Selasa, 08 Mei 2012

me time is a must...


Bismillah...


Me time is a must. Sepertinya satu kalimat awal di depan terkesan egois ya. Tapi coba tanyakan kepada diri kita masing-masing, memiliki waktu pribadi merupakan kebutuhan setiap perempuan, baik mereka yang masih melajang terlebih yang sudah diberi amanah momongan.Tanya mengapa? Nah, itulah yang saat ini pengen dijadikan tema di blog entry kali ini.

Memang, bagi saya me time is a must. Ada waktu-waktu tertentu yang perlu bagi saya untuk bisa lebih fokus ketika saya sendiri, tidak membawa anak-anak turut serta dalam aktivitas ini, terutama anak-anak yang masih memiliki ketergantungan kepada kita. Bukan berarti anak-anak menjadi beban bagi saya ketika melakukan aktivitas tertentu, TIDAK. Sekali waktu perlu juga mereka kita ajak terlibat dalam aktivitas yang kita lakukan. Namun adakalanya perlu pula kita sendiri, supaya bisa lebih berkonsetrasi, agar supaya aktivitas tersebut lebih muntijah (berhasil guna).
Namun kebutuhan akan me time ini bukan kemudian membuat kita egois "menelantarkan" anak-anak begitu saja. Perlu ada komunikasi dan kerjasama dengan suami atau asisten yang kita percaya untuk menghandle mereka selama kita "menikmati" me time.

Jangan dibayangkan lho, me time di sini adalah waktu untuk mencari kesenangan diri. Bagi saya, tidak tepat ketika kita meninggalkan keluarga hanya ntuk sekadar mencari kesenangan diri, ngemal, nyalon, hang out, etc.
Lalu untuk apa me time dimanfatkan?

> Meningkatkan kapasitas diri
Tentu kita tidak ingin kan dari waktu ke waktu kapasitasnya mentok di situ saja. Harus ada semangat yang senantiasa kita tumbuhkan untuk menambah kapasitas diri. Baik itu meliputi kapasitas dakwah, ruhiyah, keilmuan, maupun keterampilan. Untuk waktu-waktu itu, butuh konsentrasi lebih. Nah, untuk kepentingan itulah, me time perlu dimanfatkan. 

Coba komunikasikan ke suami untuk bisa berbagi peran dan memberikan kesempatan pada kita untuk meningkatkan kapasitas diri. 

Alhamdulillah suami saya sangat mendukung setiap aktivitas yang saya lakukan, asal memiliki manfaat untuk pribadi dan masyarakat. Maka ketika saya komunikasikan kepada beliau tentang hal tersebut, 100% beliau mendukung dan siap menghandle anak-anak. Pada waktu-waktu tersebut, selalu beliau prioritaskan waktu membersamai anak-anak, menggantikan ketidakberadaan saya. Kecuali jika pas pada waktu yang sama ada aktivitas beliau yang benar2 urgent yang tak bisa ditinggalkan, barulah anak-anak dihandle sama asisten di rumah.

>Meningkatkan kiprah di masyarakat
Hidup di tengah masyarakat mengharuskan kita untuk memainkan peran sebagai anggota masyarakat. Masuk dalam komunitas mereka dan mencoba memberikan andil yang bermanfaat. Untuk waktu-waktu tersebut, ada kalanya me time juga perlu dimanfaatkan. Jika ada rapat bersama ibu-ibu di malam hari, misalnya, lebih baik anak-anak di rumah sajalah. Tapi untuk yang satu ini bukan harga mati lho. Ketika pas situasi dan kondisi memungkinkan, nggak ada salahnya kita melibatkan anak-anak bersama aktivitas kita, mengapa tidak?

That's all. Semoga posting ringan ini bisa memberi manfaat. 

Adi Sucipto, 24 Mei 2011

give me a hug...




Bismillahirahmanirrahim

Ada yang berbeda saat ulang tahun khilya, 26 Februari lalu. Setiap saat dia selalu datang menghampiriku dan meminta peluk dan cium.

Dimanapun aku berada, dia selalu datang menghampiri dan berkata, "Ummi.. peluk..cium..," ujarnya sampil membuka lebar kedua lengannya dan kami pun berpelukan.

Tak lama berselang, dia melakukan hal yang sama dan kami pun larut kembali dalam pelukan. Dalam waktu setengah hari berkumpul di rumah, tak kurang 10 pelukan tercipta di antara kami, jumlah yang tentu di luar kebiasaan.

Heran dan penasaran dengan tingkahnya di luar kebiasaan, aku pun bertanya kepadanya, "Kenapa sih kok minta peluk terus?" tanyaku memancingnya.
"Kan aku ulang tahun, aku pengen terus dipeluk," jawabnya manis.

Okelah nak, jika pelukan itu membuat kamu tenang dan senang maka ummi berjanji mulai saat itu akan meningkatkan intensitas pelukan untukmu. Tak hanya di hari ulang tahunmu namun juga di seluruh harimu dan kita akan bernyanyi bersama:

I love u... u love me...
we are happy family
with a great big hug 
and kiss from me to u
won't u say, u love me to...

catatan 1 yang tertunda
semoga kau tumbuh menjadi pribadi istimewa nak
penuh iman dan takwa...

just write


Bismillah...


rasanya sudah sangat lama aku "mematikan" intuisiku untuk menulis. Segala hal yang terlihat, terlintas dalam benak. Entah sudah berpuluh-puluh ide bersliweran dan meloncat-loncat di pikiran ni, namun tak satupun tertangkap.

Padahal selalu saja muncul keinginan yang mendesak-desak untuk direalisasi. Entah karena ketrenyuhan menyaksikan sesuatu, kegemasan melihat berbagai fenomena atau sekadar ingin berbagi. Tapi entahkan, semuanya menguap begitu saja. Rasanya ngiri lihat teman-teman yang aktif nulis di blog dengan kekhasannya masing-masing dan aku berada di antara komunitas tersebut, yang selalu semangat menginspirasi melalui note-notenya. Lalu aku, kemana saja aku selama ini yang membiarkan ide-ide berloncatan di kolam lalu menghilang dan menjadi basi. how pity i am...

So... selama masih ada keinginan maka harus punya kemauan supaya menemukan jalan. Let's find the way intan. Happy writing...
Terakhir sebagai pengingat kata-kata bijak dari Pramoedya Ananta Toer : "Jika kamu ingin dikenang dalam sejarah, maka menulislah"

SO...LET'S WRITE.....

**di tengah kesibukan kerja, 5 April 2011**

Bimbing mereka dengan firman-Nya


Bismillah...

Terinspirasi oleh cerita Ust Muhammad ketika taujih di acara JR menjelang Ramadhan, maka aku bertekad untuk mengikuti langkah beliau (jazakalah Ustad);yaitu perlu ada waktu yang diluangkan untuk menciptakan komunikasi dengan anak. Cara yang ditempuh subhanallah, luar biasa, yaitu menciptakan moment tilawah seluruh aggota keluarga bakda magrib.

Sebelumnya di rumah kalau tilawah ya sendiri-sendiri, belum pernah ada waktu berkumpul khusus untuk tilawah dan tausiyah. Ide itu saya sampaikan ke suami, alhamdulillah, suami mendukung (kayake sih ide ummi didukung terus sama abi ya, thanks abi budhi). Dan alhasil, mulai Ramadhan kemarin, aktivitas tersebut coba terus dipelihara menjadi agenda rutin kami bakda magrib, meski kadang satu dua kali ada bolong juga ding. but it's oke, paling tidak kita semua (saya, suami dan anak-anak) sudah sepakat bahwa habis magrib ada tilawah bersama.

Hasilnya, Allohu akbar, begitu banyak miracle yang saya dapat dari setiap moment yang kami melewatkan pada saat ini. Ketika agam membaca Al Quran, bergantian ummi dan abi, Khilya membaca artinya, Caca sesekali main di sekitar kami, minta pangku bahkan tertidur di pangkuan ketika lantunan ayat-ayat firman-Nya sedang kami bacakan, Alloh menjagamu nak... Demikian pula ketika abi menjalankan peran sebagai ustad menguraikan makna-makna dalam arti yang dibaca Khliya. Maka berbagai pertanyaan kritis dan dialog lucu bakal tercipta.

Apa saja itu, mungkin akan saya sharing di note-note mendatang, semoga Alloh memberi kemudahan kepada saya. Namun yang pasti, ketika ayat-ayat itu mereka baca, demikian banyak hal yang bisa mereka pelajari dari setiap firman-Nya. dan subhanalloh, semua luar biasa.

Terima kasih abi sudah semangat mendukung ummi untuk konsisten menjaga amalan ini. Semoga Allah terus membimbing kita dan anak-anak ya dan melimpahi kita dengan berjuta-juta cinta-Nya yang tak bertepi.

Ummi sayang abi, agam, khilya dan caca
bulak indah, oktober 2010

"aku deg-degan..."


Bismillah...



Senangnya bila bisa menciptakan waktu sebentar saja untuk bisa membuka dialog dengan anak
seperti halnya malam itu...

sambil mengerjakan soal-soal matematika di meja belajarnya, ilmuan ummi, agam, tiba-tiba bertanya, "seleksi itu apa sih mi?"
"seleksi itu tes,ujian, nanti yang lulus tes yang akan dipilih," jawabku. "Mang kenapa mas?" tanyaku penasaran kenapa mbarepku ini tiba-tiba tanya tentang kata seleksi.

Ternyata, usut punya usut dia cukup 'terganggu' dengan kata seleksi di lembar pengumuman dari sekolah terkait dengan ekstra tapak suci yang akan diikutiya. Hari sabtu kemarin adalah waktunya seleksi untuk ekstra tapak suci.

Lalu pertanyaan berlanjut,"nanti yang diujikan apa dong mi?" tanyanya kembali. kumenangkap ada nada kekhawatiran di sana. 
"Waduh ummi nggak tahu ya mas, mungkin gerakan dasar kayak yang diajarkan abi kemarin itu lho," kataku. Memang beberapa waktu lalu ketika mencoba seragam tapak sucinya, abi sudah mengajarkan beberapa gerakan kepadanya seperti kuda-kuda dan pukulan.

"Emang pake seleksi juga tho mas, yang diambil berapa orang, yang mendaftar berapa?" cecarku balik dengan pertanyaan.

"Iya...katanya begitu. Yang diambil 20 anak, tapi aku ndak tahu berapa yang ndaftar. dari kelasku ada 4 anak dari kelas 3A yang banyak," balasnya.

"Ya udah, mas agam pasti bisa. pake gerakan yang diajarkan abi saja," ujarku menenangkan.
"Aku deg-degan," katanya lirih.

Kucoba memahami perasaannya, seleksi itu bisa jadi adalah salah satu jadwal penting dalam hidupnya meskipun saya tahu seleksi itu diadakan hanya formalitas karena toh diapun sudah menerima seragam tapak suci dari sekolah, masak iya tidak diterima.

Dan pada hari sabtu ketika seleksi diadakan dia terlihat semangat menyiapkan baju seragamnya dan sepulang sekolah ketika menjemputnya masalah seleksi itu pun yang pertama kali kutanyakan.
"Gimana seleksi tapak sucinya, lulus kan?" tanyaku.
"Iya kok mi, semuanya lulus," kata dia.

**Bersyukur rasanya bisa menjadi tempat bagi anak untuk bercerita dan mengungkapkan perasaannya. Bagi seorang ibu, terutama bagi saya, hal itu sangat penting sekali dan moment yang senantiasa harus diciptakan sehingga kita tahu kapan anak kita senang, sedih, takut atau gelisah.

Terima kasih ya nak, sudah bercerita kepada ummi tentang apa yang kau rasakan. Maaf jika ada waktu saat ummi kurang peka menangkap isyarat yang kau berikan.

Tumbuh menjadi ilmuwan yang hebat ya, sebagaimana yang engkau cita-citakan.
Ummi luv u...

Menunggu Anak Saat Penjemputan, Ini Hasilnya

     Bulan September kemarin bisa dikatakan masa jeda bagiku, karena sudah rehat dari kantor lama dan belum mulai menjalankan tugas di kanto...