius (baca:cemberut) tuh membuat kita bertanya-tanya. Ada apa ya? Kita punya salah apa ya? trus ujung-ujungnya langsung menerjunkan mood kita, jadi males marketingan. Bener deh mbak, nggak enak bener dilihatnya."
=duh..duh...yang satu ini nih bikin feeling guilty banget. emang sih kadang pagi-pagi udah serius dan sibuk sendiri dengan kerjaan yang terus menggunung gak pernah ada matinya. Tapi semua itu nggak ada kaitannya kok dengan kalian. Maafkan ya kalau akhirnya menjadikan tidak semangat melakukan job. Nah ini nih yang dikatakan ekspresi menentukan prestasi.
Maka kemudian, sejak saat itulah saya berjanji bahwa setiap pagi harus memasang muka manis, tersenyum ceria dan sumringah penuh suka cita. Hehe... Bukan napa-napa sih, kalau mereka gak mood jualan trus target tidak tercapai, maka jadi kacau. Duh...bisa berabe, apa yang saya katakan pada pak bos nantinya. Masak harus ngomong target tidak tercapai gara-gara ekspresi saya. Nggak banget deh. so sad...
Itulah sepengkal kisah saya tentang begitu eratnya kaitan antara ekspresi dan prestasi. Terima kasih buat teman-teman satu timku yang sudah kasih banyak introspeksi untuk bahan muhasabah. Kalian...terbaiiiik.....(end)
Senin, 04 September 2017
[REVIEW] Purbasari Hi-Matte Lip Cream, Sempurnakan Cantikmu
Kadangkala kaum hawa kebingungan untuk mencari make up yang
sesuai. Begitu juga dengan saya. Jujur, saya bukan tipe orang yang suka banget
pakai make up jika keluar rumah, inginnya tampil natural di setiap kondisi.
Tapi bekerja di sektor publik menjadikan saya perlu berkenalan dengan make
up.
Kebingungan saya terjawab sudah dengan hadirnya produk make up dari
Purbasari. Biasanya, kenal dan menggunakan produk-produk dari Purbasari
atau PT Gloria Origata Cosmetics bukan produk make upnya, lebih pada lulur dan
perawatan tubuh dan taraaa...hadir di acara Cantik Bersama Purbasari yang
digelar di Solo Paragon mall akhir agustus lalu mengubah persepsi saya tentang
Purbasari yang ternyata memiliki produk kecantikan yang lengkap, mulai lulur mandi Purbasari dan krim kaki Kana yang biasa saya pakai, krim wajah New Cell, spray cologne Amara, lulur mandi dan pemutih untuk remaja Softwhite, decorative series Freya, pembersih wajah Cleanface dan tentu produk make up serta lipstick lengkap yang sudah dipasarkan di seluruh Indonesia. It's true...
Satu kalimat yang membuat saya tertarik adalah pernyataan dari Margareta
Sianne, Channel Activation Specialist Purbasari. Menurut Sianne, point penting
dalam make up adalah lipstick! Padahal, saya orang yang paling picky masalah
lipstick. Banyak pertimbangan.
Tapi ketika dikenalkan dengan produk keluaran
baru dari Purbasari yaitu Purbasari Hi-Matte Lips Cream Hidra Series ini, saya
langsung jatuh hati. ahay....
Nah, seperti apa sih penjelasan Purbasari terkait dengan produk terbaru mereka? Kita simak
yuk...
Purbasari Hi-Matte hadir dengan 5 varian warna
cantik yang cocok digunakan semua wanita Indonesia, kapanpun, dan dimanapun,
yaitu 01 – Vinca, 02 – Azalea, 03 –
Lantana, 04 – Zinnia
dan 05 - Freesia.
@purbasarimatte.lipstik
Purbasari Hi-Matte, merupakan satu-satunya lip cream dengan
karakter yang maksimal, meliputi:
high pigmented
high coverage
long lasting
fast drying
mudah digunakan
ringan di bibir
no transfer
memberikan kelembapan di bibir
mengandung antioksidan
mengandung UV Filter yang dapat melindungi bibir dari efek buruk sinar matahari
Pada produk new release ini Purbasari begitu memahami
kebutuhan wanita yang sering terpapar sinar matahari sepanjang tahun. Paparan sinar matahari yang
berlebih inilah dapat membakar, membuat bibir kering
& meningkatkan produksi pigmen melanin di bibir yang menyebabkan warna bibir menjadi lebih gelap.
Untuk mencegah warna bibir menjadi lebih gelap, maka pilihlah produk yang mengandung
antioksidan & UV filter, seperti Purbasari Hi-Matte, sehingga bibir wanita Indonesia
terlindung dari efek buruk sinar matahari.
Nah cukup jelas khan ulasan dari Purbasari, lalu apa yang membuat saya jatuh hati? Pengen tahu,
keep on reading ya di review saya
Kemasan box Purbasari terlihat elegan. Kotak yang dominan warna hitam dengan
kombinasi emas menjadikan produk ini mewah. Logo halal MUI tercantum di salah
satu sisi kemasan menjadikan saya semakin mantap mengenakan lipstick ini. Lebih
mantap saja rasanya.
Di kemasannya, semua keterangan terkait produk cukup jelas
tertera, mulai dari pilihan warna, ingredients, kode produksi, produsen, exp date
dan berat produk.
Ketika dibuka, kemasan lip cream berbentuk kotak yang tegas namun ramping.
Dengan list emas yang memisahkan antara kemasan dan tutup mempercantik
tampilan. Meski ada yang mengatakan terkesan tua, tapi bagi saya sih gak
masalah. Cantik saja.
@purbasarimatte.lipstik
Aplikatornya cukup panjang, pas dan gampang mengaplikasikannya. Apalagi tekstur
lip cream yang creamy menjadikan saya cukup mudah untuk mengoleskan ke bibir.
Bagi saya cukup sekali oles saja sudah bisa mendapatkan warna yang pas, tidak
terasa tebal dan langsung menempel di bibir. Memang pada dasarnya saya lebih
suka warna yang natural dan light, jadi cocok deh... Makanya dari 5 varian
warna, saya cenderung suka no.2 Azalea, pas banget dan masuk dengan warna kulit saya.
www.intannurlaili@blogspot.co.id
Nah, bagaimana dengan daya tahan nih. Akhir-akhir ini saya cukup akrab dengan
lip cream yang satu ini dan terbukti lho tahan lama, Purbasari lip cream bisa tahan dari pagi sampai sore pulang kerja.
Dengan berbagai kelebihan yang diberikan, harga yang dipasang di angka 40K - 50K
cukup murah. Pokoknya gak bakal rugi deh. Purbasari Hi-Matte Lip Cream worted banget untuk dimiliki.
Terakhir nih, setiap wanita itu cantik.
Sepakat? Kalau saya sih yes pastinya. Iya dong setiap wanita itu cantik dan
kecantikan alami yang dimiliki oleh wanita akan semakin sempurna dengan sentuhan lipstick yang tepat. Purbasari Hi-Matte Lip Cream tentunya.
Penasaran? yuk dicoba....
Minggu, 30 Juli 2017
Tersandera persepsi
Bismillah....
Tersandera persepsi. Hm....bingung nggak dengan dua kata tersebut. Bagaimana bisa persepsi menyandera dan siapa yang tersandera?
Nah, daripada bingung, kita bercerita yuk. Eh, tepatnya saya akan bercerita tentang pengalaman yang saya alami sehingga menggelitik saya untuk menulis tema tersandera persepsi.
Pernah nggak kita tiba-tiba merasa mellow ketika memikirkan sebuah kejadian yang menurut persepsi kita memilukan? Misal kita berbincang dengan teman, kebetulan teman kita sedang cape sehingga tidak menanggapinya dengan datar. Mendapatkan tanggapan tersebut, maka mulailah kita bermain persepsi.
"Kok dia jawabnya datar banget sih, sepertinya dia marah ya kepadaku. Apa salahku?"
"Kenapa dia pelit kata ya, jangan-jangan ada perkataanku yang salah sehingga dia marah"
"Ih...sedih banget sih, diajak ngobrol kok nggak ngenakin. Dia sudah tidak temenan nih"
atau parah lagi
"Hm...dia sepertinya tidak jujur kepadaku, pasti ada yang dirahasiakan. Itu pertanda dia tidak cinta lagi kepadaku." Ea.... (yang ini pengalaman pribadi #ups)
Dari semua contoh pernyataan tersebut, semua bersumber pada satu kata, persepsi. Terkadang tanpa adanya bukti yang jelas, hanya dengan berbekal perkiraan dan persepsi, menjadi dasar bagi kita untuk mengambil kesimpulan. Nah, yang disayangkan lagi, kebanyakan persepsi kita itu mengarah pada sesuatu yang negatif, pada akhirnya berkesimpulan negatif dan mendrive kita untuk berperilaku negatif.
Coba lihat di atas, adakah yang mengarah ke tone yang positif? Kebanyakan kita, eh saya ding, kalau baru sensi dan dikuasai emosi bin mellow, biasanya lebih banyak dikuasai oleh persepsi yang negatif. Malangnya kita, eh lagi-lagi saya, persepsi itu kemudian memperdaya kita, bermain di pikiran kita, menguasai hati kita dan menyetir perilaku kita. Ah..parah banget yak :D
Jika sudah sampai pada tahap itu, maka itulah yang saya istilahkan dengan "tersandera persepsi" dimana persepsi bisa mengaduk-aduk perasaan kita, emosi kita dan perilaku kita. Padahal, jika dirunut lebih jauh lagi, belum tentu apa yang kita persepsikan benar atau memang tidak benar.
Nah...nah...untuk sesuatu yang masih belum jelas seperti ini, sesuatu yang masih abu-abu, mengapa kita biarkan untuk menguasai kita, menyandera kita. Rugi banget yak. Lebih baik kita jaga hati kita, pikiran kita dan perilaku kita sehingga tidak mudah disandera oleh persepsi yang buruk. Dan lebih mawas diri, tidak mudah bermain persepsi.
Yuk belajar dan terus belajar untuk mengurangi prasangka dan persepsi yang negatif supaya hidup kita lebih nyaman dan tidak dibebani dengan sesuatu yang belum pasti. Dan satu lagi, banyak berpositif thinking sehingga hidup kita lebih positif.
Yuk ah...be positif :)
Jumat, 28 Juli 2017
Belajar Tulus
Bismillah...
"TULUS"
Satu kata yang dalam dua hari belakangan terus membuat diri ini resah bin galau sekaligus berpikir ternyata selama ini saya tidak tulus dalam melakukan sesuatu dan selalu ingin melihat hasil nyata dari apa yang saya lakukan.
Konklusi ini saya dapatkan setelah menjalani diskusi yang cukup panjang dengan seorang partner kerja dan mengingatkan saya untuk mengoreksi kembali niat saya dalam melakukan tindakan, sebaik apapun hasil yang kita harapkan.
"Selama ini mbak intan masih berada pada pola kerja transaksional. Jika melakukan sesuatu harus mendapatkan hasil yang langsung kelihatan. Padahal tidak semua usaha yang kita lakukan akan langsung memberikan dampak nyata. Hasilnya mungkin baru bisa dilihat entah berapa waktu ke depan." Begitu kira-kira perkataan bijak dari partner kerja saya yang luar biasa bisa menjadikan saya melakukan introspeksi diri.
Yups, ungkapan itu disampaikan ke saya setelah kita berdiskusi tentang keseharian yang kami hadapi. Sekian waktu mengemban amanah ini dan melakukan berbagai program dan strategi, rasa-rasanya kok saya belum bisa melihat perubahan yang saya harapkan. Apakah apa yang sudah coba saya upayakan tersebut tidak memberikan makna bagi mereka? Apakah yang sudah saya lakukan ini tidak ada artinya apa-apa?
Lalu saya tersadar bahwa mengharapkan adanya perubahan (meski itu perubahan positif) dari sebuah upaya yang kita lakukan itu ternyata tidak ada bedanya dengan menginginkan hasil yang diistilahkan partner saya tadi sebagai pola kerja transaksional.
Padahal yang saya harapkan, adalah sesuatu yang positif yaitu membuat semua bahagia, membuat semua nyaman, happy dan memberikan dampak positif dalam semangat beraktivits. Ah, semoga ini bukan sekadar pembelaan diri. Tapi sungguh, setiap apa yang saya lakukan, tidak ada satu pun yang memiliki niat buruk. Namun selurus apapun niat itu, saya merasa tidak semua pihak bisa menerima dengan baik. Hiks...sedih tiada tara.
Maka mulailah masalah masuk ke ranah rasa. Memang tidak mudah jika membahas masalah rasa. Tidak ada satu indikator pun yang bisa menjadi ukuran tentang rasa dan tidak mungkin membuat semua orang memiliki rasa yang sama.
Dan rasa adalah hal yang tidak bisa dipaksakan. Kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama juga oleh semua orang, tergantung pengalaman dan latar belakangnya.
Trus bagaimana dong? Haruskan masih berharap orang lain memberikan feed back yang sama? Ah, mungkin benar kata teman saya, bahwa saya masih berpegang pada pola kerja transaksional. Mengapa tidak mulai merubah pola saya, atau merubah target saya sehingga apapun yang saya terima atas kebaikan yang telah saya lakukan, tidak akan merubah dan melongsorkan semangat saya untuk terus melakukan kebaikan.
Do good, always good, for good...no matter what. Bismillah...
Wallahu'alam bishowab...
Langganan:
Postingan (Atom)
Menunggu Anak Saat Penjemputan, Ini Hasilnya
Bulan September kemarin bisa dikatakan masa jeda bagiku, karena sudah rehat dari kantor lama dan belum mulai menjalankan tugas di kanto...
-
Suatu pagi tiba-tiba seorang kakek-kakek yang berjalan melintas di depan rumah membelokkan langkahnya memasuki halaman rumah. Kami, aku da...
-
Bismillah... Masih di Bulan Mei, di mana banyak cerita berawal di bulan ini, rasa-rasanya ingin sekali menulis kisah tentang kita...
-
Bismillah... Ini sebuah kisah yang baru saja saya alami dan semoga saja tidak terjadi pada yang lainnya. Tapi sebelum kisah ini terjadi...